Ingat! Hari ini Imunisasi Difteri Tahap 3, Ma!
Ayo bawa Si Kecil imunisasi difteri untuk mencegahnya sakit parah
11 Juli 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Outbreak Respons Immunization (ORI) dicanangkan Kemetrian Kesehatan RI untuk mengurangi dan mencegah wabah difteri. ORI dilakukan mulai 11 Desember 2017 dan dilakukan pengulangan pada 11 Januari 2018 dan 11 Juli 2018 di 12 kabupaten/kota di 3 Propinsi, yaitu Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Tangerang Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Purwakarta, Karawang, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi.
Infeksi difteri lebih banyak menjangkiti anak-anak. Rata-rata anak yang menderita difteri ada di bawah usia 10 tahun. Seperti yang tercatat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso pada pertengahan Desember 2017 ada 22 anak dari 33 pasien positif difteri.
''Tadi sudah ditanyakan kepada ibu pasien, ternyata anaknya tidak diimunisasi. Jadi ini kelihatan sekali meningkatnya kasus difteri sehingga yang terjadi KLB,'' kata Menteri Kesehatan, Dr. Dr. Nila Faried Moeloek, Sp.M (K) saat mengunjungi anak-anak penderita difteri.
Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan terhadap anak-anak yang terinfeksi difteri tersebut menemukan bahwa kekebalan tubuh mereka cukup rendah, hanya 60 persen. Pasien difteri bukan hanya berasal dari DKI Jakarta, tetapi juga berasal dari Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor. Luasnya cakupan sebaran infeksi ini memaksa Kemenkes mengeluarkan peringatan KLB pada daerah tersebut memaksa dilakukannya ORI.
Editors' Pick
Cegah dengan Imunisasi Lengkap
Kemenkes menargetkan 7,9 juta anak mulai dari usia 1-19 tahun untuk diberikan vaksin difteri. Tapi sebenarnya, mengurangi potensi infeksi difteri sudah dimulai sejak bayi lahir yang masuk dalam program nasional imunisasi dasar lengkap dan beberapa imunisasi lanjutan untuk meningkatkan antibodi anak, yaitu;
1. Imunisasi dasar sebanyak tiga kali di usia 2, 3 dan 4 bulan terdiri dari DPT-HB-Hib (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis-B dan Haemofilus influensa tipe b) pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
2. Imunisasi lanjutan satu kali di usia 18 bulan yaitu vaksin DPT-HB-Hib.
3. Imunisasi lanjutan kedua sebanyak satu kali yaitu vaksin DT (Difteri Tetanus) saat anak usia 5 tahun atau kelas 1 SD.
4. Imunisasi lanjutan ketiga Td (Tetanus difteri) saat anak kelas 2 SD.
5. Imunisasi lanjutan keempat Td (Tetanus difteri) saat anak kelas 5 SD.
6. Kemudian imunisasi booster dilakukan 10 tahun sekali untuk mejaga kekebalan tubuh
Gejala Difteri
Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae. Bakteri Corynebacterium ada pada tanah, air, tumbuhan dan makanan yang tidak higienis. Sementara, Corynebacterium Diphtheriae biasanya ditemukan pada saluran pernapasan, luka atau lecet, dan kulit orang yang terinfeksi.
Infeksi bakteri ini berpredikat KLB karena penularannya yang sangat mudah dan bisa menyerang siapa saja termasuk anak. Bakteri difteri akan menular melalui percikan liur penderita saat batuk dan bersin, benda-benda yang terkontaminasi bakteri ini, dan bersentuhan langsung pada luka penderita difteri.
Daerah endemik penyebaran bakteri difteri ini umumnya yang beriklim tropis dan sedang (subtropis) serta negara berkembang dengan jumlah penduduk yang padat. Berikut ini gejala difteri pada anak yang perlu Mama ketahui :
- Sakit tenggorokan sehingga sulit menelan makanan,
- suara serak,
- kehilangan nafsu makan hingga jadi lemas dan kekurangan nutrisi,
- konstipasi,
- demam hingga 38° Celcius,
- pembengkakan kelenjar getah bening (limfa),
- batuk dan hidung berlendir yang lama kelamaan mengeluarkan darah,
- adanya bercak putih (membran) pada tenggorokan.
Pengobatan Difteri
Apabila Mama mencurigai Si Kecil mengalami difteri, segera periksakan ke dokter. Untuk menguatkan dugaan, dokter akan merujuk uji laboratorium. Jika positif, sudah pasti anak harus dirawat intensif di ruang isolasi untuk mencegah penularan infeksi.
Obat yang diberikan terdiri dari antibiotik yang berfungsi untuk mencegah bakteri berkembang dan mengobati infeksi serta antitoksin untuk menetralkan racun yang menyebar. Pemberian antitoksin juga harus memerhatikan riwayat alergi obat pada anak, jika ada, antitoksin diberikan dalam dosis rendah.
Jika terdapat bercak putih di tenggorokan atau hidung yang membuat anak kesulitan bernapas, dokter akan melakukan pengangkatan membran tersebut. Pada kasus yang parah dan menyebabkan kematian biasanya terdapat komplikasi sehingga menyebabkan gagal jantung, kelumpuhan syaraf, dan kerusakan ginjal.
Penting bagi Mama untuk memastikan kelengkapan imunisasi Si Kecil dan juga asupan nutrisinya. Jaga kebersihan lingkungannya, mulai dari mainan dan pakaiannya, jauhi anak dari penderita difteri terutama Mama yang tinggal dilingkungan padat penduduk. Hewan terinfeksi bakteri dan susu yang belum dipasteurisasi juga merupakan sumber penyakit difteri.