7 Penyebab IUFD, Kematian Janin di Dalam Kandungan
Usahakan kematian janin di dalam kandungan atau IUFD tidak sampai terjadi, ya, Ma!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semua orang yang sedang hamil tentu ingin kalau kehamilannya tetap sehat dan janin di dalam kandungan bisa tumbuh serta berkembang secara optimal.
Namun, tak jarang ada ibu hamil yang mengalami berbagai hambatan selama masa kehamilannya. Salah satu kasus besar yang bisa terjadi, yaitu IUFD. Masalah kehamilan yang satu ini dapat memicu kematian janin di dalam kandungan.
Apa Itu IUFD?
IUFD adalah intrauterine fetal death atau sering dikenal sebagai kematian janin di dalam kandungan saat usia kehamilan sudah berusia di atas 20-28 minggu. Umumnya kasus IUFD tidak bisa dicegah, namun masih bisa dikurangi risikonya dengan mengetahui faktor penyebab dan langkah pencegahan yang tepat.
Untuk itu, perlu sekali rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan dan USG. Ini berguna sekali untuk memantau perkembangan janin serta tetap memastikan kondisi kesehatan ibu selama masa kehamilan.
Bila saat diperiksa ada beberapa faktor yang berisiko menyebabkan IUFD, maka rutinlah berkonsultasi dengan dokter agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
Agar Mama semakin waspada, berikut Popmama.com telah merangkum tujuh penyebab IUFD, kematian janin di dalam kandungan:
1. Plasenta tidak berfungsi dengan baik
Plasenta yang tidak berkembang secara normal dapat menjadi salah satu penyebab IUFD. Gangguan plasenta yang kurang berfungsi dengan baik ini dapat menghambat penyaluran berbagai nutrisi penting untuk janin di dalam kandungan.
Aliran darah dan oksigen menjadi terhambat atau berkurang akibat gangguan plasenta. Bila kondisi ini terus terjadi, maka perkembangan janin menjadi tidak optimal dan berujung pada kematian di dalam kandungan atau IUFD.
2. Gawat janin
Gawat janin atau fetal distress adalah sebuah kondisi janin yang tidak kondusif untuk memenuhi syarat menuju persalinan. Umumnya kondisi gawat janin ini ditandai dengan hipoksia janin di mana tidak ada pasokan oksigen yang cukup atau mengalami keterlambatan.
Selain itu, gerakan janin di dalam kandungan yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan tali pusar terpelintir dan suplai nutrisi menjadi terganggu. Padahal tali pusar menjadi jembatan pemenuhan nutrisi dan oksigen sesuai kebutuhan janin. Jika suplai oksigen terhenti, gerakan janin menjadi sangat berlebihan dan dapat mengakibat kematian di dalam kandungan.
3. Adanya kelainan genetik
Kelainan atau cacat genetik bisa terjadi pada setiap kehamilan. Salah satu contohnya ketika ada kelainan pada kromosom janin, sehingga membuat pertumbuhan janin terhenti. Kondisi ini dapat berujung pada organ vital janin, seperti jantung dan otak tidak bisa berkembang secara optimal.
Selain itu kelainan bawaan pada janin ini dapat membuat organ jantungnya mengalami kebocoran, paru-paru tidak bisa berfungsi dengan baik dan beberapa kelainan lain yang dapat memicu terjadinya kematian janin di dalam kandungan.
4. Terjadi masalah pada kondisi kesehatan selama hamil
Gangguan penyakit yang terjadi selama masa kehamilan bisa menyebabkan IUFD atau kematian di dalam kandungan.
Penyakit yang perlu diperhatikan selama hamil, seperti diabetes, jantung, hipertensi hingga kekurangan gizi. Tanpa disadari beberapa penyakit ini dapat mengurangi asupan nutrisi yang seharusnya didapat oleh janin. Bila suplai nutrisi semakin menurun, maka janin tidak dapat berkembang dengan baik.
Selain itu, terjadinya infeksi bakteri seperti streptokokus grup B, toksoplasmosis, listeriosis, dan rubella juga dapat menjadi penyebab janin mati dalam kandungan karena mengganggu pertumbuhan janin.
Begitu juga dengan beberapa infeksi lainnya seperti malaria, sifilis dan HIV yang terjadi selama masa kehamilan.
5. Mengalami perdarahan
Selama masa kehamilan, tak jarang ada saja berbagai gangguan yang terjadi seiring berjalannya waktu. Ibu hamil yang mengalami kecelakaan hebat hingga mengalami benturan di bagian perut dapat menyebabkan sebagian plasenta terlepas. Kondisi plasenta yang terlepas ini dapat memicu perdarahan, sehingga asupan nutrisi dan oksigen ke dalam tubuh sebagai asupan untuk janin menjadi terhenti.
Perdarahan yang hebat akibat berbagai faktor selama masa kehamilan dapat membuat janin mati di dalam kandungan.
6. Usia kehamilan yang melewati waktu normal
Ma, perlu disadari bahwa umumnya kehamilan terjadi hingga usia 42 minggu. Jika melebihi itu, kehamilan akan dianggap lebih dari batas normal.
Jika sudah lebih dari 42 minggu, maka plasenta akan mengalami penuaan dan fungsinya juga akan berkurang. Kondisi plasenta yang sudah tidak optimal ini akan membuat janin kekurangan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan.
Selain itu, cairan ketuban di dalam kandungan juga akan menjadi lebih kental dan hijau. Jika cairan ketuban terminum oleh janin dan masuk ke dalam paru-parunya dapat menimbulkan infeksi atau keracunan yang berujung kematian pada janin.
7. Gaya hidup yang tidak sehat
Faktor gaya hidup yang kurang sehat dapat memicu terjadinya kematian janin di dalam kandungan.
Ibu hamil yang mengalami obesitas, terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji, terlalu banyak minum alkohol hingga merokok selama masa kehamilan, dapat memberikan pengaruh buruk untuk janin. Perlu diketahui bahwa merokok untuk ibu hamil dapat menghambat pertumbuhan janin di rahim karena mengurangi suplai oksigen ke janin melalui plasenta.
Itulah tujuh penyebab IUFD, kematian janin di dalam kandungan. Semoga dari informasi di atas, Mama yang sedang hamil dapat terus menjaga kesehatan dan menjaga gaya hidup.
Tetap semangat menjalani masa-masa kehamilan ini, ya, Ma!
Baca juga:
- Waspadai! 5 Penyebab Utama Kematian Ibu Saat Melahirkan
- 10 Gangguan Kesehatan yang Terjadi Selama Kehamilan Trimester Ketiga
- Melahirkan dengan Lancar, Berikut Tips Mencegah Komplikasi Saat Hamil!