Berawal dari Nyeri Haid, Ini 5 Fakta Mengenai Penyakit Endometriosis
Sering menyerang perempuan usia aktif namun tidak ditanggapi serius
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagi sebagian perempuan, nyeri saat menstruasi adalah hal biasa. Padahal, ini bisa jadi tanda awal kamu mengalami masalah dengan endometriosis.
Endometriosis sendiri adalah penyakit inflamasi kronik sistemik yang dialami perempuan karena adanya darah yang haid yang membalik dan menempel di luar uterus.
Salah satu tanda yang bisa jadi gejala paling signifikan adalah nyeri saat haid.
Dirangkum Popmama.com, inilah tanda endometriosis yang perlu kamu ketahui.
1. Sering diabaikan oleh perempuan
Menurut Dokter pendiri SMART IVF dan Wakil Direktur Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI) Universitas Indonesia, Profesor Dr dr Budi Wiweko, SpOG (K), MPH, penyakit ini sering didiagnosa terlambat oleh banyak pasien.
"Dianggapnya nyeri haid adalah sesuatu yang biasa sehingga tidak dianggap serius," ujarnya dalam acara peluncuran Kampanye ENDometriosis untuk Mempercepat Diagnosa dan Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien, Senin (14/6).
Dr dr Andon Hestiantoro SpOG(K), MPH, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Konsultan Fertilitas, Endokrinologi dan Reproduksi serta Dokter Peneliti Utama penelitian ENVISIOeN di Indonesia menambahkan, nyeri tersebut sering dianggap normal dan dikatakan akan hilang dengan sendirinya bila menikah.
Anggapan lainnya adalah, nyeri karena endometriosis sini bisa hilang dengan pain killer atau obat herbal. Ini, menurut dr Andon, disebabkan karena pemahaman masyarakat yang rendah tentang penyakit ini.
2. Mengenal perbedaan rasa nyeri yang dirasakan
Pada dasarnya, menstruasi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri. Kalaupun memang ada rasa nyeri, biasanya tidak sampai mengganggu. Namun jika rasanya terus datang setiap haid dan memengaruhi keseharianmu, ada baiknya diperiksakan.
"Kata kuncinya adalah nyeri sebelum, saat, dan setelah menstruasi yang mengganggu aktivitas sehari-hari," lanjut Prof Iko.
Dr Andon menambahkan, nyeri yang sering dirasakan sangat khas dan terasa saat haid, saat berhubungan seksual, buang air kecil, dan buang air besar.
Jika merasakan nyeri ini, jangan ragu untuk mendatangi dokter yang kompeten di bidangnya.
3. Jika tanpa kista, endometriosis tidak perlu dioperasi
Saat ini, banyak yang salah langkah dan melakukan operasi berkali-kali untuk menyembuhkan endometriosis. Perlu diketahui, penyakit ini hampir tidak bisa sembuh dan akan terus kambuh jika hormonnya tidak seimbang, demikian diungkapkan oleh dr Andon.
"Yang perlu dioperasi adalah yang mengganggu usus, ginjal, nyeri hebat saat senggama, dan sulit buang air besar karena terlalu nyeri. Lainnya bisa dilakukan dengan pengobatan saja," tutur dr Andon.
Lalu bagaimana pengobatannya?
Dr Andon menyebutkan bisa melakukan terapi analgesik oleh dokter umum, lalu melanjutkan dengan terapi hormonal empiris oleh obgyn berdasarkan gejala klinis, observasi dan preventif progresifitas, terakhir adalah terapi jangka panjang dengan dienogest 2 mg minimal selama 18 sampai 24 bulan.
"Kalau dioperasi terus nanti sel indung telurnya habis," lanjutnya.
4. Mengenal sifat sel endometriosis
Endometrium adalah lapisan terdalam dalam uterus dan akan memiliki ketebalan berubah-ubah sesuai dengan siklus haid. Sedangkan endometriosis adalah darah mens yang keluar rahim dan menempel di luar.
"Jadi di dalam darah haid penderita itu sudah ada stem cell untuk endometriosis," ungkap Prof Iko.
Lebih lanjut, Prof Iko melanjutkan bahwa endometrium penderita endometriosis memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berimplantasi di luar uterus.
Ia juga punya kemampuan melindungi diri dari sel imun, memproduksi estrogen sendiri dalam jumlah besar, punya kemampuan tumbuh dan menginvasi jaringan sekitarnya dan memiliki vaskularisasi yang banyak.
Nah, serabut saraf yang tidak terselubung myelin pada endometrium penederita endometriosis ini menyebabkan nyeri pada penderita.
5. Pengobatannya hampir selalu terlambat
Menurut penelitian yang dilakukan pada 30 ribu perempuan di Kanada menghasilkan fakta bahwa penderita endometriosis terlambat sekitar 5,4 tahun untuk didiagnosis, 3,1 tahun terlambat dibawa ke dokter sejak gejala timbul, dan 2,3 tahun telat ditegakkan diagnosis sejak konsultasi ke dokter.
Hal ini berpengaruh banyak pada penderita, terutama dengan kualitas hidup mereka.
"Saat mengalami nyeri sampai tidak bisa masuk kantor, sulit berhubungan seksual, dan kesulitan memiliki anak, ini berpengaruh langsung dan berkepanjangan pada para penderita," tutur dr Ando.
Oleh karena itu, penting sekali untuk mengenali tanda-tanda endometriosis sejak dini, baik itu bagi pasien dan juga dokter.
Prof Iko menyebutkan pentingnya para dokter untuk menerima pelatihan dan pembimbingan untuk menemukan tanda-tanda endometriosis serta kondisi menstruasi lainnya. Semakin dini didiagnosa, semakin cepat pasien menjalani pengobatan dan mendapat kembali kualitas hidupnya secara utuh.
Itu dia beberapa hal penting yang perlu Mama ketahui mengenai endometriosis pada perempuan. Jangan dianggap enteng ya, Ma.
Baca juga:
- Tips Program Hamil untuk Pemilik Endometriosis
- Didiagnosis Endometriosis, Penyanyi Halsey Umumkan Hamil Anak Pertama
- Endometriosis Usus: Kenali Gejala, Pencegahan dan Pengobatan