Dampak KDRT pada Ibu Hamil dan Janin Dalam Kandungan
KDRT bisa terjadi pada siapa saja, termasuk ibu hamil
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT dapat terjadi pada siapa saja, termasuk ibu hamil. KDRT saat hamil berisiko bagi ibu hamil dan janin.
Jika Mama mengalami ini, jangan ragu untuk mencari bantuan yang bisa membawa Mama keluar dari masalah ini. Selain itu, Mama juga perlu membedakan antara KDRT dengan berargumentasi.
Mengapa KDRT bisa terjadi saat hamil? Padahal itu adalah masa-masa paling rentan bagi perempuan.
Selain itu, apa saja dampak KDRT pada ibu hamil dan janin dalam kandungan? Penjelasannya bisa Mama simak pada ulasan Popmama.com berikut ini.
Apa Itu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)?
Kekerasan dalam rumah tangga adalah pola perilaku kasar oleh pasangan yang digunakan untuk menggunakan kekuasaan dan kendali atas orang lain. Perlu diingat jika tindakan ini melanggar hukum.
Kekerasan dalam rumah tangga terhadap ibu hamil seringkali bisa bersifat fisik. Tapi itu juga bisa dalam bentuk lain dan penting untuk mengenali apa yang dianggap sebagai kekerasan atau pelecehan. Kekerasan dalam rumah tangga selama kehamilan dapat meliputi:
- Kekerasan fisik: Menampar, meninju, menendang, membakar, menggigit, penggunaan senjata, atau memukul perut dalam upaya untuk menyakiti atau mengakhiri kehamilan.
- Pelecehan fisik: Memaksa ibu hamil untuk merokok, minum alkohol, atau menggunakan narkoba.
- Menahan perawatan medis: Mencegah ibu hamil pergi ke janji temu pranatal atau meninggalkan Mama tanpa perawatan medis terkait kehamilan (termasuk mencegah pengobatan, perawatan, atau pemberian vitamin prenatal).
- Kekerasan seksual: Memaksa ibu hamil untuk berhubungan seks atau melakukan tindakan seksual yang tidak Mama inginkan
- Pelecehan psikologis: Mencoba untuk mengontrol apa yang dapat atau tidak dapat Mama lakukan, menguntit, mengancam, membuat ibu hamil merasa rendah atau malu, isolasi paksa dari keluarga dan teman, memblokir akses ke orang yang aman dengan siapa Mama dapat mendiskusikan perilaku kasar, melarang menghadiri perayaan atau acara.
- Pelecehan emosional: Menjatuhkan Mama, penghinaan, ejekan, kritik terus-menerus.
- Paksaan reproduksi: Ancaman atau kekerasan terkait dengan keputusan untuk melanjutkan atau mengakhiri kehamilan, atau memaksa Mama untuk melakukan aborsi.
- Penyalahgunaan keuangan: Menahan uang untuk kebutuhan dasar, tidak membiarkan Mama membelanjakan uang untuk kebutuhan bayi, mencegah ibu hamil pergi bekerja, memantau pengeluaran dengan cermat atau mencuri uang dari Mama.
Pemicu KDRT pada Ibu Hamil
KDRT dapat dimulai atau meningkat selama kehamilan.
Pasangan mungkin merasa kewalahan dengan tanggung jawab akan memiliki bayi, terutama jika kehamilannya tidak direncanakan. Papa mungkin juga mengalami stres berat karena uang dan tanggung jawab keuangan jangka panjang untuk membesarkan anak.
Terkadang pasangan bahkan menjadi marah atau cemburu jika calon Mama kurang fokus pada hubungan mereka dan lebih pada calon bayinya.
Bedakan antara KDRT dengan Berargumen
Adalah normal bagi suami istri kadang-kadang bertengkar dan bahkan pertengkaran menjadi intens atau memanas.
Apa yang tidak normal adalah ketika pasangan mulai menunjukkan perilaku kekerasan atau kasar atau membuat ancaman untuk menyakiti. Memukul, menendang, melempar benda, atau memaksa untuk melakukan tindakan seksual semuanya dianggap sebagai pelecehan. Bahkan jika pelaku kemudian meminta maaf dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi.
Menjatuhkan, mencoba mencegah Mama menghubungi teman atau keluarga, atau memberi tahu bahwa pelecehan itu adalah kesalahan Mama juga bukan termasuk pertengkaran yang normal.
Dampak KDRT pada Ibu Hamil dan Janin Dalam Kandungan
Di saat yang seharusnya menyenangkan dalam hidup, kekerasan dalam rumah tangga dapat berdampak serius. Ini menyebabkan cedera fisik dan kerugian psikologis.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mencatat bahwa kekerasan dapat menyebabkan gangguan ginekologi.
KDRT juga dapat memengaruhi janin. Potensi komplikasi kehamilan termasuk persalinan prematur, berat badan lahir rendah, solusio plasenta, ruptur uteri, pendarahan, cedera janin, dan, dalam kasus yang paling buruk, keguguran, lahir mati atau kematian ibu.
Calon Mama yang dilecehkan atau mengalami KDRT mungkin cenderung tidak mengurus dirinya sendiri selama kehamilan dengan pola makan yang buruk, tidak mencari perawatan sebelum melahirkan atau menyalahgunakan obat-obatan atau alkohol.
Dalam banyak kasus, KDRT mungkin akan terus berlanjut hingga si Bayi lahir. Anak-anak yang terpapar kekerasan dalam rumah tangga berisiko lebih besar untuk diabaikan dan dilecehkan sendiri, dan lebih mungkin mengembangkan gangguan kesehatan, perilaku, dan psikologis seiring bertambahnya usia.
Jika disakiti atau diancam oleh suami saat hamil, Mama berisiko:
- cedera pada rahim,
- keguguran, lahir mati atau prematur,
- mengalami infeksi vagina yang berbahaya dari hubungan seks paksa atau tanpa kondom dengan seseorang yang memiliki infeksi,
- peningkatan perdarahan trimester pertama dan kedua.
KDRT juga bisa memberikan dampak berikut ini pada janin dan bayi baru lahir:
- beratnya terlalu kecil saat lahir,
- mengalami kesulitan menyusui atau mengambil botol,
- mengalami masalah tidur,
- menjadi lebih sulit untuk dihibur daripada bayi lain,
- memiliki masalah belajar berjalan, berbicara dan belajar secara normal,
- mengalami trauma emosional yang berkepanjangan.
Untuk memiliki kehamilan dan bayi yang sehat, Mama harus bebas dari kekerasan dan ketakutan. Jika Mama mengalami kekerasan dalam rumah tangga, penting bagi Mama untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan untuk meminta bantuan. Ada berbagai sumber komunitas yang tersedia yang akan membantu Mama mengembangkan rencana keselamatan untuk Mama dan janin.
Apa yang Harus Dilakukan jika Mengalami KDRT saat Hamil?
Beberapa perempuan yang dilecehkan atau mengalami KDRT takut tidak ada yang akan mempercayai atau menganggap mereka serius. Beberapa merasa seolah-olah mereka satu-satunya yang mengalami ini atau bahwa mereka sendirilah penyebab masalah.
Penting untuk diketahui bahwa meminta bantuan saat menghadapi kekerasan atau pelecehan bukanlah reaksi yang berlebihan. Itu adalah tindakan melindungi diri Mama dan janin.
Berikut beberapa hal yang harus dilakukan jika Mama mengalami KDRT saat hamil:
- Jangkau seseorang yang Mama percayai, baik itu keluarga, komunitas, dokter, atau teman. Jika Mama kesulitan bertanya, cobalah untuk mengartikulasikan dengan tepat apa yang Mama rasakan. Mama bisa mulai dengan: "Saya butuh bantuan", "Saya takut nyawa saya terancam", atau bahkan "Ada yang tidak beres".
- Buat rencana keselamatan. Pilih tempat di mana Mama bisa datangi jika merasa keselamatan terancam.
- Simpan uang dan dokumen penting di tempat yang aman. Simpan amplop berisi uang tunai plus dokumen penting seperti kartu identitas, informasi asuransi, atm, dan uang. Simpan barang-barang ini di tempat di mana suami tidak akan menemukannya dan bisa Mama akses dengan mudah jika harus segera pergi.
- Siapkan barang-barang penting dan siap berangkat. Selain uang dan dokumen penting, kemasi tas atau koper dengan pakaian, perlengkapan mandi, obat-obatan yang diperlukan, dan satu set kunci tambahan untuk mobil dan rumah. Jika Mama tidak dapat menyimpan koper dengan aman di rumah, berikan kepada orang yang Mama percayai.
Ingat, jika Mama menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), itu bukan salah Mama. Jangan menunggu dan segera cari bantuan.
Itu penjelasan tentang dampak KDRT pada ibu hamil dan janin. Semoga Mama dan si Kecil selalu dalam kondisi aman, ya!
Baca juga:
- Bagaimana Cara agar Tidak Jadi Korban KDRT? Begini Kata Psikolog
- Jangan Takut Melapor, Begini Cara Lapor KDRT Online
- 5 Penelitian soal Korban KDRT Susah Lepas dari Hubungan Toksik