Penyebab Epilepsi pada Bayi dan Cara Menanganinya
Epilepsi adalah gangguan sistem saraf yang paling umum pada otak
7 Juli 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kondisi kejang pada seseorang umumnya disebut sebagai epilepsi. Epilepsi sendiri merupakan masalah pada sistem saraf yang biasanya dimulai sejak bayi atau kanak-kanak.
Dilansir dari UChicago Medicine, sekitar 100 dari 100.000 bayi dapat mengalami kejang, yang mungkin sulit dikenali, baik sebagai ahli atau orangtua. Meskipun sulit untuk mengenali kejang pada bayi, Mama tetap perlu untuk melakukan deteksi dini pada bayi.
Berikut ini Popmama.com merangkum penyebab epilepsi pada bayi dan cara menanganinya. Lihat sama-sama, yuk!
Mengenal Epilepsi pada Bayi
Epilepsi adalah gangguan sistem saraf yang paling umum pada otak. Epilepsi dapat menyebabkan penderitanya mengalami kejang. Otak sendiri terdiri dari sel-sel saraf yang berkomunikasi satu sama lain melalui aktivitas listrik.
Kejang terjadi ketika satu atau lebih bagian otak mengalami ledakan sinyal listrik abnormal yang mengganggu sinyal otak normal. Tetapi ketika seorang anak mengalami dua atau lebih kejang tanpa diketahui penyebabnya, ini dapat didiagnosis sebagai epilepsi.
Lalu, apakah kejang umum terjadi pada bayi? Kejang adalah keadaan darurat neurologis yang paling umum dalam 4 minggu pertama kehidupan bayi. Sebanyak 1-5 dari 1.000 bayi mengalami kejang. Beberapa kejang hanya berlangsung beberapa menit dan terjadi sekali, tanpa meninggalkan kerusakan yang bertahan lama.
Tetapi, saat bayi sering mengalami kejang, mereka harus segera mendapatkan perawatan untuk mencegah kerusakan otak. Kerusakan ini terjadi karena sering terganggunya kadar oksigen otak dan aktivitas sel otak yang berlebihan.
Editors' Pick
Penyebab Epilepsi pada Bayi
Terdapat beberapa macam penyebab yang bisa membuat bayi mengalami epilepsi. Pertama adalah penyebab struktural. Hal ini biasanya terjadi saat bayi lahir tepat waktu tetapi kekurangan oksigen ke otak.
Ini disebut hipoksia perinatal dan dapat menyebabkan cedera pada otak yang disebut 'ensefalopati hipoksik-iskemik' atau terlahir dengan beberapa kerusakan pada otak mereka.
Kerusakan otak ini disebut displasia serebral atau disgenesis. Serebral artinya berhubungan dengan otak. Displasia atau disgenesis berarti perkembangan yang tidak biasa.
Sedangkan untuk penyebab metabolik, biasanya terjadi karena bayi memiliki kadar glukosa, kalsium, atau magnesium yang rendah dalam darah. Untuk penyebab karena adanya infeksi, umumnya ditemukan jika bayi memiliki infeksi seperti meningitis atau ensefalitis.
Terakhir, penyebab yang timbul karena genetik. Ini berarti bayi mewarisi kondisi medis, seperti kejang infantil keluarga yang sembuh sendiri atau memiliki kelainan seperti defisiensi GLUT 1, atau kelainan genetik, seperti sindrom Dravet.
Tipe-Tipe Epilepsi yang Dialami Bayi
Dilansir dari Epilepsy Action, terdapat beberapa jenis atau tipe epilepsi pada bayi. Bahkan ini lebih bervariasi pada bayi yang baru lahir, seperti:
- Kejang klonik: bayi mungkin menyentak atau kaku pada lengan atau kaki, yang dapat berpindah dari satu sisi ke sisi lain.
- Kejang mioklonik: seluruh tubuh bagian atas bayi tiba-tiba tersentak ke depan. Atau kedua kaki mereka mungkin tersentak ke arah perut mereka, dengan lutut ditekuk.
- Kejang tonik: tubuh bayi akan menegang dan mata atau kepala mereka mungkin menoleh ke satu sisi.
- Kejang fokal: bayi akan menghentikan apa yang mereka lakukan dan mungkin tidak menyadari apa yang terjadi di sekitar mereka. Mereka mungkin menatap, atau menggerakkan mata atau kepala mereka ke satu sisi. Satu sisi tubuh mereka mungkin tersentak, dan ini bisa berubah dari satu sisi ke sisi lain. Bayi mungkin terus mengalami kejang tonik-klonik.
- Kejang infantil: lengan bayi terayun ke luar saat lutut mereka ditarik ke atas dan tubuh mereka membungkuk ke depan. Setiap kejang berlangsung selama 1-2 detik tetapi mereka juga bisa terjadi secara berangkai. Ini bisa sangat menyusahkan bagi bayi.
Ciri-iri Epilepsi pada Bayi
Bayi yang mengalami kejang dapat menunjukkan beberapa ciri yang berbeda tergantung pada jenis kejang yang ia alami. Misalnya, seperti:
- Kejang halus (subtle seizures):ini yang paling sering terjadi pada periode bayi baru lahir, biasanya tanda yang terjadi mungkin menyerupai gerakan biasa sehari-hari dan mungkin sulit dikenali. Misalnya seperti memutar mata, berkedip, menatap, gerakan mata yang tidak terkontrol, lidah menonjol, kaki seperti mengayuh sepeda, jeda panjang di antara napas.
- Kejang tonik: ini berarti kekakuan otot, bayi mungkin mengalami tubuh yang kaku, badan menekuk dan menahan lengan dan kaki mereka dalam posisi canggung, mengarahkan kepala mereka ke satu sisi, serta mengarahkan mata mereka ke satu sisi.
- Kejang klonik: berarti kejang berkedut atau menyentak, mereka mungkin menunjukkan gerakan otot menyentak yang berulang dan tidak terkontrol. Selama bayi mengalami kejang ini, orangtua atau pengasuh mungkin melihat bayi mengepal atau mengejang bagian tubuhnya, termasuk wajah, lidah, lengan, kaki, dan tangan.
- Kejang tonik-klonik: ini mengacu pada jenis kejang yang dimulai dengan kaku (fase tonik) diikuti dengan menyentak (fase klonik). Oleh karena itu, seseorang dapat mengamati gejala kejang tonik diikuti dengan tanda-tanda kejang klonik.
Cara Tepat Menangani Epilepsi pada Bayi
Menurut The National Institute of Neurological Disorders and Stroke, ketika bayi mengalami kejang, sangat penting untuk menjauhkan mereka dari benda keras untuk mengurangi risiko cedera. Saat area aman, gulingkan ke samping untuk mencegah tersedak.
Mama juga perlu memastikan agar bayi jangan memasukkan apa pun ke dalam mulut atau mencoba menghentikan gerakan mulut apa pun, seperti menggigit lidah, karena dapat melukai bayi.
Segera mendapatkan pertolongan dan pengobatan untuk mengontrol, menghentikan, atau mengurangi seberapa sering kejang terjadi. Perawatan paling sering dilakukan dengan obat-obatan.
Penting diingat untuk memberikan obat tepat waktu dan sesuai resep. Jangan berhenti memberikan obat kepada anak sebab ini dapat menyebabkan kejang lebih atau lebih buruk.
Si Kecil mungkin tidak membutuhkan obat seumur hidup. Beberapa anak dihentikan pengobatannya jika mereka tidak mengalami kejang selama 1 sampai 2 tahun. Ini tentunya akan ditentukan oleh dokter yang menangani si Kecil.
Nah, itulah tadi rangkuman informasi tentang penyebab penyebab epilepsi pada bayi dan cara menanganinya. Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk Mama.
Baca juga:
Epilepsi Langka Membuat Bayi ini Menangis 15 Jam Tanpa Henti
Mitos atau Fakta, Bayi Harus Minum Kopi supaya Tidak Kejang?