Masa Tidak Subur Perempuan, Penting Diketahui untuk Mencegah Kehamilan
Selain alat kontrasepsi, kehamilan juga bisa dicegah dengan cara yang lebih minim risiko seperti ini
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan setiap pasangan untuk menunda kehamilan. Hal ini tentu saja bisa dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi. Namun, ada cara lain yang lebih minim risiko untuk mereka yang aktif melakukan hubungan seks, yaitu mengetahui masa tidak subur pasangan.
Cara ini mudah dilakukan dengan mengamati masa ovulasi perempuan. Dengan demikian, pasangan yang ingin menunda kehamilan pun tetap aman saat melakukan hubungan intim.
Melansir Cleveland Clinic, terdapat beberapa tanda yang bisa menjadi patokan saat perempuan sedang tidak dalam masa subur seperti kurangnya lendir serviks sampai memiliki suhu basal tubuh yang tidak teratur.
Nah, berikut ini Popmama.com rangkumkan informasi tentang kapan masa tidak subur perempuan, penting untuk mencegah kehamilan.
1. Mengetahui perhitungan siklus menstruasi
Ada banyak perempuan yang masih abai akan hal ini. Padalah, dengan mengetahui perhitungan siklus menstruasi ini, setiap perempuan bisa lebih waspada terhadap kesuburan diri sendiri.
Melansir dari Mayo Clinic, cara tepat untuk menghitungnya adalah dengan mengurangi 11 dari jumlah total hari dalam siklus terpanjang. Angka ini mewakili hari subur terakhir dari siklus. Misalnya, jika siklus terpanjang adalah 32 hari, kurangi 11 dari 32. Hasilnya adalah 21.
Dalam contoh ini, hari pertama siklus seorang perempuan adalah hari pertama keluarnya darah menstruasi dan hari ke-21 siklus adalah hari subur terakhir.
Siklus menstruasi yang khas adalah antara 28 dan 32 hari dan ovulasi biasanya terjadi sekitar hari ke-14. Jadi, pasangan sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual di hari ke-9 sampai hari ke-16 untuk mencegah kehamilan. Pasalnya, sperma dapat hidup sekitar 48 jam di dalam tubuh dan bertahan hingga 5 hari.
Kekurangan dari metode ini adalah analisis siklus haid harus diperhatikan selama 6–8 bulan untuk menemukan jumlah rata-rata per masing-masing fase. Ditambah lagi, hal ini kurang efektif untuk perempuan yang memiliki siklus menstruasi tidak teratur.
2. Memeriksa lendir serviks
Cara selanjutnya adalah dengan memeriksa lendir serviks secara pribadi. Pasalnya, tekstur lendir serviks akan berubah sepanjang siklus menstruasi. Apakah kamu pernah memperhatikannya? Lendir serviks menjadi lebih banyak, elastis, licin, dan bening selama ovulasi, mirip dengan putih telur.
Jika memilih untuk menggunakan metode lendir serviks, maka kamu perlu memeriksa lendirnya setiap hari dan mencatat bagaimana tekstur lendir serviks setiap hari. Seiring waktu, dengan melihat pola perubahannya, maka kamu juga akan mengetahui tekstur lendir serviks ketika berada di masa subur.
Namun, lendir serviks dapat dipengaruhi oleh banyak hal, seperti menyusui, minum pil KB, terkena infeksi menular seksual (IMS) atau sempat menjalani operasi sebelumnya pada bagian serviks.
3. Ukur suhu basal tubuh
Berikutnya, cara yang bisa dicoba adalah dengan melakukan pengukuran suhu basal tubuh. Caranya, gunakan termometer basal (bukan termometer biasa) dan ukur suhu tubuh di pagi hari sebelum bangun dari tempat tidur. Ukur suhu dengan cara memasukkan termometer basal di mulut.
Termometer perlu menampilkan pengukuran yang membaca dua titik desimal. Suhu tubuh normal sendiri umumnya adalah 35,5–36,6 derajat Celsius. Jika memasuki fase ovulasi, suhu tubuh basal perempuan akan naik menjadi 36,1–37,2 derajat Celsius. Buat bagan suhu di atas kertas untuk mengidentifikasi polanya.
Dari sini, bisa melihat suhu akan tetap konsisten sebelum meningkat tajam setelah ovulasi. Suhu akan turun lagi tepat sebelum menstruasi. Jadi, hindari hubungan seksual tanpa pelindung selama lima hari sebelum kenaikan suhu tubuh basal. Hubungan seksual tanpa pengaman dapat dilakukan sehari setelah lonjakan suhu.
Sayangnya, cara ini kurang akurat karena hanya memprediksi masa ovulasi. Sedangkan, suhu tubuh bisa berubah dengan adanya faktor lainnya.
4. Perubahan serviks
Tak hanya mengalami perubahan tekstur, serviks juga kerap mengalami perubahan posisi. Saat tidak dalam masa subur, posisi serviks jadi lebih rendah sehingga lebih mudah dijangkau oleh jari. Teksturnya pun lebih kasar, sedikit kering, dan lebih tertutup.
Sedangkan saat dalam masa subur, serviks akan lebih basah dan terbuka. Untuk mengetahuinya, cobalah untuk memasukkan jari ke dalam vagina.
Tetapi perlu diperhatikan, sebelum memasukkan jari, pastikan sudah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir agar menjaganya tetap higienis. Hindari juga memasukkan jari dalam kondisi kuku yang panjang.
5. Menggunakan alat tes ovulasi
Terakhir, cara yang bisa dicoba adalah alat tes ovulasi. Masih melansir dari Cleveland Clinic, alat tes ini akan bekerja dengan mendeteksi hormon luteinizing (LH) dalam urine, persis seperti alat tes kehamilan di rumah. Jika jumlah hormon tersebut cukup banyak, kemungkinan masa ovulasi akan terjadi dalam waktu 24–36 jam ke depan.
Jadi, jika ingin melakukan tes subur atau tidak dengan alat ini sebaiknya lakukan dua hari sebelum ovulasi. Penting diingat untuk menghindari untuk berhubungan seksual di masa-masa ini.
Alat tes ovulasi umumnya bisa didapatkan di apotek maupun di toko terdekat. Ikuti petunjuk yang tersedia pada kemasan untuk mendapatkan hasil paling akurat, ya!
Nah, itulah tadi rangkuman informasi tentang cara mencegah kehamilan dengan mengetahui masa tidak subur. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
Baca juga: