Kualitas Tidur Mempengaruhi Kemampuan Sosial Bayi, Mitos atau Fakta?
Ternyata ini bisa diprediksi sejak bayi lho, Ma
23 November 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam tahun pertama kehidupan seorang anak, tidur merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa ditoleransi sama seperti makan.
Alasannya karena tidur juga merupakan kegiatan yang berperan penting dalam mengoptimalkan tumbuh kembang si Kecil pada 1000 hari pertamanya.
Baru-baru ini, para peneliti bahkan menemukan bahwa kemampuan sosial anak di masa depan bisa diprediksi melalui ekspresi yang dimiliki anak terkait dengan waktu tidurnya.
Apa saja yang menjadi indikatornya? Apakah prediksi ini bisa berubah? Berikut hasil penelitian yang bisa Mama ketahui, yang sudah Popmama.com rangkum dari Parents.com.
Bagaimana Ekspresi Wajah Dapat Memprediksi Masa Depan Anak?
Dalam studi yang dilansir dari Parents.com, peneliti mengungkapkan anak yang rewel akibat kurang tidur memiliki ekspresi wajah yang geram karena kelelahan.
Menurutnya, ini bahkan bisa memprediksi bagaimana mereka akan menangani masalah sosial di masa depan.
Candice Alfano, profesor psikologi di University of Houston, telah menerbitkan sebuah studi baru di Affective Science yang melihat secara dekat bagaimana perubahan ekspresi wajah anak-anak setelah kurang tidur dapat memprediksi masalah sosial mereka di masa depan.
"Masalah tidur pada anak-anak secara rutin dikaitkan dengan kompetensi sosial yang lebih rendah dan lebih banyak masalah dalam hubungan teman sebaya, tetapi kami benar-benar tidak mengerti apa yang mendorong asosiasi ini," tulis Candice dalam penelitian tersebut.
Editors' Pick
Hubungan Kualitas Tidur dan Masalah Sosial Anak
Dalam penelitiannya, Candice dan tim menilai 37 anak berusia antara 7 dan 11 tahun dalam dua tes yang berbeda.
Pertama, anak-anak yang cukup tidur di malam sebelumnya. Kemudian, tes kedua dilakukan pada anak-anak yang tidurnya dibatasi sehingga membuat mereka lelah dan rewel keesokan harinya.
Selama evaluasi di laboratorium, anak-anak diperlihatkan dua set gambar; beberapa gambar memiliki asosiasi positif seperti pelangi dan es krim, dan yang lain menggambarkan asosiasi negatif seperti anjing menggonggong atau ditembak.
Sementara anak-anak melihat gambar-gambar ini, kamera merekam ekspresi wajah mereka.
Dua tahun kemudian, orangtua mereka diminta untuk memberikan laporan tentang bagaimana anak mengelola hubungan sosialnya.
Candice menulis, "Anak-anak yang menunjukkan ekspresi wajah yang kurang positif dalam menanggapi gambar-gambar yang menyenangkan ketika tidurnya dibatasi, dilaporkan memiliki lebih banyak masalah sosial dua tahun kemudian, bahkan ketika mereka mengendalikan masalah sosial sebelumnya."
Dari sini Candice dan timnya berpikir bahwa, jumlah tidur berkualitas yang didapat anak-anak ketika masih muda dapat membantu mereka dalam hubungan sosialnya kelak.
Hasil penelitian ini cocok dengan banyak penelitian yang menunjukkan bagaimana kualitas tidur dapat berdampak besar pada diri anak. Baik secara mental, fisik, hingga kesehatan sosial.