Olahraga Saat Hamil Bikin Bayi Stres, Mitos atau Fakta?
Sebelum Mama olahraga, cek dulu fakta-faktanya
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Olahraga saat hamil merupakan salah satu hal yang dianjurkan untuk dilakukan Mama. Sayangnya, masih banyak mitos-mitos yang beredar sehingga Mama jadi enggan untuk berolahraga.
Padahal rutin berolahraga selama masa kehamilan sangat baik bagi tubuh Mama maupun bayi. Selain melatih otot-otot tubuh Mama, menyediakan waktu khusus dan terjadwal untuk olahraga juga membantu tubuh Mama lebih siap menghadapi momen persalinan nanti.
Salah satu mitos populer terkait olahraga saat hamil adalah kebiasaan ini membuat bayi stres di dalam kandungan. Disebutkan pergerakan selama olahraga membuat bayi tidak bisa tenang di dalam rahim dan jadi stres. Hmm, benarkah demikian?
Yuk Ma, cek seperti apa fakta-fakta terkait olahraga selama kehamilan dalam rangkuman informasi berikut ini:
1. Mitos: Olahraga bikin bayi lahir prematur
Ini merupakan salah satu mitos paling dipercaya oleh ibu hamil. Dikatakan bahwa olahraga terus-menerus selama hamil, khususnya di trimester ketiga, membuat bayi lebih berisiko kelak lahir prematur alias sebelum waktunya.
Faktanya, penelitian terbaru justru membuktikan sebaliknya. Rutin berolahraga justru mengurangi risiko kelahiran prematur, Ma. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap 1.000 ibu hamil baru-baru ini oleh Women’s Health Academic Centre, King’s College London, ditemukan bahwa para Mama yang rutin berjalan kaki dan berlari beberapa kali dalam seminggu tidak menunjukkan adanya.
Responden dalam penelitian tersebut bahkan melakukan aktivitas tersebut sampai menjelang hari H persalinan, namun tetap tidak ditemukan adanya kaitan antara olahraga dengan risiko bayi lahir prematur.
2. Mitos: Olahraga bikin berat bayi rendah
Ada salah satu teori yang menyebutkan bahwa olahraga dapat membuat bayi berisiko lahir dengan berat badan yang rendah. Hal ini dikarenakan saat olahraga, tubuh Mama memerlukan asupan nutrisi tambahan sebagai bentuk toleransi. Akibatnya, asupan nutrisi ke bayi pun menjadi berkurang dan pertumbuhan bayi terganggu.
Teori ini pun dibantah oleh hasil penelitian baru-baru ini oleh Women’s Health Academic Centre, King’s College London. Dibuktikan bahwa tidak ada kaitan antara olahraga dengan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah. Faktanya, ibu hamil yang rajin olahraga justru memiliki peluang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan normal.
3. Mitos: Olahraga bikin bayi stres
Benarkah pergerakan saat ibu hamil yang berolahraga bisa membuat bayi dalam kandungan menjadi stres? Penelitian medis menyebutkan bahwa kenyataannya olahraga tidak terlalu berpengaruh pada detak jantung bayi. Meskipun demikian, Mama tetap perlu berhati-hati dalam memilih jenis olahraga yang tepat saat hamil.
Mama lebih dianjurkan untuk melakukan olahraga yang tidak terlalu banyak guncangan seperti melompat atau berlari kencang. Sebaliknya, lakukan olahraga dengan ritme santai seperti berenang, berjalan kaki, yoga atau bersepeda santai.
Dengan begitu, manfaat sehat dari bergerak aktif bisa tetap Mama dapatkan tanpa memberikan risiko bagi kesehatan Si Kecil.
4. Mitos: Olahraga bikin bayi ‘panas’
Olahraga dalam jenis apapun faktanya tidak akan mengubah suhu di dalam rahim Mama. Tidak ada bukti penelitian yang mengaitkan antara olahraga dengan perubahan suhu kandungan, yang berujung pada bayi menjadi berkeringat ataupun mengalami gangguan pertumbuhan.
Selama kehamilan, Mama diperbolehkan untuk berolahraga. Apalagi jika sebelumnya Mama sudah terbiasa olahraga rutin, maka kebiasaan ini sangat baik untuk tetap dilakukan selagi hamil. Agar lebih yakin, Mama bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan.
5. Mitos: Wajib berhenti olahraga di trimester kedua
Katanya sah-sah saja untuk olahraga selama hamil, namun sebaiknya dihentikan saat sudah memasuki trimester kedua. Faktanya tidak demikian lho, Ma. Mama tetap boleh berolahraga di trimester kedua dan ketiga, namun tetap harus berhati-hati dalam memilih jenis aktivitasnya.
Seperti disebutkan sebelumnya, saat memilih jenis olahraga Mama harus mempertimbangkan seperti apa risikonya bagi Si Kecil. Misalnya, apakah gerakannya terlalu berguncang atau Mama berisiko mengalami benturan. Maka dari itu, olahraga seperti berkuda dan balap sepeda pun sebaiknya tidak dilakukan lagi.
Selain itu, ada beberapa jenis olahraga lain yang juga tidak dianjurkan untuk dilakukan Mama saat usia kandungan sudah memasuki trimester kedua. Contohnya yakni olahraga apapun yang mengharuskan Mama berbaring telentang terlalu lama. Menurut para ahli, hal ini membuat berat bayi menekan pembuluh darah Mama. Akibatnya, tekanan darah Mama pun berisiko mengalami penurunan.
Jadi Ma, pada intinya Mama tetap boleh berolahraga kok selagi hamil, bahkan sampai trimester ketiga. Namun tetap Mama harus perhatikan jenis olahraganya ya. Konsultasikan dengan dokter kandungan apabila Mama masih khawatir dan terjadi respons tak biasa dari Si Kecil. Selamat olahraga, Ma!