Jika Bayi Meninggal dalam Kandungan, Apa yang Dirasakan Ibu Hamil?
Bayi yang meninggal di dalam kandungan dikenal dengan stillbirth
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kehilangan bayi dalam kandungan atau stillbirth, adalah salah satu pengalaman paling tragis yang dapat dialami oleh seorang ibu hamil. Momen kehamilan yang seharusnya penuh dengan kebahagiaan lenyap seketika.
Melansir data dari Cleveland Clinic, stillbirth atau kematian bayi dalam kandungan terjadi pada sekitar 1 dari setiap 160 kehamilan di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa meskipun jarang, kondisi ini tetap menjadi risiko yang nyata selama kehamilan.
Stillbirth bisa terjadi pada siapa saja, bahkan pada ibu hamil yang tidak memiliki riwayat penyakit kronis atau masalah kesehatan sebelumnya. Jadi, penting bagi ibu hamil untuk selalu memastikan janin sehat.
Lalu, jika bayi meninggal dalam kandungan, apa yang dirasakan ibu hamil? Untuk mengetahui jawabannya simak ulasan Popmama.com berikut ini.
Jika Bayi Meninggal dalam Kandungan, Apa yang Dirasakan Ibu Hamil?
Stillbirth adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan kematian bayi di dalam kandungan setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu atau lebih. Berbeda dengan keguguran, yang umumnya terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu, stillbirth terjadi pada tahap kehamilan yang lebih lanjut.
Kondisi ini sering kali datang tanpa peringatan dan dapat sangat mengguncang secara emosional bagi orangtua, terutama karena bayi mungkin sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti gerakan di dalam rahim.
Nah, bagi ibu hamil yang mengalami stillbirth umumnya hanya bisa dirasakan oleh diri sendiri, pertama yang dirasakan adalah hilangnya gerakan bayi di dalam rahim. Mama mungkin menyadari bahwa bayi tidak lagi bergerak atau menendang seperti sebelumnya, yang dapat menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Selain itu, beberapa ibu hamil juga mungkin mengalami gejala fisik lainnya seperti kram perut yang intens, nyeri di daerah panggul atau perut, serta pendarahan dari vagina.
Kondisi stillbirth memang bisa sangat sulit untuk dideteksi oleh orang lain, karena banyak gejalanya yang hanya dirasakan oleh Mama sendiri.
Dampak Fisik yang Terjadi pada Ibu Hamil yang Mengalami Stillbirth
Ibu hamil yang mengalami stillbirth tidak hanya menghadapi beban emosional yang berat, tetapi juga mengalami dampak fisik yang membuat tidak nyaman. Beberapa dampak fisik utama yang dapat dirasakan meliputi:
1. Kontraksi dan rasa sakit
Setelah bayi meninggal di dalam kandungan, tubuh ibu masih harus melalui proses persalinan. Ini berarti ibu akan mengalami kontraksi yang serupa dengan persalinan normal, yang bisa sangat menyakitkan.
Proses ini mungkin memakan waktu berjam-jam atau bahkan lebih lama, tergantung pada kondisi tubuh ibu dan usia kehamilan saat stillbirth terjadi.
2. Perubahan hormon
Meski bayi telah meninggal, tubuh ibu tetap mengalami perubahan hormonal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Produksi hormon seperti oksitosin tetap berlanjut, yang dapat menyebabkan rahim berkontraksi dan memulai proses persalinan.
Selain itu, setelah melahirkan, beberapa ibu mungkin mengalami laktasi atau keluarnya ASI, meskipun bayi tidak ada untuk disusui. Perubahan hormon ini dapat memperburuk perasaan sedih dan kehilangan.
3. Pendarahan dan pemulihan pascapersalinan
Seperti persalinan pada umumnya, ibu yang mengalami stillbirth juga akan mengalami pendarahan setelah melahirkan, yang dikenal sebagai lokia.
Pendarahan ini bisa berlangsung beberapa minggu saat tubuh ibu mulai pulih. Proses pemulihan fisik ini dapat menjadi pengingat yang menyakitkan tentang kehilangan yang baru saja dialami.
5. Risiko komplikasi medis
Ibu yang mengalami stillbirth mungkin juga berisiko mengalami komplikasi medis lainnya, seperti infeksi akibat plasenta yang tertahan atau komplikasi dari proses persalinan itu sendiri.
Kondisi-kondisi ini memerlukan pemantauan medis yang ketat untuk memastikan pemulihan yang berlangsung dengan aman.
Cara Mengurangi Risiko Stillbirth pada Ibu Hamil
Bagi Mama yang berencana untuk hamil tidak perlu khawatir terhadap kondisi stillbirth, karena masih ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stillbirth.
Melansir NHS, untuk mengurangi risiko stillbirth saat kehamilan adalah pertama, terapkan gaya hidup sehat selama kehamilan dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang. Hindari paparan asap rokok dan minuman beralkohol selama masa kehamilan. Pastikan juga Mama menjaga berat badan yang ideal selama hamil.
Selain itu, perhatikan gerakan bayi, terutama mulai dari minggu ke-26 hingga ke-28. Mama bisa mencatat gerakan bayi setiap hari untuk memahami pola pergerakannya. Yang paling penting, lakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk memantau kondisi bayi dalam kandungan.
Nah, demikianlah penjelasan mengenai jika bayi meninggal dalam kandungan, apa yang dirasakan ibu hamil. Stillbirth memang bisa terjadi pada siapa saja. Namun, Mama masih bisa mendeteksi atau mencegahnya sejak dini.
Semoga bermanfaat, ya, Ma.
Baca juga:
- Ciri-Ciri Janin Meninggal Dalam Kandungan, Ibu Hamil Perlu Tahu
- Doa untuk Bayi yang Meninggal dalam Kandungan, Obati Sedih dan Duka
- Bayi Meninggal dalam Kandungan menurut Islam, Begini Aturan yang Benar