Benarkah Ibu Hamil Lebih Sering Digigit Serangga? Ini Faktanya!
Beberapa jenis gigitan serangga dapat menimbulkan efek bagi janin, Ma
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gigitan serangga mungkin tidak selalu berbahaya saat hamil. Dalam beberapa kasus, gigitan dapat menimbulkan infeksi, menyebabkan reaksi alergi atau penyakit serius (seperti malaria dan penyakit lyme).
Gigitan dan sengatan nyamuk, lalat, kutu, laba-laba, semut, tawon, lebah, atau serangga tertentu biasanya menyebabkan benjolan kecil kemerahan pada kulit dan terkadang terasa gatal dan nyeri.
Sedangkan pada beberapa kasus, muncul reaksi alergi yang parah terhadap gigitan, seperti kesulitan menelan, masalah pernapasan, pusing, pembengkakan pada wajah dan mulut. Jika ini terjadi pada Mama, segera cari bantuan medis.
Apakah gigitan serangga berbahaya bagi ibu hamil dan janin? Dan benarkah serangga tertentu lebih tertarik pada ibu hamil? Yuk, simak ulasannya di Popmama.com berikut ini, Ma.
Benarkah Ibu Hamil Lebih Sering Digigit Serangga?
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam British Medical Journal, nyamuk pembawa malaria menganggap ibu hamil lebih menarik daripada perempuan yang tidak hamil. Hasilnya adalah ibu hamil menarik jumlah nyamuk dua kali lipat dibandingkan yang tidak hamil.
Satu pengamatan lain memaparkan bahwa di akhir kehamilan, ibu hamil menghembuskan udara 21 persen lebih banyak daripada yang tidak hamil. Oleh karena itu, nyamuk tertarik pada kelembapan ekstra dan karbondioksida pada napas yang dihembuskan.
Ada juga pengamatan yang menemukan bahwa ini disebabkan oleh suhu perut, yang kemungkinan lebih tinggi 0,7 derajat celcius pada ibu hamil. Zat volatile yang terlepas dari permukaan kulit yang hangat dapat menarik perhatian serangga.
Gejala Gigitan Serangga
Gejala gigitan serangga yang paling jelas adalah berupa tusukan kecil pada kulit. Reaksi mama terhadap gigitan dapat menentukan jenis serangga apa yang menggigit.
Dalam beberapa kasus, Mama mungkin mengalami satu atau lebih gejala berikut:
- Ruam atau kemerahan,
- nyeri di daerah yang tergigit,
- bengkak,
- gatal,
- mati rasa atau kesemutan,
- panas di dalam dan sekitar area yang digigit.
Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi akibat gigitan serangga dengan gejala berikut:
- demam,
- mual atau muntah,
- kesulitan bernapas dan menelan,
- detak jantung cepat,
- kejang otot,
- hilang kesadaran.
Beberapa gejala ini, terutama syok anafilaksis setelah sengatan lebah atau gigitan serangga, cukup parah dan memerlukan penanganan medis segera, Ma.
Jika Mama merasakan gejala alergi ini atau gejala mirip flu lainnya, dokter mungkin menyarankan beberapa tes untuk mendiagnosis penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh gigitan tersebut.
Komplikasi Gigitan Serangga saat Hamil
Dalam beberapa kasus, gigitan serangga dapat menyebabkan komplikasi dan memengaruhi janin, Ma. Komplikasi tersebut antara lain:
- Dalam kasus yang jarang terjadi, nyamuk dapat menularkan West Nile Virus (WNV) ke manusia. Infeksi virus ini dapat menyebabkan gejala yang parah seperti demam, kelelahan, sakit kepala, kelenjar bengkak, nyeri tubuh, atau ruam kulit pada perut.
- Beberapa gigitan kutu mungkin membawa bakteri borrelia burgdorferi yang menyebabkan penyakit lyme. Dalam kasus ini, Mama kemungkinan besar akan mengalami gejala seperti demam, leher kaku, nyeri otot atau sendi, kelumpuhan wajah, dan jantung berdebar-debar. Ini dapat memengaruhi janin, meski jarang terjadi. Namun, pengobatan dini mengurangi risiko selama kehamilan.
- Kelahiran prematur.
- Kematian yang terkait dengan gigitan serangga berasal dari reaksi hipersensitivitas baik anafilaksis (IgE) atau anafilaktoid (non IgE dimediasi).
Beberapa gigitan serangga dapat mentransfer virus dari ibu hamil ke bayi yang belum lahir, dan menyebabkan komplikasi. Salah satunya adalah nyamuk pembawa virus zika. Virus ini menyebabkan mikrosefali dan cacat otak janin parah. Selain itu, juga dapat menyebabkan keguguran, lahir mati, atau cacat lahir.
Meski jarang terjadi, gigitan dan sengatan dari serangga yang memiliki racun cenderung menyebabkan keguguran.
Perawatan untuk Gigitan Serangga saat Hamil
Perawatan dini dapat membantu mengurangi gejala dan efek samping gigitan serangga selama kehamilan. Kebanyakan gigitan dan sengatan dapat dirawat di rumah, jika reaksinya ringan.
Langkah terpenting untuk mengatasi gigitan dan sengatan adalah menghilangkan sengatan, rambut, atau kutu di kulit. Jangan gunakan benda tajam atau penjepit karena dapat meningkatkan jumlah racun yang keluar dari gigitan. Selain itu, Mama juga dapat melakukan beberapa hal ini:
- Kompres dengan kain dingin atau es untuk mengurangi rasa sakit dan bengkak.
- Gunakan krim dan salep anti gatal.
- Jika Mama membutuhkan obat penghilang rasa sakit, konsultasikan dulu dengan dokter apakah aman dikonsumsi saat hamil.
- Jika mengalami reaksi parah dan kesulitan bernapas, Mama mungkin membutuhkan CPR untuk pertolongan pertama.
Gigitan serangga mungkin mengganggu, tetapi setiap gigitan tidak menyebabkan komplikasi serius. Tingkat keparahan gigitan serangga tergantung pada jenis serangga yang menggigit dan kepekaan Anda terhadapnya.
Untuk menghindari serangga, perhatikan juga penggunaan obat anti serangga, apakah itu aman untuk kehamilan dan janin? Gunakan bahan alami untuk menghindari serangga, seperti lavender atau sereh untuk menghindari nyamuk.
Nah, itu informasi mengenai efek gigitan serangga pada ibu hamil. Semoga membantu, Ma.
Baca juga:
- Berbahayakah Virus Zika untuk Ibu Hamil? Cek Faktanya di Sini!
- 5 Jenis Tumbuhan Pemakan Serangga yang Ada di Rumah
- 6 Jenis Serangga yang Senang Hidup di Kasur & Apa Bahayanya?