Sulit Hamil Anak Kedua? Bisa Jadi Akibat Infertilitas Sekunder
Program hamil anak pertama bisa berjalan lancar, mengapa tidak pada yang kedua?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sukses menjalani program hamil untuk anak pertama kadang-kadang bisa menjadi terasa sulit di program kehamilan berikutnya, alias untuk anak kedua. Jika Mama mengalami masalah ini, bisa jadi Mama mengalami infertilitas sekunder atau secondary infertility.
Jika kondisinya demikian, perlu dipahami bahwa ada beberapa hal yang bisa menjadi alasan di baliknya. Termasuk seperti faktor kesehatan ibu, riwayat kesehatan, serta gaya hidup yang tak sehat.
Jangan ragu melakukan konsultasi dengan dokter dan libatkan juga suami guna mendapatkan perawatan yang lebih maksimal.
Berikut Popmama.com rangkum informasi tentang infertilitas sekunder yang penting Mama ketahui:
1. Apa itu infertilitas sekunder?
Secondary fertility atau infertilitas sekunder adalah ketika seorang perempuan mengalami kesulitan saat hendak hamil anak kedua. Kondisi ini umumnya didiagnosis saat program hamil alami berjalan 6 bulan lebih dan tidak ada faktor risiko.
Menurut pakar kesehatan Charles Coddington, MD, penyebab terjadinya infertilitas sekunder tak melulu karena masalah kesehatan pada Mama, bisa juga dari Papa. Salah satunya karena gangguan produksi sperma atau pergerakan. Kondisi ini umumnya terjadi seiring bertambahnya usia Papa.
Selain itu, pada tubuh perempuan adanya kerusakan pada tuba falopi, gangguan ovulasi, endometriosis, dan masalah rahim juga bisa memicu terjadinya masalah tersebut.
Dikutip dari Mayo Clinic, bergantung pada situasinya, pasangan suami istri seringkali memerlukan evaluasi medis pada kasus infertilitas sekunder.
Infertilitas sekunder kadang bisa memicu stres, jadi cobalah untuk tidak mencoba mengatasinya sendiri ya, Ma. Carilah dukungan dari suami, keluarga, dan teman terdekat.
2. Penyebab infertilitas sekunder
Dilansir Motherly, infertilitas sekunder biasanya disebabkan oleh perubahan sejak konsepsi sebelumnya. Beberapa di antaranya termasuk pertambahan usia, adanya kenaikan berat badan yang signifikan, masalah pada panggul atau rahim.
- Pertambahan usia
Seperti diketahui, semakin bertambah usia perempuan, umumnya kesuburannya kian menurun. Dengan bertambahnya usia, risiko terjadinya penurunan kesuburan dan keguguran pun meningkat. Kebanyakan masalah ini terjadi karena adanya kelainan kromosom sel telur yang menua.
- Kenaikan berat badan signifikan
Kesuburan sangat dipengaruhi oleh berat badan dan kesehatan tubuh seseorang secara umum. Jika selama rentang setelah kelahiran anak pertama baik Mama maupun Papa mengalami kenaikan berat badan yang signifikan, infertilitas sekunder pun lebih rentan terjadi.
- Masalah pada rahim
Jika Mama mengalami masalah pada jaringan parut rahim, Mama juga berisiko lebih tinggi mengalami infertilitas sekunder. Pun demikian jika Mama mengalami masalah pada tuba falopi, gangguan ovulasi, endometriosis dan lain sebagainya.
- Gangguan kesuburan pada suami
Tak melulu karena Mama, infertilitas sekunder juga bisa disebabkan oleh adanya masalah kesuburan pada Papa. Misalnya pada kali ini karena faktor gaya hidup, Papa mengalami masalah pada produksi dan pergerakan sperma, sehingga kesuburan pun jadi terganggu.
Nah, kapan Mama perlu melakukan konsultasi ke dokter kandungan jika curiga mengalami infertilitas sekunder? Beberapa hal bisa menjadi bahan pertimbangan, Ma. Salah satunya adalah ketika usia Mama maupun Papa masih di bawah 35 tahun. Apabila pada usia ini dan program hamil 6-12 bulan belum juga membuahkan hasil, segera cek ke dokter.
Nantinya, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik, tes darah, pemeriksaan panggul dan USG.
3. Perawatan dan pengobatan infertilitas sekunder
Seperti halnya infertilitas primer, perawatan dan pengobatan pada infertilitas sekunder harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan Mama dan Papa. Salah satu yang penting adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat.
Hindari asap rokok, selalu makan makanan bergizi, rutin olahraga dan tidur teratur. Ini bisa membantu menjaga kondisi tubuh dan hormonal tetap baik.
Selain itu, jika benar-benar diperlukan dokter mungkin akan memberikan obat terapi kesuburan yang dikombinasikan dengan inseminasi intrauterin (IUI).
Yang tak kalah penting, upayakan untuk menjaga mood dan hindari hal-hal yang bisa memicu stres. Cari lingkungan yang bisa memberikan dukungan penuh dan tidak membuat stres semakin parah.
4. Pentingnya tetap berpikir positif saat mengalami infertilitas sekunder
Wajar jika pasangan suami istri dengan infertilitas sekunder merasakan kekecewaan, frustrasi, dan stres, maka dari itu diperlukan lingkungan positif, Ma.
Berpikir positif meskipun terasa sepele namun bisa membantu meningkatkan mood, mencegah stres berlanjut menjadi depresi dan meningkatkan keseimbangan hormon dalam tubuh.
Dikutip dari Very Well Family, banyak pasangan suami istri yang menjadi stres terus-menerus karena lingkungan sekitar yang menganggap tindakan medis pada infertilitas sekunder tidak penting. Pengobatan yang dilakukan pun dianggap tidak perlu karena Papa dan Mama sudah memiliki anak pertama, sehingga ketidaksuburan tidak mungkin terjadi.
Padahal nyatanya, sudah bisa hamil di masa lampau tidak menjadi jaminan bisa dengan mudah kembali terjadi di program berikutnya, Ma. Oleh sebab itu, tidak masalah untuk terus berupaya mencari bantuan dan pengobatan saat mengalami infertilitas sekunder.
Demikian informasi tentang infertilitas sekunder alias secondary infertility yang penting Mama ketahui. Jangan ragu cari bantuan informasi dari dokter juga ya, Ma!
Baca juga:
- Video Haru Kylie Jenner saat Mengumumkan Kehamilan Kedua
- Curhat Kehamilan Kedua, Paula Verhoeven Sering Mual dan Mudah Lelah
- 5 Ketakutan Irasional yang Biasa Dirasakan di Kehamilan Kedua