TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

5 Obat yang Dapat Mengganggu Kesuburan Perempuan dan Laki-Laki

Saat berencana untuk hamil, kamu dan pasangan harus memerhatikan obat-obatan yang dikonsumsi

Freepik/jcomp

Kehamilan adalah dambaan sebagian besar keluarga, terutama keluarga baru. Karena itu, agar dapat segera hamil, pasangan biasanya melakukan hal-hal tertentu atau bahkan menghindarinya. Tujuannya agar mereka segera dikaruniai momongan.

Namun ada beberapa hal yang ternyata dapat memengaruhi kesuburan pasangan, salah satunya adalah penggunaan obat-obatan tertentu.

Ada obat-obatan yang berpengaruh pada hormon kesuburan atau bahkan dapat mengubah ukuran testis. Jadi, jika kamu dan pasangan harus mengonsumsi obat-obatan tertentu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter mengenai pengaruhnya bagi kesuburan dan rencana kehamilan.

Lalu apa saja obat yang dapat mengganggu kesuburan? Yuk, simak rangkumannya di Popmama.com berikut ini.

1. Steroid

freepik.com/Racool_studio

Obat yang bisa mengganggu kesuburan adalah steroid. Steroid adalah zat dengan struktur tertentu. Obat ini berfungsi untuk menjaga bentuk mebran suatu sel. Secara alami, di tubuh manusia terdapat steroid dalam bentuk hormon, antara lain hormon seksual.

Hormon seks meliputi progesteron, testosteron, dan estrogen. Namun ini berbeda dengan steroid yang digunakan untuk membesarkan otot dan mengatasi peradangan.

Ternyata, steroid yang berfungsi untuk mengatasi peradangan dan membesarkan otot tersebut dapat memengaruhi kesuburan laki-laki dan perempuan. Jadi, bagi pasangan yang sedang menunggu kehamilan, sebaiknya menghindari obat ini.

Sebuah penelitian di University of Adelaide menyatakan bahwa efek obat steroid tertentu bagi perempuan dapat mencegah sistem imun tubuh agar tidak bereaksi terhadap kehamilan. Selain itu, sistem imun tubuh yang ditekan berpotensi meningkatkan risiko keguguran hingga 64 persen. Bayi pun berpeluang lahir dengan kondisi cacat.

Penggunaan obat steroid pengaruhi kesuburan melalui terjadinya beberapa komplikasi pada sistem reproduksi, siklus menstruasi yang tidak teratur, serta nyeri berlebihan saat menstruasi.

Pada laki-laki, steroid yang sering digunakan untuk menumbuhkan otot ternyata berpengaruh pada kesuburan. Jika digunakan dalam jangka panjang, obat steroid ini dapat membuat ukuran testis berubah. Ukuran testis akan mengecil hingga tidak memproduksi sperma lagi. Saat otot membesar, ini akan memengaruhi produksi hormon testosteron. Padahal hormon ini penting untuk produksi sperma.

 

2. Antidepresan

Freepik/drobotdean

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Obstetrics & Gynecology menemukan bahwa antidepresan dapat menurunkan kemungkinan perempuan dengan riwayat depresi untuk hamil secara alami. Namun, ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Jadi, jika mengalami depresi ringan dan memiliki rencana untuk hamil, sebaiknya kamu berkonsultasi mengenai efek samping dari obat yang diberikan.

Meski begitu, menurut Lauren Osborne, M.D., asisten direktur di John Hopkins Women’s Mood Disorder Center, meskipun antidepresan pengaruhi peluang kehamilan, risikonya biasanya tidak lebih besar dibandingkan risiko penyakit mental yang tidak diobati sama sekali.

Antidepresan golongan tertentu dapat mengakibatkan gangguan motilitas dan konsentrasi sperma pada laki-laki. Tidak hanya itu, obat ini juga dapat memengaruhi ejakulasi.

Berkonsultasilah dulu dengan psikiater mengenai pengobatan yang akan dijalankan sebelum kamu dan pasangan mengambil keputusan.

3. Obat pereda nyeri

Pixabay/Stevepb

Obat anti inflamasi atau pereda nyeri seringkali menjadi andalan untuk menghilangkan rasa sakit, misalnya akibat reumatik, nyeri otot, sakit gigi, atau nyeri haid.

Tetapi ternyata obat ini dapat memengaruhi kesuburan. Penelitian yang dilakukan oleh National Academy of Sciences memaparkan bahwa mengonsumsi obat pereda nyeri golongan ibuprofen dalam jangka panjang berisiko mengurangi kesuburan laki-laki bahkan berisiko menyebabkan mandul.

Penelitian tersebut menganalisa laki-laki yang mengonsumsi ibuprofen dan obat plasebo. Hasilnya menunjukkan tingkat hormon luteinizing yang lebih tinggi. Hormon ini dapat mencegah sel tertentu dalam testis untuk memproduksi testosteron. Efek ini hanya akan terjadi jika menggunakan obat pereda nyeri secara teratur dalam jangka panjang.

Penelitian lain juga dilakukan untuk mengetahui obat anti-inflamasi non-steroid pada perempuan. Obat diberikan setelah periode awal siklus menstruasi mereka. Peneliti melakukan pengujian melalui sampel darah apakah para perempuan berovulasi dengan menganalisis tingkat produksi hormon progesteron.

Hasilnya adalah ada penurunan signifikan pada hormon progesteron yang berperan penting untuk ovulasi.

Bahkan pemakaian obat jangka pendek saja sudah menunjukkan hasil yang signifikan dalam menghambat ovulasi sehingga menurunkan kemampuan seorang perempuan untuk hamil.

Obat jenis NSAID memang biasa digunakan untuk mengobati nyeri, peradangan, penyakit persendian, dan penurun demam.

4. Obat kemoterapi

Unsplash/Freestock.org

Efek pengobatan kemoterapi atau radiasi pada pasien kanker perempuan dapat merusak ovarium dan mengganggu kesuburan.

Menurut data, di antara perempuan usia reproduksi yang mendapat terapi kanker, kegagalan ovarium dini mencapai 68 persen, sedangkan kejadian infertilitas 50-95 persen.

Sebelum dilakukan kemoterapi, kamu dapat melakukan upaya untuk mempertahankan fungsi reproduksi. Misalnya dengan metode simpan beku embrio, oosit, atau ovarium. Sel telur yang disimpan dapat digunakan kelak ketika pasangan sudah siap untuk memiliki keturunan.

Selain itu, sama halnya dengan perempuan, kemoterapi juga dapat memengaruhi masalah reproduksi pada laki-laki. Kebanyakan laki-laki berkurang kesuburannya akibat dari penanganan kanker yang tidak hanya membunuh sel kanker tetapi juga mampu membunuh sel sperma atau merusak testis.

Terapi radiasi atau kemoterapi adalah beberapa contoh dari pengobatan kanker yang berefek pada masa subur laki-laki.

5. Obat epilepsi

iafrica.com

Sebuah penelitian dilakukan di India mengenai perempuan yang mengonsumsi lebih dari tiga jenis obat anti epilepsi. Hasil penelitian ini memaparkan bahwa perempuan yang memiliki epilepsi berisiko tinggi mengalami infertil, terutama jika mereka menggunakan tiga jenis obat.

Obat-obatan untuk mengendalikan serangan epilepsi memiliki efek samping negatif dan menunjukkan ada kaitan dengan kondisi infertil pada perempuan. Tetapi hal ini masih membutuhkan penelitian lanjutan.

Obat-obatan anti-kejang berpotensi mengganggu keseimbangan hormon reproduksi dalam tubuh.

Sama halnya dengan laki-laki, obat epilepsi jenis tertentu dapat mengurangi jumlah sperma dan memengaruhi kualitasnya. Sehingga pada akhirnya berefek pada kesuburan.

Jika pasangan berencana untuk hamil dan salah satunya memiliki epilepsi, konsultasikan dengan dokter mengenai obat-obatan yang dikonsumsi.

Nah, itulah lima obat-obatan yang dapat mengganggu kesuburan laki-laki dan perempuan. Semoga informasi ini bermanfaat.

Baca juga:

 

The Latest