Kisah Ibu Hamil yang Sembuh dari Tumor Sebesar Jeruk Bali, Penuh Haru!
Perjuangan ibu hamil yang satu ini dalam melawan penyakitnya begitu menginspirasi, Ma!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seorang ibu hamil beruntung dapat melawan penyakit yang dialami setelah dokter menemukan tumor seukuran jeruk bali di jantungnya saat usia kehamilannya 8 bulan.
Perempuan yang memiliki nama lengkap Zoe Plastiras ini mengaku tercengang saat melihat tumornya untuk yang pertama kali. Plastira sempat tidak percaya dengan ukuran tumor yang berada di dalam tubuhnya itu.
Dibantu oleh dokter dan tim, Plastiras berhasil bebas dari tumor tersebut.. Penasaran bagaimana kisah Plastiras melewati masa-masa sulitnya?
Berikut Popmama.com rangkum kisah ibu hamil yang sembuh dari tumor sebesar jeruk bali.
1. Menjadi pengalaman yang tidak terlupakan
Pada pembahasan di atas, diketahui bahwa tumor yang dimiliki Plastiras berukuran kira-kira sebesar jeruk bali dan terletak di dekat jantung.
Informasi tersebut sontak membuat Plastiras dan sang suami, Joe, terkejut. Keduanya menjadikan masa-masa ini sebagai suatu pengalaman yang tidak akan terlupakan sepanjang hidupnya.
"Saya ingat saat itu perawat bertanya perihal seberapa banyak informasi yang ingin saya tahu. Kemudian saya menjawab, semuanya. Saya akan menjadi ibu jadi saya harus mengetahui semuanya," ujar Plastiras kepada Jam Press.
Plastiras terkejut setelah medis menemukan tumor sebesar jeruk bali di sebelah jantungnya. Plastiras mengungkapkan bahwa dirinya langsung diuji untuk pemeriksaan kanker setelahnya.
"Saat melihat ukurannya di sebelah jantung saya, saya benar-benar terkejut. Saya tidak percaya tumor sebesar itu berada di dalam diri saya selama ini. Saya dan suami, Joe, langsung saling memandang dengan keterkejutan yang sama. Itu merupakan hari yang mengerikan, tidak akan pernah saya lupakan," lanjut Plastiras.
2. Dianggap sebagai efek samping kehamilan
Ibu hamil berusia 23 tahun ini mulanya menggangap beberapa gejala yang dia alami merupakan efek samping dari kehamilan. Plastiras mengeluhkan sulit bernapas disertai batuk ringan saat itu.
"Saya sedang hamil 32 minggu dan terus merasa kehilangan napas dan sedikit batuk," kata Plastiras.
Plastiras langsung menghubungi rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Setelah melakukan banyak metode pemeriksaan mulai dari sinar X hingga cek darah, Plastiras dinyatakan memiliki kelainan pada jantungnya.
Kemudian hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan ukuran tumor yang dimiliki Plastiras adalah 11,7 cm x 6 cm x 9 cm atau sebesar jeruk bali.
Hari berikutnya, Plastiras menemukan banyak panggilan tak terjawab dan pesan yang menganjurkannya untuk melapor ke departemen kardiologi rumah sakit dalam 10 menit ke depan.
3. Prosedur pengobatan ditunda hingga anak lahir
Dokter memutuskan untuk menunda pengobatan Plastiras hingga proses persalinan karena gejala yang dialaminya terhitung ringan.
Dari segala proses pemeriksaan yang berlangsung, dokter mengungkapkan bahwa Plastiras menderita limfoma non-Hodgkin Tahap 2.
Para ahli National Cancer Institute menjelaskan kanker jenis ini diketahui berasal dari sistem getah bening yang berada di atas diafragma atau di bawah diafragma. Hal ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh.
Plastiras mengaku air ketubannya pecah pada dua minggu lebih awal akibat stres dan rasa cemas yang menguasai dirinya selama melewati proses yang melelahkan ini.
Ketika persalinannya tidak berkembang, Plastiras membutuhkan operasi caesar darurat.
4. Sang buah hati berhasil dilahirkan
Awalnya, dokter menganjurkan Plastiras untuk melakukan operasi pada bagian dada. Namun, jika operasi ini dilakukan makan Plastiras tidak diperbolehkan untuk menggendong sang buah hati dalam beberapa waktu tertentu.
“Awalnya saya diberitahu bahwa saya memerlukan operasi dada terbuka, yang membuat saya ketakutan karena artinya saya tidak bisa menggendong bayi saya selama dua atau tiga bulan sampai saya sembuh,” ungkap Plastiras.
Siapa sangka justru datang sebuah keajaiban setelah Ophelia, sang buah hati lahir. Pada saat itu dokter memutuskan untuk tidak melakukan operasi dada dan menggantinya dengan kemoterapi.
5. Harus menjalani serangkaian kemoterapi
Kemoterapi yang dijalankan oleh Plastiras berlangsung selama enam putaran. Plastiras harus merelakan rambutnya yang semakin habis selama melakukan pengobatan ini.
“Sungguh lega rasanya bahwa saya tidak akan menjalani operasi, tetapi saya merasa sedih kehilangan semua rambut panjang saya,” jelas Plastiras.
Selain itu, Plastiras juga menjalani pemindaian PET untuk memeriksa apakah dirinya bebas kanker atau tidak. Jika masih ada, dokter akan mempertimbangkan untuk melakukan lebih banyak kemo atau radioterapi.
Pemeriksaan PET (Positron Emission Tomography) adalah prosedur pemeriksaan untuk mendeteksi gangguan organ di dalam tubuh seperti kanker, penyakit jantung, dan gangguan otak.
6. Merasa lega telah melalui masa-masa ini
Perjalanan yang Plastiras tempuh memang tidak mudah, namun dirinya mengaku lega setelah berhasil melawan tumor selama masa kehamilannya. Plastiras turut mengucapkan terima kasih kepada sang buah hati.
"Saya akan selamanya berterima kasih untuk putri saya, karena saya yakin mereka tidak akan pernah menemukan massa ini jika bukan karena dia mendorong semua yang ada di tubuh saya," kata Plastiras.
Diketahui saat ini Ophelia sudah menginjak usia hampir tiga bulan. Semua kesulitan sudah diselesaikan, kini Plastiras bisa kembali berbahagia bersama keluarga kecilnya.
Jadi, itu dia kisah ibu hamil yang sembuh dari tumor sebesar jeruk bali. Semoga Mama bisa mengambil hikmah dari kisah inspiratif ini, ya, Ma!
Baca juga:
- Awas, Bahaya Penyakit Radang Gusi saat Hamil Bisa Sebabkan Tumor
- Ibu Hamil Ini Tunda Pengobatan Kanker Kulit Demi Selamatkan Bayinya
- Ibu Hamil Didiagnosa Kanker Stadium Akhir di Kehamilan 17 minggu