Ibu Hamil Ini Tunda Pengobatan Kanker Kulit Demi Selamatkan Bayinya
Luar biasa perjuangan seorang ibu demi bisa melahirkan bayinya
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap perjuangan seorang ibu untuk anaknya memang tidaklah main-main. Mulai dari rela susah payah selama hamil dan melahirkan, hingga anak lahir pun Mama rela menguras waktu, tenaga serta pikirannya untuk merawat dan melidungi buah hati sampai mereka beranjak dewasa.
Begitu juga dengan perjuangan Danielle Dick, Mama dari 3 orang anak yang menderita kanker kulit saat kehamilannya.
Perempuan berusia 32 tahun itu rela mengambil risiko untuk menunda pengobatan kanker demi melindungi keselamatan bayi kembar yang di dalam kandungannya saat itu.
Pengorbanan Demi Si Kecil
Danielle yang sebelumnya telah memilih satu orang putri, ternyata diberi anugerah untuk mengandung bayi kembar pada kehamilan keduanya. Namun, di awal kehamilannya ia mulai merasakan keluhan sakit kepala yang hebat.
Awalnya ia menganggap sakit kepala hanyalah efek samping dari gejala kehamilan. Tetapi, keluhan itu dirasakan hingga berminggu-minggu.
Pada usia kehamilan 17 minggu, hasil tes Danielle mengungkap bahwa jenis kanker kulit yang ternyata pernah diidapnya beberapa tahun yang lalu timbul kembali dan sudah meningkat ke melanoma tahap 4, yang juga telah menyebar hingga ke otaknya.
Dokter menyatakan bahwa Danielle hanya memiliki 20 persen kemungkinan untuk hidup, itu pun jika ia segera memulai pengobatan dengan metode radiasi.
Tetapi mengetahui bahwa itu bisa membahayakan bayi yang ada di dalam kandungannya, Danielle menolak dan memilih untuk menunda pengobatannya hingga anak kembarnya lahir.
Kanker Kulit Pernah Diderita Danielle Sebelumnya
Kanker melanoma yang diidap Danielle ini disebabkan oleh tahi lalat yang pernah dihapusnya pada tahun 2011 lalu.
Awalnya, sang suami, Tyler sempat mendapati tahi lalat aneh di punggung Danielle pada tahun 2010 lalu. Tetapi, setelah dibiopsi ke seorang dokter kulit, tahi lalat itu dinyatakan jinak. Namun beberapa waktu kemudian tahi lalat itu tumbuh kembali, sehingga Danielle dan suami memutuskan untuk mencari second opinion.
Kali ini, hasil biopsi menegaskan bahwa itu adalah melanoma atau jenis kanker kulit. Operasi pun dilakukan untuk menghilangkan risiko kanker pada akhir tahun 2011 lalu.
Setelah menjalani operasi dan pemeriksaan selama dua tahun, Danielle divonis bebas kanker.
Danielle kemudian melanjutkan program kehamilan dan melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat, Taylor, pada tahun 2015. Setahun kemudian, Danielle dinyatakan hamil anak kedua dan mengandung bayi kembar.
Namun ketika menginjak usia kehamilan 17 minggu, ia mengetahui bahwa melanoma yang pernah diidapnya dulu muncul kembali, dan kali ini sudah menyebar di otak dan perutnya.
Selama kehamilan, Danielle harus menjalani beberapa operasi dan menjalani perawatan radiasi yang ditargetkan di otaknya. Namun, ia menunda perawatan radiasi, kemoterapi, dan scanning untuk menjamin keselamatan bayi kembar di dalam kandungannya.
Jaringan kanker yang berhasil diangkat melalui operasi diketahui sebagai melanoma, kanker yang sama seperti tahi lalat yang pernah ia hilangkan beberapa tahun yang lalu.
Berhasil Melahirkan Bayi Kembar
Pada usia kehamilan 29 minggu, Danielle berhasil melahirkan bayi kembarnya secara prematur dengan berat lahir masing-masing bayi kurang dari 1,5 kilogram. Dokter pun langsung memeriksa plasenta Si Kembar untuk mengetahui adanya penularan melanoma.
Beruntung, keduanya bayi prematur itu dinyatakan negatif, meski tetap harus tinggal di NICU selama berminggu-minggu untuk dipantau kesehatannya.
Beruntunglah, kesehatan Danielle dan bayi kembarnya sempat mengalami kemajuan. Dalam dua bulan setelah melahirkan, scan menunjukkan Danielle bersih dari pertumbuhan tumor baru. Ia pun mulai menjalani imunoterapi, yang merupakan perawatan untuk kanker agresif.
Kebahagiaan Tak Berlangsung Lama
Namun kebahagiaan itu ternyata tidak berlangsung lama. Beberapa bulan kemudian, hasil scan Danielle menunjukkan ada lebih banyak tumor tumbuh di otak dan tulang belakangnya.
Artinya, kanker sudah menyebar ke cairan serebrospinalnya, jauh lebih cepat. Keluarga Danielle pun pindah ke Texas, untuk menjalani sebuah program perawatan elama satu bulan. Namun nasib tak berpihak, Danielle pun mengalami infeksi hingga akhirnya meninggal beberapa hari kemudian. Penyakitnya sudah menyebar lebih cepat dari yang diduga. Danielle meninggal di ranjang rumah sakit dikelilingi oleh suami, anak-anak, dan keluarga lainnya.
"Kami semua patah hati dan hancur. Danielle adalah pejuang tangguh. Sebelum melahirkan, Danielle sempat berkeinginan untuk mengingatkan semua orang tentang bahwa kanker ini. Setiap orang harus peduli dengan kesehatan kulitnya dan menggunakan tabir surya untuk mencegah kanker,” tulis Rachel Miller, saudara perempuan Danielle dalam halaman GoFundMe.
Kanker Kulit Melanoma yang Mematikan
Melanoma adalah jenis kanker kulit paling serius yang telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. Ini adalah bentuk kanker paling umum dialami orang dewasa muda dan merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker pada perempuan berusia 25-30 tahun.
Seperti kanker lainnya, ini terjadi ketika melanoma tidak terdiagnosis pada tahap awal. Sering kali, gejala hanya muncul ketika sudah menyebar. Tanda yang paling jelas adalah tumbuhnya tahi lalat baru di bagian tubuh. Kebanyakan, tumor melanoma berwarna cokelat atau hitam, meskipun beberapa ada yang tampak berwarna merah muda, atau bahkan putih. Melanoma dapat muncul di bagian tubuh mana pun, tetapi paling sering muncul di punggung, kaki, lengan dan wajah, bahkan di bawah kuku.
Gejala lainnya, termasuk benjolan keras di bawah kulit, kelenjar getah bening yang membengkak atau nyeri, kesulitan bernapas, batuk terus-menerus, bengkak di dekat hati, hingga nyeri tulang.
Diperkirakan 90 persen kanker melanoma disebabkan oleh paparan sinar UV, yang termasuk paparan dari sinar matahari.
Klinik Cleveland tahun lalu mengklaim bahwa kanker kulit lebih mematikan bagi perempuan yang sedang hamil dan yang baru melahirkan. Studi ini menemukan bahwa perempuan yang didiagnosis dengan melanoma selama kehamilan atau dalam satu tahun setelah melahirkan, lima kali lebih berisiko kematian. Para ilmuwan percaya meningkatnya hormon estrogen selama kehamilan, juga bertanggung jawab atas peningkatan risiko ini.