Kata Pakar IDI soal Bedak Tabur Johnson & Johnson yang Picu Kanker
Simak pendapat ahli soal penggunaan bedak yang picu kanker
10 April 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beberapa waktu yang lalu perusahaan penyedia produk bayi, Johnson & Johnson, dituntut atas produk bedak bayi mereka yang ditemukan menjadi salah satu faktor penyebab kanker ovarium.
Setelah melewati berbagai proses, Johnson & Johnson pun memberikan pertanggungjawaban berupa kompensasi sebesar USD 8,9 miliar. Menanggapi kasus ini, salah satu pakar spesialis penyakit dalam dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban ikut mengungkapkan pendapatnya.
Hal ini dituangkannya melalui sebuah utas cuitan pada akun media sosial pribadi sang profesor. Mau tahu bagaimana tanggapan Prof Zubairi lebih lanjut?
Ini dia Popmama.com rangkumkan penjelasan pakar IDI soal bedak tabur Johnson & Johnson yang picu kanker.
1. Johnson & Johnson mengakui dan membayar kerugian korban bedak talk
Sebanyak 38 ribu orang penyintas kanker yang mengaku sebagai korban bedak talk produksi Johnson & Johnson melayangkan tuntutannya atas kerugian yang mereka alami. Proses tuntutan ini bahkan diketahui telah berjalan selama sepuluh tahun.
Pada akhirnya, perusahaan multinasional asal Amerika Serikat ini mengakui dan mengeluarkan sejumlah biaya sebesar USD 8,9 miliar atau Rp133 triliun.
Selain membayar kerugian, Johnson & Johnson pun mengajukan permohonan kebangkrutan ke pengadilan.
Editors' Pick
2. Prof Zubairi menyatakan pemakaian talk di sekitar vagina meningkatkan risiko kanker ovarium
Menanggapi informasi ini, Prof Zubairi Djoerban yang merupakan pakar spesialis penyakit dalam dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ikut menyatakan pendapatnya.
Ia menuliskan pemikirannya tersebut dalam sebuah utas pada akun Twitter pribadi miliknya.
"Jadi rupanya pemakaian talk di sekitar organ genital atau di sekitar vagina itu bisa meningkatkan risiko kanker ovarium. Dalam hal ini adalah bedak talk dari Johnson & Johnson yang diduga terkontaminasi dengan asbes," tulis Prof Zubairi di Twitter pribadinya.