Waspada Kekurangan Air Ketuban di Akhir Kehamilan, Ini Penyebabnya!
Air ketuban berkurang di akhir kehamilan berisiko bagi janin, Ma. Simak penyebabnya!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Janin dikelilingi oleh cairan ketuban selama berada di dalam kandungan. Cairan ini memiliki banyak fungsi penting. Antara lain untuk melindungi bayi, memberi ruang gerak, mencegah terjadinya infeksi pada janin, mendukung perkembangan paru-paru, sistem pencernaan, otot, serta tulang janin di dalam kandungan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi Mama untuk memastikan kondisi air ketuban, tidak kurang maupun tidak berlebihan. Jika volume air ketuban Mama kurang dari 500 mililiter pada usia kehamilan 32-36 minggu, kondisi ini dinamakan oligohidramnion atau air ketuban sedikit.
Apa yang menyebabkan kekurangan air ketuban di akhir kehamilan? Untuk mengetahui jawabannya, yuk, simak ulasan Popmama.com berikut ini.
Apa Penyebab Kekurangan Air Ketuban?
Cairan ketuban yang rendah bisa merupakan akibat dari kebocoran cairan atau tusukan pada kantong ketuban setelah amniosentesis. Selain itu, mungkin terjadi kebocoran cairan yang sangat kecil sehingga tidak terdeteksi oleh pemeriksaan dokter.
Selain itu, air ketuban yang rendah bisa jadi merupakan gejala komplikasi kehamilan, seperti:
- Masalah dengan ginjal atau saluran kemih janin. Kadar cairan ketuban yang rendah bisa menandakan janin mungkin tidak buang air sebanyak yang diharapkan. ketika usia janin sudah mencapai 20 minggu, air ketuban akan dihasilkan dari urin janin.
- Pertumbuhan janin buruk.
- Solusio plasenta, menyebabkan siklus cairan yang masuk dan kemudian dikeluarkan oleh tubuh janin menjadi terganggu.
- Tekanan darah tinggi kronis atau diabetes yang sudah ada sebelumnya pada Mama.
- Obat-obatan tertentu, termasuk yang mengatur tekanan darah tinggi.
- Cacat lahir pada janin.
- Ketuban pecah dini.
Gejala Cairan Ketuban Berkurang
Kondisi ini dapat terjadi di usia kehamilan berapa pun. Namun, pada umumnya terjadi di trimester ketiga atau ketika kehamilan mendekati hari perkiraan lahir.
Gejala utama dari cairan ketuban yang rendah tidak terlalu jelas terlihat secara fisik. Karena alasan ini, maka sangat penting untuk memastikan Mama melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
Jika Mama kekurangan cairan ketuban, dokter mungkin menemukan gejala-gejala berikut ini:
- Rahim berukuran kecil untuk usia kehamilan.
- Berat badan kehamilan tidak bertambah banyak.
- Detak jantung janin tiba-tiba turun.
- Mama mengalami penurunan jumlah cairan ketuban, yang terdeteksi melalui USG.
- Penurunan aktivitas janin yang signifikan.
- Cairan bocor dari vagina.
Siapakah yang Berisiko untuk Mengalaminya?
Ibu yang hamil 42 minggu atau lebih paling berisiko mengalami cairan ketuban yang rendah.
Diperkirakan empat persen wanita hamil didiagnosis menderita masalah kekurangan cairan ketuban dan angka ini meningkat hingga 12 persen karena tingkat cairan ketuban cenderung menurun di akhir kehamilan.
Cairan ketuban yang rendah biasanya berkembang saat hamil tua, meskipun ini juga dapat terjadi lebih awal.
Apa Efeknya pada Janin?
Jika volume air ketuban terlalu sedikit untuk janin, ada sedikit risiko pembatasan pertumbuhan intrauterin dan penyempitan tali pusat selama kelahiran. Kemungkinan besar Mama akan melahirkan dengan operasi caesar. Selain itu, bayi yang dilahirkan memiliki gejala berikut:
- Jarak antar kedua mata tampak agak jauh,
- Hidung tampak lebar,
- Posisi telinga rendah ketimbang yang seharusnya.
Jumlah air ketuban yang terlalu sedikit juga dapat mengganggu perkembangan paru-paru bayi. Kondisi ini berisiko membuatnya mengalami kesulitan bernapas saat dilahirkan nantinya.
Jika dokter mendeteksi cairan ketuban rendah pada trimester pertama atau kedua, risikonya lebih besar, termasuk keguguran, kelahiran prematur, cacat lahir atau lahir mati.
Apa yang Harus Mama Lakukan untuk Mengatasinya?
Tidak ada solusi yang terbukti dapat meningkatkan cairan ketuban dalam jangka panjang. Tetapi jika Mama didiagnosis menderita oligohidramnion atau kekurangan cairan ketuban, ada beberapa langkah yang dapat Mama ambil untuk meningkatkan kadar cairan ketuban dalam jangka pendek, antara lain:
- Beristirahat banyak dan kurangi aktivitas fisik.
- Minum banyak air.
- Pemantauan terus menerus terhadap kadar cairan ketuban.
- Persalinan dini atau terjadwal jika kondisi ini membahayakan kesehatan janin, terutama jika Mama hamil setidaknya 36 minggu.
- Transfusi larutan salin ke dalam rongga rahim menggunakan kateter yang ditempatkan di serviks untuk menggantikan cairan ketuban yang hilang.
- Operasi janin, jika cairan ketuban rendah dikaitkan dengan masalah saluran kemih janin.
Meskipun tidak ada cara untuk mencegah oligohidramnion, Mama sebaiknya mengatur obat-obatan dan segala kondisi yang terkait dengan cairan ketuban rendah, termasuk diabetes dan tekanan darah tinggi.
Pemeriksaan rutin memungkinkan dokter mengukur perut dan memastikan kecukupan cairan ketuban untuk janin.
Cairan ketuban yang rendah bisa menjadi kondisi serius, oleh karena itu penting selalu melakukan pemeriksaan rutin kehamilan. Berita baiknya adalah sebagian besar wanita yang didiagnosis dengan cairan ketuban rendah memiliki kehamilan yang sangat sehat, Ma.
Nah, itulah penyebab kekurangan cairan ketuban saat hamil tua. Semoga kehamilan mama selalu sehat hingga waktunya melahirkan ya, Ma!
Baca juga:
- 5 Cara Alami Tingkatkan Jumlah Cairan Ketuban Ibu Hamil
- Jangan Sampai Terjadi, Ini Dia Fakta tentang Ketuban Pecah Dini
- 5 Artis Ini Pernah Bermasalah dengan Air Ketuban Jelang Persalinan