Penyebab Keguguran Berulang yang Perlu Mama Waspadai
Mulai dari penyebab fisik hingga lingkungan yang buruk.
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Masa kehamilan merupakan suatu hal yang membahagiakan bagi orangtua. Ada banyak impian dan harapan saat hadirnya buah hati dalam keluarga. Namun, ada beberapa proses kehamilan yang mungkin tidak berjalan sesuai dengan harapan Mama dan Papa sehingga terjadi keguguran.
Keguguran adalah kematian janin dalam kandungan sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu. Keguguran ditandai dengan beberapa gejala seperti terjadinya pendarahan pada vagina dan nyeri perut yang berlebihan.
Keguguran dapat terjadi pada siapa saja. Bahkan, dapat terjadi secara berulang pada kehamilan berikutnya. Keguguran berulang ini biasanya didefinisikan sebagai keguguran yang terjadi sebanyak tiga atau lebih keguguran berturut-turut.
Ada beragam penyebab yang bisa memicu terjadinya keguguran berulang. Jika Mama sedang mengalami kondisi ini, ada baiknya mengetahui tentang apa saja sebab yang mengakibatkan keguguran.
Berikut Popmama.com berikan hal- hal yang perlu dihindari dalam mencegah keguguran berulang, dilansir dari berbagai sumber:
1. Faktor genetika
Keguguran berulang terjadi paling banyak karena faktor genetika. Masalah genetika dapat menyebabkan kelainan pada janin yang sedang berkembang sehingga memicu keguguran.
Faktor genetika yang memicu terjadinya keguguran dapat disebabkan oleh genetik Mama atau bahkan pasangan. Keduanya dapat memicu kelainan pada janin. Kelainan kromosom merupakan faktor genetika yang paling sering menjadi penyebab keguguran.
Dalam hal ini, keguguran yang disebabkan oleh fakor genetika tidak dapat dihindari karena terjadi secara kebetulan dan tidak ada kondisi medis yang menyebabkannya. Namun, keguguran bisa diwaspadai sedini mungkin jika Mama atau pasangan pernah melakukan translokasi kromosom.
Orang yang melakukan translokasi kromosom biasanya tidak memiliki tanda atau gejala fisik tertentu, akan tetapi beberapa sel telur atau sperma mereka akan memiliki kromosom yang abnormal.
2. Tingkat hormon yang tidak normal
Adanya ketidakseimbangan hormon pada tubuh Mama dapat menjadi penyebab keguguran berulang. Dikutip dari laman Resolve.org, perempuan dengan kelenjar tiroid dan kelenjar adrenalin yang besar disertai dengan diabetes biasanya memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami keguguran.
Hal ini karena ketidakseimbangan hormon tersebut memicu tidak berkembangnya lapisan rahim dengan baik sehingga sel telur yang telah dibuahi tidak mendapatkan lingkungan baik untuk implantasi dan makanan. Selain itu, meningkatnya kadar prolaktin juga dapat memengaruhi perkembangan rahim.
Untuk menghindari hal ini, sebaiknya Mama mengatur pola makan dan gaya hidup yang seimbang sehingga kondisi tubuh dapat terjaga dengan baik. Menjaga rahim tetap sehat dan subur bisa dilakukan dengan cara menghindari kebiasaan menunda buang air kecil, jangan terlalu sering duduk, dan kurangi asupan makanan dalam kemasan karena banyak mengandung zat pengawet atau pewarna.
3. Masalah struktural atau bentuk rahim
Struktur atau bentuk rahim yang tidak normal dapat mengganggu implantasi sel telur yang dibuahi sehingga menyebabkan keguguran. Adanya fibroid dalam rahim juga dapat memicu keguguran.
Fibroid merupakan pertumbuhan non-kanker pada dinding rahim. Fibroid dapat menyebabkan infertilitas karena pembukaan tuba fallopii terhalang atau jika posisinya memengaruhi fungsi normal lapisan uterus.
Septum, sebuah dinding berserat yang membelah rongga rahim juga dapat menyebabkan implantasi yang buruk sehingga memicu keguguran. Selain itu, kondisi rahim dengan bentuk seperti huruf T juga dapat menyebabkan kematian janin dalam masa kehamilan. Padahal, rahim pada umumnya memiliki bentuk seperti buah pir.
Struktur atau bentuk rahim pada perempuan yang tidak normal ini terjadi secara alamiah sejak lahir. Maka tidak dapat Mama hindari, akan tetapi diagnosis yang tepat dengan menjalani tes MRI, USG, dan rontgen rahim dapat mengetahui bentuk rahim yang normal.
Jika Mama sudah mendapatkan diagnosis bentuk rahim yang tidak normal, maka bisa diatasi dengan melakukan tindakan operasi untuk mengoreksi bentuknya. Tingkat keberhasilan prosedur ini mencapai 50-80% pada Mama yang pernah mengalami keguguran berulang. Setelah menjalani tindakan operasi ini, Mama dapat memiliki kehamilan yang sehat dan lebih baik.
4. Terjadinya infeksi pada tubuh
Jika Mama mengalami infeksi pada masa kehamilan, kemungkinan besar dapat memengaruhi tumbuh kembang janin dalam kandungan. Meskipun tubuh memiliki sistem imun yang dapat melawan serangan virus berbahaya, akan tetapi ada beberapa infeksi yang sulit dihindari.
Misalnya, campak Jerman (rubella), herpes simpleks, ureaplasma, CMV (cytomegalovirus), dan klamidia. Dalam beberapa kasus, infeksi-infeksi tersebut yang dialami perempuan ketika hamil dapat memicu terjadinya keguguran.
Untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi saat kehamilan, Mama sebaiknya menjaga jarak dari orang lain yang sedang sakit. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ketika hamil. Perhatikan juga kebersihan lingkungan sekitar ya, Ma.
5. Keadaan lingkungan yang buruk
Keadaan lingkungan yang buruk saat Mama menjalani kehamilan juga dapat berpengaruh pada tumbuh kembang janin sehingga memicu terjadinya keguguran. Lingkungan yang buruk ini ditandai dengan udara yang terpapar racun, seperti asap rokok, kafein, dan alkohol.
Efek paparan lingkungan yang buruk dalam jangka panjang dapat meningkatkan terjadinya keguguran. Dikutip dari laman TheGuardian.com, sebuah studi terbaru bahwa peningkatan kadar nitrogen dioksida (NO2) yang biasa terjadi di seluruh dunia meningkatkan resiko kematian janin sebesar 16%. NO2 ini berasal dari pembakaran bahan bakar, khususnya pada kendaraan diesel.
Dalam mengurangi resiko terjadinya keguguran ini, sebaiknya Mama membatasi atau menghindari penggunaan rokok atau alkohol selama masa kehamilan. Masalah lingkungan lain seperti tercemarnya udara memang sulit untuk dikendalikan, akan tetapi Mama dapat menghindarinya dengan cara tidak berada pada area yang tercemar asap rokok.
6. Penyebab imunologis
Salah satu masalah imunologis yang dapat meningkatkan resiko keguguran adalah terjadinya antibodi antifosfolipid. Keadaan ini merupakan kondisi darah mengandung antibodi jenis antifosfolipid tertentu. Fosfolipid merupakan komponen sel manusia yang normal dan diperlukan sebagian besar sel dalam tubuh.
Dilansir dari laman VeryWellFamily, para peneliti telah menemukan bahwa memiliki antibodi antifosfolipid dapat meningkatkan keguguran berulang. Antifosfolipid ini menyebabkan pembekuan darah kecil sehingga memblokir suplai darah dalam plasenta.
Selain itu, antifosfolipid juga dapat mengganggu kemampuan sel telur yang telah dibuahi untuk ditanamkan di lapisan rahim.
Untuk mengetahui penyebab imunologis ini, Mama mungkin tidak memiliki gejala khusus. Namun, mengalami keguguran berulang mungkin saja merupakan gejala antifosfolipid tersebut. Keguguran berulang dapat dihindari dengan cara melakukan tes dengan dokter untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Itulah beberapa hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya keguguran berulang. Perhatikan gaya hidup dan lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin agar terhindar dari keguguran ya, Ma.
Baca juga:
- Waspadai Missed Abortion: Saat Janin Meninggal Tanpa Gejala Keguguran
- Apakah Setiap Ibu Hamil Keguguran Harus Dikuret?
- 7 Hal yang Bisa Menyebabkan Keguguran