Kronologi Sopir Ambulans Turunkan Jenazah Bayi di SPBU Sintang
Kejadian ini terjadi karena selisih paham terkait biaya BBM untuk ambulans
18 Juli 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Viral seorang oknum sopir ambulans dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ade Muhammad Djoen Sintang, Kalimantan Barat, menelantarkan jenazah seorang bayi di sebuah SPBU daerah Sintang.
Insiden ini terjadi setelah keluarga bayi tersebut menolak permintaan sopir untuk membayar uang tambahan saat berada di SPBU tersebut.
Bayi tersebut diketahui meninggal di RSUD AM Djoen Sintang dan rencananya akan dibawa ke rumah duka di Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Bagaimana fakta selengkapnya? Berikut kronologi sopir ambulans turunkan jenazah bayi di SPBU Sintang yang telah Popmama.com rangkum.
1. Bayi meninggal di RSUD AM Djoen Sintang
Diketahui bahwa jenazah bayi tersebut telah meninggal di RSUD AM Djoen Sintang, Kalimatan Barat. Pada Senin (15/7/2024) pukul 18.00 WIB, bayi berjenis kelamin laki-laki itu lahir, tetapi kemudian meninggal dunia di RSUD AM Djoen Sintang.
"Kami membenarkan. Jadi itu jenazah bayi laki-laki yang meninggal setelah dilahirkan dan akan dipulangkan," ujar drg Ridwan Tonny Hasiholan Pane, Selasa (16/7/2024).
Jenazah bayi yang meninggal tersebut pun rencananya akan dipulangkan menggunakan mobil ambulans rumah sakit dengan menempuh jarak 72 kilometer dari rumah sakit.
Pihak keluarga korban juga telah melakukan pembayaran di kasir rumah sakit sebesar Rp 690 ribu untuk memulangkan jenazah bayi ke rumah duka.
"Untuk pemulangan pasien dengan menggunakan ambulans rumah sakit itu belum ditanggung atau jaminan apa pun, termasuk BPJS," lanjut drg Ridwan.
Editors' Pick
2. Kronologi selisih paham harga BBM mobil ambulans
Suhardi, sopir ambulans, mengungkapkan bahwa insiden ini bermula dari selisih paham terkait biaya bahan bakar minyak (BBM).
Suhardi, yang sebenarnya sedang tidak bertugas malam itu, tetapi berinisiatif membantu rekan sesama sopir ambulans.
“Sebenarnya ini bukan giliran tugas saya malam ini, tetapi saya biasa membantu teman-teman,” ungkap Suhardi pada Selasa (16/7/2024).
Saat dihubungi oleh keluarga pasien, Suhardi menjelaskan bahwa biaya ambulans yang ia gunakan berbeda karena menggunakan bahan bakar Dexlite yang seharga Rp 14.900 per liter, sedangkan biaya yang ditanggung rumah sakit hanya menggunakan BBM Pertalite seharga Rp 9.500 per liter.
Suhardi pun membebankan selisih harga BBM sebesar Rp5.400 ini kepada keluarga pasien. Saat itu Suhardi meminta tambahan uang untuk mengisi BMM sebanyak Rp 400 ribu, tetapi mereka menolak karena merasa sudah membayar di kasir rumah sakit sebelumnya.
"Jadi saat sopir meminta uang tambahan biaya BBM selisih itu terjadi perdebatan, (uang selisih yang diminta) dari pengakuannya Rp 400 ribu," ujar drg Ridwan, Rabu (17/7/2024).