7 Tradisi Kehamilan dari Berbagai Daerah di Indonesia
Masyarakat Indonesia ternyata punya beragam tradisi kehamilan lho, Ma
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Masyarakat Indonesia dikenal memiliki berbagai tradisi yang unik dalam memperingati kehamilan. Bagi pasangan suami istri, kehamilan menjadi suatu momen istimewa yang kerap dinanti-nantikan.
Tradisi kehamilan dari berbagai daerah di Indonesia umumnya digelar sebagai wujud rasa syukur atas kehadiran sang buah hati. Diselenggarakannya tradisi ini juga menjadi bentuk dukungan psikologis, fisik, dan sosial kepada ibu hamil yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur sebelumnya.
Upacara adat bagi ibu hamil oleh sebagian masyarakat dipercaya dapat memberi rasa percaya diri, mengubah cara pandang ibu terhadap perubahan tubuh selama hamil, serta meningkatkan rasa aman dan perasaan dihargai.
Meskipun beberapa orang menganggap tradisi kehamilan sebagai mitos, tetapi tidak sedikit masyarakat Indonesia yang masih rutin melaksanakannya. Lantas, apa saja tradisi unik yang dilakukan selama masa kehamilan tersebut?
Berikut Popmama.comtelah merangkum sejumlah tradisi kehamilan dari berbagai daerah di Indonesia.
1. Upacara Tingkeban atau Mitoni di Jawa
Masyarakat Jawa mempunyai tradisi kehamilan yang disebut Upacara Tingkeban atau Mitoni. Tradisi ini biasanya digelar saat kehamilan ibu menginjak usia tujuh bulan.
Perhitungan usia kehamilan ini juga menjadi keunikan pada Upacara tingkeban, sebab dalam serba-serbi ritualnya berkaitan dengan angka tujuh.
Misalnya, tumpengan yang disiapkan berjumlah tujuh serta ibu hamil dimandikan dengan tujuh guyuran dengan pendampingnya yang juga berjumlah tujuh orang. Bagi masyarakat Jawa, angka tujuh adalah angka yang istimewa sehingga kerap dijadikan sebagai jumlah keberuntungan.
2. Mappanre To-mangideng oleh Suku Bugis
Saat menginjak usia kehamilan satu bulan, ibu hamil dan keluarga dari Suku Bugis akan melaksanakan ritual Mappanre To-mangideng. Dalam bahasa Bugis, mappanre to-mangideng berarti menyiapi ibu hamil dengan makanan yang sehat, termasuk makanan kesukaan calon ibu.
Tujuan digelarnya tradisi ini adalah untuk menyenangkan ibu hamil supaya jalan menuju dua bulan, tiga bulan, sampai beberapa bulan selanjutnya lebih lapang dan tidak ngidam sesuatu yang sulit ataupun tidak menyehatkan.
Karena itulah, calon Mama di bulan pertama kehamilannya langsung disuguhi dengan makanan yang ia senangi.
3. Mimbit Arep oleh Suku Dayak
Mimbit arep adalah salah satu dari beberapa tradisi kehamilan yang dilakukan pada ibu hamil di suku Dayak. Pelaksanaan ritual ini mengharuskan ibu hamil diikat pinggangnya dengan sebuah tali yang disebut paling pangereng.
Secara harfiah, mimbit arep berarti ‘membawa diri’ atau ibu hamil hanya dapat membawa diri saja dalam berjalan atau bekerja.
Sejak bulan pertama kehamilan, ibu hamil di Dayak tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan berat. Hal ini bertujuan untuk menjaga supaya janin dalam kandungannya tetap aman.
4. Mangirdak oleh Suku Batak
Seperti halnya tradisi masyarakat suku Jawa, Mangirdak merupakan tradisi tujuh bulanan yang dilakukan oleh suku Batak. Ritual ini digelar di rumah keluarga dari pihak perempuan. Biasanya, ibu dari perempuan yang sedang hamil akan memasakkan masakan favorit anaknya berupa ikan mas arsik sebagai makanan tradisional yang wajib ada.
Dalam ritual ini, sang ibu dari perempuan yang sedang hamil akan menyuapi anaknya langsung sambil didoakan segala hal yang baik dan bermanfaat untuk kehamilannya. Pihak keluarga juga turut diundang saat dilaksanakannya tradisi ini.
Kemudian orang-orang yang lebih tua akan memberi wejangan kepada ibu hamil terkait cara merawat kandungannya serta memanjatkan doa supaya ibu dan anak diberi keselamatan hingga saat melahirkan tiba.
5. Pelet Kandung oleh Suku Madura
Pelet Kandung adalah tradisi kehamilan yang dilakukan oleh masyarakat suku Madura. Tradisi ini biasanya digelar pada saat usia kandungan ibu hamil menginjak 7 bulan di tanggal 14.
Dalam pelaksanaannya, ibu hamil akan dipijat oleh paraji atau dukun bayi. Selanjutnya ibu hamil akan dibacakan sejumlah ayat Al-Qur’an dan melakukan prosesi mandi kembang.
Saat menjalankan rangkaian prosesi ini, ibu hamil dipercaya harus memegang sesuatu yang berbunyi supaya bayi dalam kandungannya bisa lahir dengan sehat dan tidak mengalami disabilitas.
6. Tradisi Mengirim Makanan oleh Suku Aceh
Pada masyarakat suku Aceh, tradisi kehamilan dilakukan pada saat sang ibu hamil menginjak bulan kelima dan ketujuh. Pada bulan kelima, pihak keluarga dari istri akan mengirim makanan serta kue-kue manis kepada keluarga suami.
Hal yang sama pun dilalkukan oleh pihak keluarga suami kepada keluarga istri. Makanan yang dikirimkan biasanya berisi makanan tradisional dari Aceh.
Selang dua bulan ketika menginjak bulan ketujuh kehamilan, kedua pihak keluarga akan bertemu kembali dengan ibu hamil dan pasangannya untuk melangsungkan acara makan bersama. Tradisi ini dilakukan untuk mempererat silaturahmi antar keluarga.
7. Magedong-gedongan oleh Adat Bali
Magedong-gedongan adalah tradisi kehamilan yang dilakukan oleh masyarakat adat Bali. Rangkaian upacara ini dilaksanakan pada saat usia kandungan ibu hamil menginjak 5 atau 6 bulan.
Tujuan digelarnya tradisi ini adalah untuk mendoakan ibu hamil agar senantiasa diberi kesehatan dan bayi yang dikandungnya bisa lahir dengan selamat. Saat menjalankan rangkaian tradisi, ibu hamil akan diberikan sesajen berupa daun kumbang, ikan lele, ikan nyalian, belut, ikan karpel, tumbak tiing, dan paso dari tanah liat.
Nah, itulah sejumlah tradisi kehamilan dari berbagai daerah di Indonesia. Dilihat dari prosesi pelaksanaannya, tradisi-tradisi ini memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, ya, Ma.
Bagaimana tradisi kehamilan di tempat tinggal Mama?
Baca juga:
- 5 Tradisi Ibu Hamil di India, Unik dan Punya Makna Tersendiri
- Perkembangan Janin dari Minggu ke Minggu, Ibu Hamil Wajib Tahu!
- Ini Dia Alasan Olahraga saat Hamil Bikin Bayi Cerdas