Preeklamsia di Kehamilan Kedua: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya
Risiko preeklamsia meningkat di kehamilan kedua jika bumil pernah mengalaminya di kehamilan pertama
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan gangguan pada organ dalam tubuh ibu hamil seperti tekanan darah tinggi, adanya kandungan protein di dalam urine, dan disfungsi organ.
Umumnya, preeklamsia dialami oleh seorang calon ibu di kehamilan pertamanya. Namun, komplikasi ini ternyata juga bisa berisiko terjadi pada kehamilan berikutnya.
Jika tak segera terdeteksi dan ditangani secara serius, preeklamsia dapat memicu gagal ginjal hingga eklamsia.
Di bawah ini Popmama.com merangkum informasi mengenai preeklamsia di kehamilan kedua, mulai dari penyebab, gejala dan penanganannya.
Penyebab Preeklamsia di Kehamilan Kedua
Melansir dari Healthline, apabila pernah mengalami preeklamsia di kehamilan sebelumnya, seorang ibu hamil jauh lebih berisiko untuk mengalami komplikasi ini di kehamilan berikutnya.
Namun tingginya risiko tergantung pada tingkat keparahan preeklamsia yang dialami di kehamilan sebelumnya.
Artinya, semakin parah tingkatannya, maka risiko akan terkena lagi pun semakin tinggi.
Belum ada penelitian lebih lanjut mengenai penyebab utama dari preeklamsia, namun beberapa hal ini bisa jadi pemicunya:
- memiliki tekanan darah tinggi maupun penyakit ginjal sejak sebelum hamil,
- ada anggota keluarga dengan riwayat preeklamsia maupun tekanan darah tinggi,
- berusia di bawah 20 tahun atau di atas 40 tahun,
- janin kembar,
- kehamilan kedua berjangka 10 tahun dari kehamilan pertama,
- memiliki berat badan berlebih atau BMI (Body Mass Index) melebihi angka 30.
Gejala Preeklamsia di Kehamilan Kedua
Gejala dari preeklamsia di kehamilan kedua memiliki kesamaan pada kehamilan pertama, seperti:
- sakit kepala,
- pandangan yang kabur,
- mual hingga muntah,
- nyeri pada abdomen,
- napas pendek-pendek,
- buang air kecil dalam jumlah sedikit dan intensitas yang jarang,
- mengalami pembengkakan di area wajah.
Penanganan Preeklamsia di Kehamilan Kedua
Preeklamsia umumnya terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan.
Tanpa penanganan serius, komplikasi ini dapat menyebabkan gagal hati atau ginjal dan potensi masalah kardiovaskular dalam jangka panjang.
Selain itu juga dapat menyebabkan kondisi yang disebut eklampsia, yang dapat menyebabkan kejang pada ibu.
Risiko terparahnya adalah stroke, yang berisiko menyebabkan kerusakan otak permanen atau bahkan kematian calon ibu.
Sementara pada janin, risikonya adalah terhambatnya suplai darah darah yang cukup, oksigen dan makanan.
Hal ini memicu perkembangan janin yang lebih lambat, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, hingga kondisi lahir mati.
Sebelum mendapatkan penanganan medis, seorang ibu hamil dengan gejala preeklamsia akan menjalani pemeriksaan tekanan darah, pengecekan darah dan urine.
Jika dinyatakan terkena preeklamsia di kehamilan keduanya, maka kesehatan ibu dan calon bayi harus mendapat pemantauan intensif oleh dokter dan tenaga medis.
Oleh karena itu, ibu hamil dengan preeklamsia umumnya melakukan kontrol rutin ke dokter.
Sementara perawatan inap tergantung pada tingkat keparahannya, usia kehamilan, hingga hasil rekomendasi dokter.
Obat-obatan untuk preeklamsia terdiri dari:
- obat tekanan darah tinggi,
- kortikosteroid, untuk membantu perkembangan paru-paru janin berjalan optimal,
- anticonvulsant, obat pencegah kelumpuhan.
Pengobatan berfokus untuk menekan laju perkembangan penyakit dan menghindari risiko kelahiran prematur.
Tips Mencegah Preeklamsia di Kehamilan Kedua
Apabila preeklamsia terdeteksi di awal kehamilan, maka efek sampingnya dapat jauh lebih diminimalisir.
Berikut yang dapat Mama lakukan untuk mencegah preeklamsia di kehamilan kedua:
- Setelah kehamilan pertama dan sebelum kehamilan kedua, lakukan prosedur pengecekan menyeluruh pada tekanan darah dan fungsi ginjal mama.
- Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat masalah pembekuan darah penyumbatan pada paru-paru, dianjurkan untuk mengecek risiko adanya trombofilia.
- Jika mengalami obesitas, konsultasi pada dokter untuk program penurunan berat badan. Hal ini dapat mengurangi risiko terjadinya preeklamsia di kehamilan berikutnya.
- Jika Mama memiliki diabetes mellitus, kontrol kadar gula darah sebelum dan selama masa kehamilan kedua.
- Jika mengidap penyakit tekanan darah tinggi kronis, Mama dianjurkan untuk menemui dokter untuk kontrol sebelum kehamilan kedua.
- Di bawah pengawasan dokter, konsumsi aspirin dengan dosis rendah di trimester pertama kehamilan (antara 60-81 mg).
- Lakukan kontrol berkala dengan dokter untuk mengecek darah dan urine secara rutin sesuai kebutuhan.
Melahirkan dengan Kondisi Preeklamsia
Meskipun preeklamsia dapat menyebabkan masalah serius selama kehamilan, seorang ibu hamil dengan kondisi ini tetap dapat melahirkan bayinya.
Karena preeklamsia merupakan pemicu komplikasi yang timbul selama kehamilan, prosedur persalinan direkomendasikan sebagai cara menghentikan perkembangan penyakit.
Dokter akan mendiskusikan waktu persalinan berdasarkan tingkat keparahan penyakit dan usia kehamilan.
Ada kondisi lain yang disebut preeklamsia postpartum yang terjadi setelah melahirkan, yang gejalanya mirip dengan preeklamsia.
Temui dokter segera jika Mama mengalami gejala preeklamsia setelah melahirkan, karena berisiko menyebabkan masalah serius.
Itu tadi penjelasan mengenai preeklamsia di kehamilan kedua. Preeklamsia yang terdeteksi dan ditangani lebih awal dapat mencegah komplikasi berkelanjutan. Jadi jangan lupa kontrol ke dokter, ya, Ma!
Baca juga:
Meski Jarang Terjadi, Cek Fakta Mengenai Preeklamsia Postpartum
Pentingnya Deteksi Dini Preeklamsia untuk Cegah Risiko Kematian
Seperti di Layangan Putus, Ini Gejala Preeklamsia yang Perlu Mama Tahu