10 Masalah Kehamilan yang Sering Terjadi di Trimester Ketiga
Apakah Mama pernah mengalami masalah kehamilan saat menjelang melahirkan?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setelah melewati trimester pertama dan kedua, akhirnya kini Mama memasuki trimester ketiga. Trimester ketiga merupakan trimester akhir kehamilan yang dimulai dari minggu ke-28 dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Trimester ketiga kehamilan ini merupakan masa yang ditunggu oleh ibu hamil, karena dalam hitungan minggu, akhirnya Mama dan keluarga bisa bertemu dengan bayi yang selama ini ada di dalam kandungan.
Meski tinggal menunggu waktu hingga persalinan, Mama tetap perlu memperhatikan kondisi tubuh. Hal ini disebabkan karena akan tetap ada kemungkinan masalah yang terjadi di trimester ketiga.
Kali ini, Popmama.com akan membahas masalah kehamilan yang sering terjadi di trimester ketiga yang dirangkum dari FirstCry Parenting.com. Yuk, kita simak sama-sama!
1. Preeklamsia
Preeklamsia merupakan gangguan kehamilan yang biasanya terjadi di minggu ke-20 kehamilan. Gangguan ini ditandai dengan tekanan darah tinggi, kadar protein yang tinggi dalam urine, dan pembengkakan pada tangan dan kaki.
Dalam kasus yang parah, ibu hamil mungkin mengalami sakit kepala, penglihatan kabur dan nyeri di perut bagian atas.
Preeklamsia merupakan kondisi yang membutuhkan perawatan segera. Jika perawatan tidak diberikan tepat waktu, hal ini dapat menyebabkan eklampsia, gagal ginjal, dan dalam kasus yang ekstrem, kematian ibu dan bayi yang belum lahir.
Perawatan preeklamsia dapat bervariasi dan akan tergantung pada seberapa serius kondisinya. Jika sudah melewati minggu ke-37, dokter akan segera melakukan operasi caesar. Jika kandungan berusia 34 minggu atau kurang, maka obat akan diberikan untuk mempercepat perkembangan janin.
2. Persalinan prematur
Persalinan prematur merupakan kondisi yang paling umum pada trimester ketiga. Ibu hamil dikatakan mengalami persalinan prematur ketika ibu hamil mulai mengalami kontraksi sebelum masa maturitas (kematangan) kehamilan yang biasa, yaitu di minggu ke-37.
Perempuan dengan riwayat persalinan prematur pada kehamilan sebelumnya, atau mereka yang menderita masalah yang berkaitan dengan rahim dan leher rahim memiliki risiko lebih besar untuk mengalami persalinan prematur.
Beberapa tanda-tanda persalinan prematur yaitu keinginan untuk buang air kecil lebih sering, nyeri di punggung bawah, sensasi kencang di perut bagian bawah, keluarnya cairan dari vagina, dan rasa sesak di vagina. Beberapa bahkan mungkin mengalami perdarahan vagina dengan kontraksi yang sangat menyakitkan.
Untuk mencegah persalinan prematur, biasanya dokter meresepkan obat-obatan yang mengandung magnesium sulfat.
3. Pembatasan Pertumbuhan Intrauterin (IUGR)
IUGR atau pembatasan pertumbuhan intrauterin merupakan kondisi ketika pertumbuhan janin terhambat. Kondisi ini ditandai dengan ukuran dan berat badan janin yang rendah.
Pada umumnya, IUGR disebabkan oleh adanya kelainan pada plesenta (organ yang menyuplai oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan janin). Kelainan yang terjadi pada plasenta membuat suplai oksigen dan nutrisi ke janin terganggu.
Risiko IUGR meningkat pada ibu hamil yang mengalami kondisi tekanan darah tinggi, anemia, diabetes, masalah ginjal, dan malnutrisi.
Pada kondisi ini, dokter merekomendasikan operasi caesar segera dilakukan jika janin berhenti tumbuh di rahim ibu.
4. Ruptur plasenta
Ruptur plasenta merupakan kondisi kehamilan ketika plasenta dalam rahim terpisah bakan sebelum dimulainya persalinan. Ruptur plasenta merupakan kondisi yang sangat serius di mana bayi bisa meninggal di dalam rahim ibu.
Kondisi ini juga bisa menyebabkan perdarahan vagina yang parah, sakit perut, kontraksi, dan dapat menyebabkan tubuh ibu hamil mengalami syok.
Sayangnya penyebab dari ruptur plasenta ini belum diketahui secara pasti, namun terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan ibu hamil mengalami ruptur plasenta.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko ruptur plasenta adalah diabetes, mengonsumsi alkohol dan merokok, tekanan darah tinggi, usia ibu hamil yang sudah lanjut, dan penonjolan dinding rahim karena kelebihan cairan ketuban.
Ibu hamil yang mengalami ruptur plasenta, biasanya diharuskan untuk segera menjalani operasi caesar.
5. Plasenta previa
Kondisi lain yang bisa terjadi pada ibu hamil adalah plasenta previa. Kondisi ini terjadi ketika plasenta atau ari-ari bayi menghalangi pembukaan serviks. Plasenta previa umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan USG di minggu ke-18 hingga 21 minggu kehamilan.
Plasenta previa dapat terjadi ketika seorang ibu hamil mengandung bayi kembar, posisi janin tidak normal (seperti sungsang), atau memiliki bentuk rahim yang tidak normal.
Gejala paling umum dari kondisi ini adalah perdarahan hebat tanpa disertai rasa sakit secara tiba-tiba.
Pada ibu hamil yang mengalami kondisi ini, dokter biasanya merekomendasikan operasi caesar untuk mengeluarkan janin.
6. Insomnia
Masalah tidur seperti insomnia banyak terjadi pada ibu hamil bahkan sejak awal kehamilan, dan insomnia di kehamilan pada trimester ketiga akan lebih terasa.
Penyebab mengapa ibu hamil susah tidur di malam hari sangat beragam, seperti misalnya cemas dan gelisah, nyeri punggung, mual dan mulas, sering buang air kecil, dan nyeri pada kaki.
Selain itu, perut yang membuncit juga membuat ibu hamil kurang nyaman karena pergerakan badannya menjadi sedikit.
Ibu hamil yang menderita insomnia selama kehamilan dapat bermeditasi, mendengarkan musik, atau dipijat dengan minyak esensial seperti lavender untuk menciptakan suasana hati dan pikiran.
Salah satu tips lain yang bisa dilakukan agar ibu hamil nyaman saat tidur adalah dengan menyimpan bantal di antara kaki.
7. Masalah pernapasan
Di trimester ketiga kehamilan, sesak napas merupakan salah satu masalah yang umum terjadi pada ibu hamil. Masalah pernapasan selama trimester ketiga kehamilan disebabkan oleh rahim yang semakin membesar.
Rahim yang membesar seiring waktu akan menekan diafragma, hal ini menyebabkan ruang bagi paru-paru untuk mengembang lebih sedikit, sehingga ibu hamil sulit bernapas.
Untuk mengatasi sulit napas di trimester ketiga, Mama bisa menambahkan lebih banyak bantal agar posisi kepala dan bahu lebih terangkat. Buat posisi tidur atau duduk senyaman mungkin.
8. Diabetes gestasional
Perubahan hormonal yang terjadi di masa kehamilan membuat tubuh cenderung tidak dapat menggunakan insulin (hormon yang mengontrol kadar gula) secara efisien.
Saat tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara baik, maka akibatknya kadar gula darah cenderung meningkat.
Meskipun tidak menimbulkan risiko bagi ibu hamil, diabetes gestasional bisa berbahaya bagi janin yang ada dalam kandungan. Kondisi ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin yang berlebihan, sehingga ibu hamil membutuhkan persalinan sesar.
Pada umumnya diabetes ini dapat disembuhkan dan kadar gula dalam tubuh akan kembali normal setelah melahirkan. Salah satu cara untuk mencegah atau memerangi diabetes gestasional adalah dengan merubah gaya hidup.
9. Depresi
Seperti halnya insomnia, depresi dapat terjadi sejak awal kehamilan. Namun, sebagian besar calon ibu mulai mengalaminya di trimester ketiga dan dapat berlanjut meskipun setelah melahirkan. Gangguan suasana hati ini dapat terjadi karena adanya perubahan hormonal
Ibu hamil yang mengalami depresi pada umumnya ditandai dengan sulit berkomunikasi, sedih berlarut, merasa tidak bahagia, dan emosinya cepat sekali berubah.
Depresi prenatal dapat menyebabkan berat badan bayi lahir rendah karena ibu hamil mungkin kehilangan nafsu makan dan mengalami kelelahan yang ekstrem karena kurang istirahat.
Sebagai pencegahannya, cobalah untuk mengurangi stres melalui meditasi atau yoga prenatal. Mama juga dapat membaca buku yang bagus dan positif serta mendengarkan musik yang menenangkan pikiran.
10. Trombosis vena dalam
Trombosis vena dalam adlah kondisi ketika terjadi pembekuan darah di dalam vena, dan biasanya terjadi di kaki. Gejala ini biasanya ditandai dengan adannya nyeri dan bengkak pada kaki.
Trombosis vena dalam dapat terjadi ketika adanya kerusakan pada pembuluh darah vena, gangguan aliran darah pada pembuluh darah vena dan adanya kondisi darah yang mudah menggumpal.
Jika menemukan gejala trombiosis vena dalam seperti nyeri, kemerahan atau perubahan warna pada kaki, ada baiknya segera konsultasikan dengan dokter. Kondisi ini pada umumnya dapat diobati dengan mengonsumsi obat-obatan di masa kehamilan.
Itulah masalah kehamilan yang sering terjadi di trimester ketiga. Semoga kehamilan mama berjalan lancar hingga waktu persalinan tiba.
Baca juga:
- Kenali Penyebab dan Cara Mengatasi Insomnia di Trimester Ketiga
- 7 Tanda Depresi Saat Hamil yang Harus Mama Kenali
- Pentingnya Deteksi Dini Preeklamsia untuk Cegah Risiko Kematian