TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Penurunan Populasi di Jepang: Fenomena Sosial yang Mengkhawatirkan

Dampak jangka panjang dari penurunan kelahiran di Jepang mengancam stabilitas di negaranya

Jepang yang biasanya dijadikan tempat wisata favorit para wisatawan, kali ini harus mengalami perubahan yang signifikan. Jepang mengalami penurunan populasi penduduknya selama delapan tahun berturut-turut. 

Di antara negara maju lainnya, negara ini menjadi jumlah perempuan yang tidak mempunyai anak tertinggi dalam rentan usia 50 an.

Tidak hanya itu saja, menurut National Institute of Population and Social Security Research yang berbasis di Tokyo (IPSS) mengatakan bahwa Jepang masih merupakan negara yang banyak perempuan  yang memilih untuk tidak punya anak. Bagi perempuan Jepang yang lahir pada tahun 2000, antara 31,6 persen hingga 39,2 persen akan tetap tidak memiliki anak sepanjang hidup mereka. 

Nah, bagi  yang penasaran mengapa hal ini bisa terjadi kepada negara Jepang? Berikut Popmama.comrangkum informasinya. 

Tantangan Menemukan Pasangan: Faktor Utama Penurunan Populasi

Freepik

Rata-rata penduduk Jepang memiliki tantangan kisah cintanya yang sama, yaitu mereka kesulitan untuk menemukan pasangan. Salah satu faktor kesulitan menemukan pasangan yakni perbedaan yang mencolok dari segi ekonomi . 

“Pada umumnya  perempuan dan laki-laki Jepang  tetap tidak memiliki anak karena kesulitan mempunyai pasangan karena melihat dari sisi ekonomi, kalau sudah menikah pun biasanya mereka lebih memilih untuk tidak memiliki anak, menunda memiliki anak, infertilitas atau alasan kesehatan,” tutur Nikkei Asia, Rie Moriizumi, peneliti senior di IPSS. 

Hal inilah, berkontribusi pada penurunan angka pernikahan dan keputusan untuk tidak memiliki anak.

Tren Childfree juga Menjadi Faktor

Freepik

Seperti kita ketahui tren Childfree menjadi hal lumrah di masyarakat global, khususnya pada kalangan muda. Di era sekarang sebagian besar penduduk Jepang, lebih mementingkan dunia kerja daripada memilih memiliki anak, sehingga pemikiran untuk menikah pun ikut menghilang. 

"Kebanyakan perempuan Jepang memprioritaskan karier di atas pernikahan dan membesarkan anak, hal ini mengarah pada penundaan pernikahan dan persalinan, serta meningkatnya jumlah orang yang memilih untuk tidak memiliki anak,”kata Toshihiko Hara, profesor emeritus di Sapporo City University. 

Dampak yang Dihadapi Jepang

Unsplash/Paul Cuoco

Negara Jepang menghadapi dampak dari kurangnya minat menikah dan angka persalinana. Dari segi demografi negara ini mengalami ketidakseimbangnya antara populasi lansia dan kalangan muda. Maka hal tersebut membuat kota yang dipenuhi oleh para lansia, akan menjadi kota mati karena tidak ada generasi penerusnya. 

Dampak lainnya yang dirasakan oleh negara Jepang adalah dilihat dari segi sosial. Anak-anak kecil tidak dapat bermain dengan seusianya karena angka kelahiran menurun dan tidak merata. Hal ini membuat beberapa sekolah terpaksa tutup karena tidak ada siswanya. Selain itu dampak ekonomi juga ikut terseret karena kurangnya tenaga kerja yang muda. 

Demikian informasi seputar penurunan populasi di Jepang: fenomena sosial yang mengkhawatirkan. Semoga negara Jepang akan kembali normal lagi dan menjadi semakin maju! 

Baca juga:

The Latest