TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Keracunan Makanan saat Hamil: Gejala, Risiko, dan Pencegahan

Meski biasanya dapat sembuh dalam beberapa hari, namun hal ini tak boleh disepelekan

Freepik.com/8photo

Keracunan bisa menyerang siapa saja, termasuk ibu hamil. Selain bisa membahayakan Mama, ini juga dapat mengganggu perkembangan janin.

Perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan dapat mengubah sistem kekebalan tubuh. Maka tidak heran jika Mama lebih rentan terhadap keracunan makanan.

Keracunan makanan dapat terjadi makan atau minum sesuatu yang mengandung bakteri, virus, parasit, atau kontaminan lainnya.

Keracunan makanan pada kehamilan dapat mengakibatkan bahaya pada janin, persalinan dini, keguguran, atau lahir mati. Namun jangan khawatir, ada banyak cara untuk mencegah atau mengobatinya.

Ulasan Popmama.com kali ini akan membahas tentang keracunan makanan saat hamil, gejala, risiko, dan pencegahan.

Gejala Keracunan Makanan

Freepik/user21825501

Jenis keracunan makanan bisa bervariasi bergantung pada makanan, minuman, dan jenis bakterinya. Berikut beberapa gejala keracunan makanan berdasarkan jenis bakterinya:

Listeria

Listeria dapat ditemukan pada susu dan keju mentah, es krim, sayuran mentah dan sayur olahan, buah mentah dan buah olahan, unggas mentah atau kurang matang, sosis, hot dog, daging deli, ikan mentah atau asap, dan makanan laut.

Ibu hamil 10 kali lebih mungkin terkena infeksi Listeria. Gejala bisa muncul antara satu minggu hingga satu bulan untuk berkembang. Jika terinfeksi, Mama mungkin mengalami gejala berikut:

  • Demam,
  • Sakit otot,
  • Sakit kepala,
  • Kelelahan.

Salmonella

Makanan yang terkontaminasi salmonella umumnya seperti daging, unggas, makanan laut mentah, telur mentah, dan buah serta sayur-sayuran.

Gejala Salmonella dapat dimulai antara 6 jam dan 6 hari setelah terpapar makanan yang terkontaminasi dan mungkin termasuk:

  • Sakit perut,
  • Muntah,
  • Diare,
  • Mual.

Norovirus

Gejala norovirus biasanya mulai 12–48 jam setelah seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Gejala norovirus meliputi:

  • Kram perut,
  • Diare,
  • Muntah,
  • Mual.

Escherichia coli

Seseorang mungkin mulai mengalami gejala E. coli 3-4 hari setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Gejala-gejala ini mungkin termasuk:

  • Kram perut,
  • Muntah,
  • Diare.

Staphylococcus aureus (Staph)

Gejala Staph dapat terjadi dengan cepat, antara 30 menit dan 8 jam setelah seseorang mengkonsumsi makanan yang terkena. Gejalanya dapat mencakup:

  • Mual,
  • Muntah,
  • Kram perut,
  • Diare.

Risiko Keracunan Makanan saat Hamil

Freepik/serhii_bobyk

Keracunan makanan bisa berbahaya bagi janin serta Mama. Ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius bagi janin, keguguran, kelahiran prematur, lahir mati, atau bahkan kematian Mama.

Janin yang sedang berkembang perlu mendapatkan nutrisi sebanyak mungkin dari Mama. Jika Mama tidak dapat menyimpan makanan dalam tubuh cukup lama untuk menyerap nutrisi, janin mungkin tidak tumbuh dengan baik.

Jika Mama memiliki gejala ringan, ini juga dapat menularkan infeksi ke janin selama kehamilan. Karena ringan, sering kali Mama tidak menyadari bahwa Mama mengalami keracunan makanan.

Bayi yang baru lahir juga dapat mengalami masalah kesehatan, bahkan dapat lahir dengan keracunan makanan jika Mama mengalami infeksi.

Mengobati Keracunan Makanan di Rumah

Freepik/yanalya

Jika Mama mengalami keracunan makanan, segera periksakan diri ke dokter agar dilakukan pengobatan dan perawatan cepat.

Mungkin sulit bagi Mama untuk tetap makan dan minum saat mengalami keracunan makanan, namun pastikan Mama mendapatkan asupan nutrisi. Ini untuk menambah tenaga bagi Mama dan memenuhi nutrisi untuk janin.

Yang terbaik adalah makan makanan lunak dan rendah lemak yang akan membantu menjaga perut ‘tidak bergejolak’.

Seseorang dengan keracunan makanan memiliki risiko tinggi mengalami dehidrasi. Oleh karena itu, memastikan bahwa Mama memenuhi kebutuhan cairan. Ini bisa lewat air putih, jus, minuman elektrolit, dan kaldu.  

Larutan rehidrasi oral atau garam juga dapat membantu menggantikan glukosa dan elektrolit. Larutan ini terdiri dari air dengan garam ekstra dan glukosa yang membantu tubuh rehidrasi.

Jahe juga memiliki khasiat yang meredakan mual dan muntah.

Kapan Harus Menghubungi Dokter?

Freepik/benzoix

Jika Mama mengalami gejala atau merasa mengalami keracunan makanan, segera periksakan diri ke dokter. Meski kebanyakan orang akan sembuh dari keracunan makanan tanpa perlu mencari pertolongan medis, Mama harus mempertimbangkan kesehatan dan janin.

Hubungi dokter jika mengalami gejala berikut ini:

  • Suhu lebih dari 38,8 derajat Celsius,
  • Darah dalam tinja,
  • Diare yang berlangsung lebih dari 3 hari,
  • Pusing,
  • Mulut atau tenggorokan kering,
  • Sering muntah.

Mencegah Keracunan Makanan

Freepik/jcomp

Keracunan makanan dapat berasal dari berbagai produk makanan yang berbeda, tetapi ada beberapa langkah yang dapat dilakukan orang untuk mengurangi risikonya. Sebagai contoh:

  • Mengonsumsi daging dan unggas mentah atau tidak matang,
  • Sayuran yang tidak dicuci dengan bersih,
  • Telur mentah atau setengah matang,
  • Susu yang tidak dipasteurisasi,
  • Makanan laut mentah dan setengah matang.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat merekomendasikan empat tip untuk mencegah keracunan makanan. Mama dapat melakukan beberapa hal berikut ini:

  • Membersihkan makanan dengan benar sebelum dimasak atau dikonsumsi.
  • Simpan makanan dengan benar, seperti daging, buah, dan sayur, untuk mencegah kontaminasi silang,
  • Masak makanan dengan benar untuk membunuh kuman penyebab keracunan makanan,
  • Cairkan makanan dengan benar, misalnya di microwave atau di air dingin. Saat mencairkan makanan beku di meja, bakteri dapat berkembang biak dengan cepat.

Ibu hamil lebih rentan mengalami keracunan makanan. Ini biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari. Namun bagi ibu hamil, penyakit ini serius dan bahkan dapat berakibat fatal, Ma.

Nah, itu penjelasan tentang keracunan makanan saat hamil, gejala, risiko, dan pencegahan. Apakah Mama pernah mengalami keracunan makanan saat hamil? Apa yang Mama lakukan untuk mengatasinya?

Baca juga:

The Latest