Penyebab dan Dampak Terlalu Banyak Cairan Ketuban saat Hamil Tua
Air ketuban yang berlebihan dapat membahayakan ibu hamil dan janin
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Cairan ketuban yang ada di dalam kantung rahim memainkan peran penting dalam perkembangan dan kesehatan janin. Cairan ketuban dapat membantu bayi melindungi diri dari infeksi dan benturan, dan dapat membantu perkembangan sistem pencernaan dan pernapasan.
Meski memiliki manfaat yang sangat penting, air ketuban juga bisa sangat berbahaya bagi ibu hamil dan janin jika jumlahnya terlalu banyak. Cairan ketuban yang terlalu berlebihan di dalam kantung rahim ini disebut dengan Polihidramnion. Kondisi ini lebih sering dialami saat hamil tua.
Lalu, apa penyebab dan dampak terlalu banyak cairan ketuban saat hamil tua? BerikutPopmama.comtelah merangkum jawabannya dari beragam sumber. Yuk, disimak!
Apa itu Polihidramnion?
Cairan ketuban dapat bertambah seiring dengan usia kehamilan dan biasanya akan berhenti bertambah di minggu ke-37 sampai minggu ke-40 kehamilan. Saat jumlah cairan ketuban dalam rahim melebihi batas normal, maka itu disebut denga polihidramnion.
Pada umumnya, tingkat cairan ketuban yang normal pada tahap akhir kehamilan adalah antara lima dan 25 cm, atau sekitar 800 hingga 1000 mL. Jika lebih dari 25 cm, maka seseorang dapat disebut mengalam polihidramnion.
Kasus polihidramnion yan ringan bisanya tidak menimbulkan banyak masalah, dan kondisi ini biasanya terlihat pada bayi gemuk .
Penyebab Polihidramnion
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan adanya kelebihan cairan ketuban pada kantung rahim ibu hamil, di antaranya adalah:
- ibu hamil yang dengan kondisi diabetes berisiko mengalami peningkatan kadar cairan ketuban
- bayi mengalami infeksi selama masa kehamilan
- adanya masalah pada plasenta bayi
- ketidakcocokan Rh darah antara ibu dan janin dalam kandungan
- Twin to twin transfusion syndrome (TTTS) pada ibu hamil anak kembar menyebabkan salah satu janin menerima banyak aliran darah sehingga janin tersebut mengeluarkan banyak urine yang berakibat pada jumlah cairan ketuban
- adanya penumpukan cairan pada bagian tubuh tertentu
Gejala dari Kelebihan Cairan Ketuban pada Ibu Hamil
Kasus polihidramnion yan ringan bisanya tidak menimbulkan banyak masalah, tapi bila kasusnya berlanjut, ada beberapa gejala yang dapat dirasakan, di antaranya yaitu:
- sembelit
- adanya kenaikan berat badan secara berlebih
- bengkak pada kaki
- penurunan produksi urin
- perut terasa tidak nyaman
- kesulitan bernapas
- sulit merasakan gerajakan janin
Dampak Cairan Ketuban yang Terlalu Banyak
Cairan ketuban yang terlalu banyak dapat membuat bayi lebih mudah bergerak sehingga posisi bayi di masa kehamilan akhir bisa ada di posisi sungsang atau melintang. Hal ini tentunya akan meningkatkan peluang ibu hamil untuk melahirkan secara caesar.
Selain itu, polihidramnion dapat meningkatkan risiko ketuban pecah dini sehingga dilakukan persalinan prematur. Masalah lain yang mungkin terjadi adalah solusio plasenta, yaitu kondisi ketika tali pusar terjepit atau keluar sebelum bayi lahir.
Plasenta yang keluar terpisah sebelum bayi lahir dapat meningkatkan risiko bayi kekurangan oksigen saat persalinan dan meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan.
Lalu, efek terburuk dari jumlah cairan ketuban yang terlalu banyak adalah peningkatan risiko janin lahir dalam keadaan meninggal.
Itulah informasi mengenai penyebab dan dampak terlalu banyak cairan ketuban saat hamil tua. Mama tidak perlu khawatir ya, karena kondisi ini sebenarnya bisa dihindari dengan selalu memeriksakan diri ke dokter.
Semoga bermanfaat!
Baca juga:
- Demi Janin Sehat, Kenali Penyebab dan Ciri-Ciri Air Ketuban Sedikit
- 5 Artis Ini Pernah Bermasalah dengan Air Ketuban Jelang Persalinan
- Waspada Emboli Air Ketuban saat Hamil Tua, Bisa Mengancam Nyawa