TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Awas! KDRT saat Hamil Berpotensi Memengaruhi Perkembangan Otak Janin

Kekerasan dalam rumah tangga bisa dialami oleh siapa saja, termasuk ibu hamil

Freepik/kamranaydinov

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) masih sering terjadi di Indonesia. Hal ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk ibu hamil.

Masa-masa kehamilan tidaklah mudah. Mama mungkin akan mengalami perubahan suasana hati akibat perubahan hormon. Kehamilan bisa menjadi makin berat dengan KDRT yang Mama alami.

Menurut penelitian, KDRT saat hamil berpotensi memengaruhi perkembangan otak janin. Kok bisa? Penjelasan mengenai penelitiannya sudah Popmama.com rangkum pada ulasan berikut ini, ya. Nah, bila hal ini terjadi pada Mama, jangan ragu untuk mencari bantuan.

Penelitian tentang KDRT saat Hamil dan Perkembangan Otak Janin

freepik

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap perempuan selama kehamilan berpotensi berdampak signifikan pada perkembangan otak bayi yang belum lahir, menurut sebuah studi.

Peneliti di University of Bath, yang bekerja sama dengan peneliti dari University of Cape Town, menganalisis pemindaian otak 143 bayi Afrika Selatan. Para bayi itu memiliki ibu yang menjadi korban kekerasan pasangan intim (IPV) atau suami selama kehamilan. Kekerasan suami ini mencakup kekerasan atau penyerangan emosional, fisik dan seksual.

Pemindaian MRI otak dilakukan saat bayi baru berusia rata-rata 3 minggu. Jadi, perubahan apa pun yang diamati kemungkinan besar telah berkembang ketika si Kecil berada di dalam rahim.

Menerbitkan temuan mereka dalam jurnal Developmental Cognitive Neuroscience. Tim peneliti melaporkan bahwa paparan kekerasan yang dialami oleh ibu hamil dari suaminya selama kehamilan dikaitkan dengan perubahan struktur otak pada bayi muda yang diidentifikasi segera setelah lahir. Hal ini terbukti bahkan ketika para peneliti memperhitungkan penggunaan alkohol dan merokok ibu selama kehamilan serta komplikasi kehamilan.

Efek KDRT saat Hamil Terhadap Bayi Perempuan dan Laki-Laki

Freepik

Yang penting, efek KDRT dari suami dapat berbeda berdasarkan jenis kelamin bayi.

Bagi bayi perempuan, paparan KDRT ibu mereka selama kehamilan dikaitkan dengan amigdala yang lebih kecil, area otak yang terlibat dalam perkembangan emosional dan sosial.

Bagi bayi laki-laki, paparan KDRT justru dikaitkan dengan nukleus kaudatus yang lebih besar, area otak yang terlibat dalam berbagai fungsi termasuk pelaksanaan gerakan, pembelajaran, memori, penghargaan, dan motivasi.

Perubahan dini pada struktur otak dapat menjelaskan mengapa anak-anak yang ibunya mengalami tingkat stres tinggi selama kehamilan lebih mungkin mengalami masalah psikologis di masa kanak-kanak atau di kemudian hari.

Perbedaan jenis kelamin dalam perkembangan otak juga dapat membantu menjelaskan mengapa anak perempuan dan laki-laki sering mengalami masalah kesehatan mental yang berbeda. Namun, para peneliti memperingatkan bahwa penelitian tersebut tidak menganalisis perkembangan emosional dan kognitif pada anak-anak.

Peneliti utama, Dr Lucy Hiscox dari Departemen Psikologi di Bath menjelaskan agar ibu hamil menerapkan 3 hal ketika mengalami kekerasan: kenali, tanggapi, dan rujuk. Mencegah atau bertindak cepat untuk membantu perempuan terhindar dari kekerasan dalam rumah tangga dapat menjadi cara yang efektif untuk mendukung perkembangan otak yang sehat pada anak-anak.

Jenis KDRT yang Perlu Mama Pahami

Freepik/Kamranaydinov

Kekerasan merupakan perilaku kekerasan, mengancam, atau perilaku lain oleh seseorang yang memaksa atau mengendalikan anggota keluarga atau menyebabkan anggota keluarga tersebut menjadi takut.

Kekerasan dalam rumah tangga dapat mencakup perilaku yang memaksa dan mengendalikan. Tidak harus mencakup kekerasan fisik atau ancaman.

Ada beberapa jenis KDRT, yaitu:

  • Kekerasan emosional, termasuk menyalahkan, merendahkan, mencaci-maki, suasana hati yang buruk, membuat korban merasa bersalah, pelecehan, penguntitan, teriakan, penghinaan, dan sumpah serapah.
  • Kekerasan finansial, termasuk mengambil alih semua uang dan keuangan, menghentikan seseorang dari bekerja, membatasi akses mereka terhadap uang, kartu kredit atau rekening bank, dan pencurian identitas untuk mendapatkan kredit.
  • Kekerasan fisik, termasuk mengguncang, mendorong, memukul, menendang, mengemudi dengan berbahaya, mencoba mencekik dan menahan fisik, dengan sengaja merusak atau menghancurkan properti dan dengan sengaja menyebabkan kematian atau cedera pada Hewan peliharaan.
  • Pelecehan seksual, termasuk pemerkosaan, sentuhan yang tidak diinginkan, lelucon seksual, pemaksaan seks tanpa kontrasepsi, sengaja menimbulkan rasa sakit saat berhubungan seks, dan segala jenis aktivitas seksual yang dipaksakan atau tidak diinginkan lainnya.
  • Pelecehan sosial, termasuk menjauhkan seseorang dari keluarga dan teman, mengendalikan siapa yang mereka lihat, memantau panggilan telepon dan email, merendahkan keluarga atau teman mereka, dan menghina atau mengkritik di depan orang lain.
  • Pelecehan verbal, termasuk kritik, makian, serangan terhadap kecerdasan atau penampilan seseorang, sumpah serapah, dan teriakan.

KDRT selama Kehamilan

Freepik/Tirachardz

Statistik menunjukkan bahwa perempuan memiliki risiko lebih besar mengalami kekerasan dalam rumah tangga dari suaminya selama kehamilan, serta hingga satu bulan setelah melahirkan. Ini juga dikenal sebagai kekerasan pasangan intim. Mama mungkin mengalami kekerasan ini untuk pertama kalinya, atau mungkin bertambah parah saat Mama hamil.

Sebagian orang masih berpandangan bahwa laki-laki adalah 'kepala rumah tangga' dan karenanya harus mengendalikan rumah dan hubungan. Mereka sering melihat peran perempuan sebagai pasif, dan bersedia untuk tersedia secara fisik dan emosional saat ia menginginkannya. Laki-laki dengan pandangan terbatas ini lebih mungkin melakukan kekerasan dalam rumah tangga.

Laki-laki yang terlibat dalam kekerasan dalam rumah tangga mungkin merasa kesal karena pasangannya yang hamil:

  • kurang mampu berkontribusi pada pekerjaan rumah tangga,
  • tidak dapat bersosialisasi sesering biasanya,
  • tidak tersedia secara seksual atau emosional bagi mereka.

Hal ini dapat memicu respons yang menyebabkan mereka menunjukkan perilaku yang lebih mengontrol dan kasar.

Perempuan muda dan perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak direncanakan sering kali rentan secara emosional dan ekonomi serta lebih berisiko mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Perempuan yang pernah mengalami pelecehan seksual dari suami juga berisiko lebih besar mengalami pelecehan selama kehamilan.

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tidak pernah baik dan selalu berbahaya. Kekerasan dalam rumah tangga terkait dengan beberapa jenis bahaya, baik bagi ibu hamil maupun janin. Ini termasuk:

  • berat badan lahir rendah,
  • keguguran atau persalinan prematur,
  • gangguan dan cedera pada janin,
  • depresi, kecemasan, dan stres yang dialami ibu selama kehamilan yang dapat memengaruhi kesehatan mental anak di kemudian hari.

Itu penjelasan soal penelitian KDRT saat hamil berpotensi memengaruhi perkembangan otak janin. Bila Mama mengalaminya, jangan ragu untuk mencari bantuan demi Mama dan si Kecil, ya!

Semoga informasi di atas bisa membantu, Ma!

Baca juga:

The Latest