TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Kenali Penanganan PCOS untuk Meningkatkan Kesuburan Menurut Dokter

Mengenali penyebab PCOS lebih awal akan mencegah komplikasi di masa depan

Dalam perjalanan menuju kehamilan yang diimpikan, setiap langkah sangat berharga. Salah satu tantangan yang mungkin dihadapi adalah PCOS (Polycystic Ovary Syndrome), sebuah kondisi yang dapat memengaruhi kesuburan.

Menyadari betapa pentingnya penanganan yang tepat, dr. Mila Maidarti Sp.OG Subs F.E.R PhD membagikan wawasan berharga dalam acara "Peran Penanganan PCOS dalam Meningkatkan Fertilitas" yang diadakan oleh RS Pondok Indah Group, pada Jumat (27/9/2024) di The Acre Menteng, Jakarta Pusat.

PCOS bukan hanya sekadar diagnosis, tetapi penyakit yang dapat mempengaruhi kesubruan Mama. Untuk memahami tubuh Mama lebih baik dan menemukan solusi yang tepat.

Dengan penanganan yang tepat, Mama tidak hanya dapat meningkatkan peluang untuk hamil, tetapi juga meraih kesehatan secara keseluruhan.

Penasaran seperti apa pembahasan mengenai penanganan PCOS untuk meningkatkan kesuburan menurut dokter? kali ini Popmama.com telah berhasil mengulasnya.

Mengapa PCOS dapat Terjadi?

freepik/freepik

PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) terjadi akibat ketidakseimbangan hormon dalam tubuh wanita, terutama hormon yang mengatur fungsi ovarium. Salah satu penyebab utama adalah peningkatan hormon androgen yang berlebihan, yang mengganggu proses ovulasi dan menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur.

Faktor genetik juga berperan besar, di mana wanita dengan riwayat keluarga PCOS lebih rentan mengalami kondisi serupa.

Selain itu, resistensi insulin menjadi salah satu faktor yang sering dikaitkan dengan PCOS.

Tubuh yang tidak mampu menggunakan insulin secara efektif memicu produksi insulin berlebih, yang kemudian merangsang ovarium untuk menghasilkan lebih banyak hormon androgen.

Kondisi ini diperparah oleh peradangan tingkat rendah dan gangguan metabolik seperti obesitas, yang semakin memperburuk ketidakseimbangan hormon dalam tubuh perempuan.

Apakah PCOS dapat Terjadi pada Remaja?

freepik/jcomp

PCOS memengaruhi sekitar 3-11% remaja perempuan, dengan prevalensi yang bervariasi tergantung pada usia, etnisitas, serta kriteria diagnostik yang digunakan.

Kasus ini terus meningkat, di mana dari tahun 1990 hingga 2019, jumlah penderita PCOS bertambah sebanyak 32 juta. Pada tahun 1990, wilayah Pasifik Barat tercatat memiliki insiden PCOS tertinggi, namun pada tahun 2019, Asia Tenggara menjadi kawasan dengan jumlah kasus tertinggi. 

Menariknya, jumlah kasus PCOS paling banyak ditemukan pada kelompok usia 10-19 tahun, dan ada perubahan signifikan dalam puncak insiden yang awalnya terjadi pada usia 20-24 tahun pada tahun 1990, lalu bergeser ke usia 25-29 tahun pada tahun 2019.

Selain itu, Mama, di India, gelombang kedua pandemi COVID-19 turut berdampak pada meningkatnya kasus siklus menstruasi yang tidak teratur, terutama pada gadis-gadis muda. Pandemi tersebut memicu perubahan pada pola kesehatan reproduksi, menambah tantangan bagi remaja perempuan yang berjuang mengatasi PCOS di tengah situasi sulit.

Tanda atau Gejala PCOS

freepik/freepik

PCOS memiliki sejumlah tanda dan gejala yang bervariasi pada setiap individu. Beberapa ciri yang umum ditemui antara lain menstruasi yang tidak teratur, yang dapat menyebabkan siklus haid yang jarang atau bahkan berhenti sama sekali.

Mama, gejala lain yang sering muncul adalah jerawat yang berkepanjangan akibat peningkatan hormon androgen, serta pertumbuhan rambut berlebihan di area tubuh yang tidak biasa, seperti wajah, dada, atau punggung. 

Selain itu, PCOS sering kali disertai dengan siklus anovulasi, di mana ovarium tidak melepaskan sel telur secara teratur, yang berdampak pada kesuburan dan menyulitkan wanita untuk hamil. Gejala kulit juga bisa muncul, seperti Acanthosis nigricans, yaitu penggelapan dan penebalan kulit, terutama di area leher, ketiak, atau lipatan tubuh lainnya.

Rambut rontok atau penipisan rambut di area kepala juga sering dialami, memberikan dampak signifikan pada penampilan dan rasa percaya diri. Gejala-gejala ini, walaupun tidak selalu muncul sekaligus, dapat mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan dan memerlukan penanganan medis serta perubahan gaya hidup yang tepat.

"Konsekuensi yang lain resistensi insulinnya akan meningkatkan LH yang tinggi, LH itu kalau dalam sel telur kerjanya ditempat yang dapat memproduksi androgen yang tinggi, maka hormon laki-laki yang seharusnya rendah pada perempuan jadi naik seperti timbul rambut lebat, jerawat, dan rambut rontok," kata dr. Mila.

Perbedaan dengan PCO, Apakah Keduanya Gangguan Kesuburan?

freepik/pikisuperstar

Menurut dr. Mila Maidarti Sp.OG Subs F.E.R Phd dalam diskusi mengenai PCOS, PCO (polycystic ovaries) atau kista ovarium adalah kantung berisi cairan di dalam ovarium, kondisi yang cukup umum terjadi pada perempuan.

Menurut London Women’s Centre, kebanyakan kista terbentuk secara alami sebagai bagian dari siklus haid normal dan biasanya hilang dengan sendirinya tanpa memerlukan pengobatan. 

Gejalanya sering menyerupai PCOS, seperti menstruasi yang tidak teratur, jerawat, dan penambahan berat badan. Gejala lainnya bisa termasuk nyeri panggul, mual, atau rasa tidak nyaman di perut.

PCO hanya dapat dideteksi melalui pemindaian ultrasound, dan pengobatannya bergantung pada ukuran, bentuk kista, serta gejala yang dialami.

Perempuan yang menderita PCOS perlu memperhatikan risiko yang terkait dengan kondisi ini, seperti diabetes, komplikasi kehamilan (misalnya diabetes gestasional), penyakit jantung, obesitas, dan kanker endometrium. Di sisi lain, perempuan dengan PCO tidak memiliki risiko-risiko tersebut.

Perempuan dengan PCO umumnya tetap bisa hamil, sedangkan mereka yang memiliki PCOS cenderung menghadapi lebih banyak kesulitan dalam hal kesuburan.

Selain itu, perempuan dengan PCOS memiliki risiko keguguran yang lebih tinggi, sehingga memerlukan pengawasan khusus dari dokter saat menjalani program kehamilan.

Faktor yang Menyebabkan Risiko PCOS

freepik/freepik

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko PCOS melibatkan beberapa aspek. Salah satunya adalah faktor genetik, di mana riwayat keluarga dengan PCOS dapat membuat seorang perempuan lebih rentan mengalaminya.

Selain itu, faktor lingkungan juga berperan, terutama yang bisa memicu terjadinya obesitas dan diabetes mellitus tipe 2.

Gaya hidup yang kurang sehat, seperti pola makan yang tidak teratur dan kurangnya aktivitas fisik, turut memperburuk kondisi ini.

Tak hanya itu, paparan terhadap bahan kimia tertentu di lingkungan juga dapat memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh, yang pada akhirnya meningkatkan risiko PCOS.

Faktor-faktor ini bekerja secara kompleks dan sering kali saling berkaitan, sehingga penting bagi perempuan untuk menjaga keseimbangan dalam gaya hidup serta meminimalkan paparan bahan kimia berbahaya guna mengurangi kemungkinan terkena PCOS.

" Ada komponen genetik yang dapat menyebabkan PCOS, jadi harusnya dalam kondisi balance LH dan FSH adalah hormon  perempuan yang berguna menumbuhkan sel telur, dan itu harusnya balance tetapi pada kondisi PCOS justru LH nya itu sangat dominan dan bisa menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal. Intinya kalau hormon tidak seimbang orangnya tidak ovulasi," ucap dr. Mila.

Gangguan Metabolik pada Penderita PCOS

Popmama.com/Enis Fauziah

Gangguan metabolik pada perempuan dengan PCOS sangat terkait dengan resistensi insulin, terutama pada mereka yang juga mengalami obesitas.

Mama, sekitar 70-80% perempuan dengan PCOS dan obesitas mengalami resistensi insulin, sedangkan pada perempuan dengan PCOS tanpa obesitas, sekitar 20-25% juga menghadapi masalah yang sama. Resistensi insulin ini mempengaruhi berbagai aspek dalam tubuh, termasuk produksi hormon.

Insulin tidak hanya mengatur gula darah, tetapi juga memperkuat aksi hormon luteinizing (LH). Keduanya bekerja bersama untuk merangsang produksi androgen, yaitu hormon yang meningkat pada perempuan dengan PCOS.

Insulin dan androgen yang berlebihan kemudian menurunkan konsentrasi SHBG (Sex Hormone-Binding Globulin), protein yang bertugas mengikat androgen dalam darah.

Penurunan SHBG ini menyebabkan peningkatan kadar androgen bebas di tubuh, yang akhirnya memperburuk resistensi insulin.

Kombinasi antara tingginya insulin dan androgen ini menciptakan lingkaran umpan balik positif, di mana peningkatan kadar androgen dan resistensi insulin saling memperkuat satu sama lain.

Akibatnya, kondisi ini tidak hanya memperparah gejala PCOS, tetapi juga meningkatkan risiko jangka panjang untuk masalah kesehatan seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Tanpa intervensi, keparahan PCOS dapat bertambah seiring berjalannya waktu, sehingga penting bagi perempuan dengan PCOS untuk melakukan penanganan dini, termasuk perubahan gaya hidup dan pengobatan yang tepat.

PCOS Harus Diperbaiki Sejak Remaja dengan Gaya Hidup Sehat

freepik/freepik

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis fertilitas endokrinologi reproduksi dari Universitas Indonesia dr. Mila Maidarti Sp.OG Subs F.E.R Phd mengatakan PCOS atau gangguan siklus haid yang terjadi sejak remaja harus diperbaiki dengan gaya hidup sehat.

Ia menekankan bahwa langkah awal yang penting adalah menerapkan pola hidup sehat yang mencakup berbagai aspek. Salah satunya adalah menjaga pola makan yang seimbang dengan memperhatikan asupan nutrisi yang tepat untuk mendukung keseimbangan hormon dalam tubuh.

Dr. Mila juga menyoroti pentingnya olahraga secara teratur, yang tidak hanya bermanfaat untuk menjaga berat badan, tetapi juga membantu mengatur siklus menstruasi serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang sering kali menjadi masalah pada penderita PCOS.

Selain itu, menjaga berat badan ideal juga menjadi kunci penting dalam mengelola gejala PCOS, karena kelebihan berat badan dapat memperburuk gangguan hormonal yang terjadi.

Dengan konsistensi dalam menjalani gaya hidup sehat ini, dr. Mila menekankan bahwa kondisi PCOS bisa lebih mudah dikendalikan, yang pada akhirnya berdampak positif pada kesehatan reproduksi secara keseluruhan, serta meningkatkan peluang bagi wanita yang merencanakan kehamilan.

Perubahan gaya hidup tidak hanya penting untuk mengelola gejala PCOS, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan, mengurangi risiko komplikasi kesehatan lainnya, seperti diabetes dan penyakit jantung yang sering kali berhubungan dengan kondisi ini.

"Kalau bisa mencegah ketika mereka remaja. Mereka nggak datang dalam konsekuensi sudah gangguan haid, kita harus informasikan kepada pasien, terutama ibunya kalau anaknya obesitas, siklus menstruasinya tidak teratur, konsekuensinya sampai kanker endometrium,” kata dr. Mila Maidarti Sp.OG Subs F.E.R Phd dalam diskusi mengenai PCOS bersama Rumah Sakit Pondok Indah Grup di Jakarta, Jumat (27/9/2024).

Nah itu dia informasi terkait kenali penanganan PCOS untuk meningkatkan kesuburan menurut dokter. jangan lupa tetap jaga kesehatan dan atur pola makan dengan makanan yang bergizi ya, Ma!

Baca juga:

The Latest