Pahami Risiko Kesehatan pada Bayi Jika Mama Merokok
Mama masih merokok dalam masa menyusui? Simak penjelasan berikut demi kesehatan si Kecil
28 November 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di dunia ini, ada sekitar 1 milyar perokok dan 250 juta di antaranya adalah wanita. Di antara perokok wanita tersebut, banyak di antaranya yang merupakan seorang ibu. Meskipun bahaya merokok kerap kali disosialisasikan, banyak pula para ibu menyusui yang masih melanjutkan merokok.
Ibu yang merokok sangat disarankan untuk berhenti merokok saat masih menyusui. Namun, bagaimana jika kebiasaan merokok tak dapat dibendung, apakah ibu merokok harus tetap menyusui anaknya? Popmama.com telah merangkum berbagai informasi tentang merokok yang harus Mama ketahui.
Apakah Ibu Merokok Harus Menyusui?
Dilansir dari Kelly Mom, Ibu menyusui yang tak bisa berhenti merokok harus tetap menyusui anaknya. Karena seperti yang sudah kita ketahui, ASI memberikan kekebalan tubuh pada bayi untuk menghalau segala penyakit dan melawan segala efek negatif asap rokok yang masuk ke dalam paru-paru bayi.
Oleh karena itu, jika Mama tak bisa berhenti merokok, maka lebih baik terus menyusui daripada tetap merokok dan memberi bayi susu formula saja. Namun, jauh lebih baik jika Mama berhenti merokok saat masih dalam masa menyusui.
Editors' Pick
Dampak Ibu Merokok pada Bayi
Seperti dilansir dari American Cancer Society, kandungan nikotin pada rokok dapat menyebabkan bayi memiliki waktu istirahat yang kurang, mengalami gangguan pernapasan, sering kelelahan, serta memiliki detak jantung yang lebih cepat. Merokok di masa menyusui juga kerap dikaitkan dengan kondisi kesehatan seperti:
- Kesulitan menyusui,
- durasi menyusui yang lebih singkat,
- kolik, serta
- SIDS (Sudden Infant Death Syndrome), atau sindrom kematian bayi mendadak.
Selain itu, bayi yang terpapar asap rokok juga berisiko lebih besar terjangkit pneumonia, asma, infeksi telinga, bronkitis, sinusitis, iritasi mata serta infeksi saluran pernapasan.
Bayi yang memiliki orangtua perokok biasanya lebih sering mengunjungi dokter karena masalah infeksi pernapasan atau alergi. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa seorang anak yang tinggal dengan orangtua perokok memiliki risiko dua kali lebih besar terkena kanker paru-paru di kemudian hari.
Dampak Merokok pada Proses Menyusui
Mama, saat mama merokok dalam masa menyusui, maka produksi ASI mama akan cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan mama yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena rendahnya kadar hormon prolaktin pada mama yang merokok.
Hormon prolaktin ini adalah hormon yang berfungsi meningkatkan produksi air susu. Jika produksi ASI mama yang merokok sedikit, maka kemungkinan mama menyapih si Kecil lebih cepat juga akan lebih besar.
Bagaimana Meminimalisir Risiko yang Timbul saat Mama Merokok?
Idealnya, mama merokok harus berhenti merokok saat awal kehamilan dan setelah anak lahir. Tentu saja saat Mama masih aktif menyusui, kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan. Atau, jika tak bisa melakukannya, cobalah untuk mengurangi konsumsi rokok per harinya secara signifikan.
Semakin sedikit rokok yang dikonsumsi, maka kemungkinan terjadinya risiko di atas juga akan berkurang. Namun, jika Mama masih mengalami kesulitan berhenti merokok, Mama bisa mengurangi risiko si Kecil terpapar asap rokok dengan cara memastikan rumah Mama bebas dari asap rokok. Jika ingin merokok, jauhkan si Kecil dan merokok setelah menyusui agar tubuh Mama memiliki waktu yang cukup untuk menghilangkan kadar nikotin di air susu.
Mama juga harus rajin mencuci tangan, mandi, dan berganti baju sebelum memegang si Kecil, terutama setelah merokok.
Menciptakan Lingkungan Bebas Rokok untuk Bayi
Tahukah Mama jika second-hand smoke dan third-hand smoke juga berbahaya, apalagi bayi masih rentan sistem imunnya?
Second-hand smoke adalah asap yang keluar dari mulut perokok dan asap yang keluar dari rokok itu sendiri. Sedangkan third-hand smoke adalah residu rokok yang menempel pada setiap permukaan di area seseorang merokok, baik pada kulit, rambut, pakaian, furnitur ,serta lantai. Jadi, bayi sangat mungkin terpapar racun berbahaya dari rokok bahkan setelah orang dewasa selesai merokok. Apalagi, bayi dan anak-anak senang bermain di lantai dan terkadang memasukkan tangan serta mainan ke dalam mulut.
Cara terbaik melindungi si Kecil dari asap rokok tentu saja dengan berhenti merokok. Namun, jika Mama atau orang dewasa lainnya tak sanggup berhenti, pastikan Mama dan orang dewasa lainnya tidak merokok di dekat si Kecil, baik di rumah maupun di dalam kendaraan.
Selain itu, ketika Mama harus mengunjungi tempat lain dengan si Kecil atau menitipkannya di tangan orang lain, pastikan lingkungannya bebas dari asap rokok.Third-hand smoke juga dapat diminimalisir dengan membersihkan udara di ruangan dengan cara membuka jendela atau menggunakan kipas angin maupun pendingin ruangan.
Memang tak mudah untuk menghentikan kebiasaan secara tiba-tiba, apalagi jika kebiasaan tersebut sudah berjalan sangat lama. Namun, demi kesehatan anak, Mama, serta orang sekitar, mulai membiasakan diri untuk tidak merokok secara perlahan tentu merupakan pilihan terbaik untuk dilakukan. Semangat ya, Ma!
Baca juga:
- Aduh, Wajah Bayi Membiru Saat Menyusu. Ada Apa Nih?
- Mengalami Osteoporosis dan Ingin Menyusui, Ketahui Ini Sejak Hamil
- Benarkah Paracetamol Boleh Dikonsumsi untuk Ibu Menyusui?