Wajib Tahu, 3 Jenis Hipertensi saat Hamil, Gejala, dan Penanganannya
Hipertensi saat hamil dapat meningkatkan risiko bagi Mama dan janin
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat hamil, Mama berharap dalam kondisi baik dan sehat agar tidak terjadi komplikasi kehamilan yang membahayakan janin. Namun dalam kondisi tertentu, Mama tidak dapat menghindari sakit atau komplikasi kehamilan. Salah satu yang umum dialami oleh ibu hamil adalah tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi pada kehamilan atau hipertensi adalah masalah medis umum dialami ibu hamil. Biasanya kondisi ini akan hilang setelah bayi lahir, Ma. Dalam beberapa kasus, ini bisa menandakan kondisi serius yang disebut pre-eklampsia.
Tekanan darah adalah ukuran seberapa kuat darah mendorong dinding pembuluh darah. Biasanya dicatat dalam 2 angka: angka atas (sistolik) adalah tekanan saat jantung memompa. Dan angka bawah (diastolik) adalah tekanan di antara setiap detak.
Hipertensi saat hamil bisa meningkatkan risiko bagi ibu hamil dan janin. Ada 3 jenis hipertensi saat hamil. Apa saja ya? Simak penjelasannya pada ulasan Popmama.com berikut ini, Ma.
Kapan Mama Dianggap Memiliki Tekanan Darah Tinggi saat Hamil?
Saat hamil, Mama dianggap memiliki tekanan darah tinggi jika angka atas adalah 140 atau lebih atau angka bawah adalah 90 atau lebih. Tekanan darah tinggi kadang-kadang disebut hipertensi.
Segera cari pertolongan medis jika Mama memiliki tekanan darah tinggi dan mengalami gejala berikut:
- Sakit kepala parah,
- penglihatan kabur,
- pembengkakan tiba-tiba pada wajah, tangan dan kaki,
- rasa sakit di perut bagian atas (tepat di bawah tulang rusuk).
Jenis-jenis Hipertensi saat Hamil
Ada 3 jenis tekanan darah tinggi selama kehamilan:
- Hipertensi kronis: Ini adalah saat Mama sudah memiliki tekanan darah tinggi sebelum hamil. Hipertensi kronis juga mengacu pada saat tekanan darah tinggi didiagnosis dalam 20 minggu pertama kehamilan. Beberapa perempuan dengan hipertensi kronis dapat mengalami pre-eklampsia saat mereka hamil.
- Hipertensi yang diinduksi kehamilan: Ini adalah tekanan darah tinggi yang didiagnosis setelah 20 minggu kehamilan. Ini juga disebut 'hipertensi gestasional'.
- Pre-eklampsia: Pre-eklampsia adalah kondisi serius yang hanya terjadi pada ibu hamil. Selain tekanan darah tinggi, juga dapat memengaruhi ginjal, hati, darah dan otak.
Penyebab Darah Tinggi Selama Kehamilan
Setiap perempuan dapat mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan, tetapi Mama berisiko tinggi jika:
- Pernah mengalami pre-eklampsia sebelumnya,
- kerabat dekat pernah mengalami pre-eklampsia,
- memiliki kondisi medis seperti penyakit ginjal, diabetes atau hipertensi kronis,
- hamil di usia lebih dari 40,
- mengalami kelebihan berat badan,
- memiliki kehamilan kembar.
Apakah Tekanan Darah Tinggi Dapat Memengaruhi Janin?
Tekanan darah tinggi pada kehamilan dapat mencegah darah mengalir ke plasenta. Karena janin tidak mendapatkan nutrisi atau oksigen yang cukup. Kondisi ini meningkatkan risiko bayi mengalami berat badan lahir rendah atau prematur.
Untuk alasan ini, sangat penting bahwa tekanan darah tinggi didiagnosis dengan cepat sehingga dokter dapat melakukan penanganan.
Apa Pengaruh Tekanan Darah Tinggi Bagi Ibu Hamil?
Tekanan darah tinggi yang tidak diobati selama kehamilan meningkatkan risiko solusio plasenta, persalinan prematur, diabetes gestasional, atau lahir mati.
Perempuan yang mengalami tekanan darah tinggi dalam kehamilan lebih mungkin untuk memiliki masalah dengan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung di kemudian hari.
Perawatan untuk Tekanan Darah Tinggi
Dokter akan memeriksa tekanan darah Mama secara teratur. Jika Mama memiliki tekanan darah tinggi, penting untuk:
- Berhenti merokok,
- konsumsi makanan yang sehat,
- berolahraga secara teratur,
- pastikan Mama memiliki berat badan yang sehat.
Jika tekanan darah tinggi disebabkan oleh kondisi medis seperti penyakit ginjal, penting untuk berbicara dengan dokter tentang obat apa yang aman untuk dikonsumsi selama kehamilan.
Pre-eklampsia dapat dikelola dengan obat-obatan dan pemantauan ketat terhadap Mama dan janin. Namun, itu bisa menjadi lebih buruk dengan sangat cepat. Jika ini terjadi, Mama mungkin perlu pergi ke rumah sakit atau melahirkan lebih awal.
Bagaimana Dampak Tekanan Darah Tinggi pada Persalinan?
Jika Mama memiliki tekanan darah tinggi, Mama dan janin akan dipantau secara ketat selama kehamilan. Selama persalinan, jantung janin akan terus dipantau dan Mama mungkin akan diberikan infus untuk asupan cairan dan obat-obatan. Jika kondisi Mama tampaknya memburuk selama persalinan, operasi caesar darurat dapat dilakukan.
Jika Mama menderita pre-eklampsia, biasanya Mama akan direkomendasikan untuk melahirkan bayi di rumah sakit bersalin besar.Tujuannya agar Mama dan bayi bisa mendapatkan perawatan tepat. Ini mungkin berarti bayi lahir lebih awal atau lebih kecil dari yang diharapkan.
Tekanan darah tinggi saat hamil dapat meningkatkan beragam risiko. Pastikan Mama selalu melakukan pemeriksaan kehamilan rutin agar dokter dapat melakukan diagnosis dengan cepat. Jika ditangani dengan baik, Mama bisa memiliki kehamilan yang sehat.
Apakah Mama juga pernah mengalami tekanan darah tinggi saat hamil? Apa yang Mama lakukan untuk mengatasinya?
Baca juga:
- Polip Rahim pada Ibu Hamil: Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatan
- Sakit Lidah saat Hamil: Gejala, Penyebab, dan Komplikasinya
- 5 Komplikasi yang Perlu Diwaspadai Ibu Hamil di Trimester Kedua