Mengenal Hipospadia atau Kelainan pada Penis Bayi Baru Lahir
Kelainan ini menyebabkan si Bayi mengalami gangguan kesehatan dan seksual di masa depannya
18 Maret 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sudah pernahkah Mama mendengar hipospadia?
Hipospadia merupakan kelainan pada organ kelamin anak lelaki. Kelainan yang dimaksud adalah kondisi dimana ujung uretra anak tidak terletak di ujung penis, penis membengkok (tertekuk) ke bawah, hanya separuh kepala penis yang tertutup kulup (terlihat seperti sudah disunat), serta arah pancaran urine saat buang air kecil tidak seperti yang seharusnya.
Meski tampaknya seram, ternyata gangguan ini banyak dialami anak laki-laki, lho.
Editors' Pick
Penyebab Hipospadia
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi sejak si Kecil lahir. Sama seperti cacat lahir pada umumnya, penyebab pasti perkembangan abnormal pada penis ini belum diketahui.
Walau begitu, para pakar memperkirakan kalau hormon turut memengaruhi kondisi ini.
Mengingat, saat berada di dalam kandungan, pembentukan penis pada janin laki-laki memang dipengaruhi oleh beberapa hormon. Dan hipospadia terjadi bila hormon-hormon tersebut tidak bekerja dengan baik, sehingga mengakibatkan pembentukan uretra yang tidak normal.
Selain hormon, faktor genetik juga diduga turut memengaruhi. Walaupun bukan penyakit keturunan, namun bila salah satu keluarga ada yang mengalaminya, maka risiko si Kecil akan mengalami hal ini akan semakin besar.
Risiko hipospadia juga diketahui dapat meningkat pada Mama yang hamil di atas usia 40 tahun, terkena paparan asap rokok, senyawa kimia seperti pestisida, atau pada kehamilan inseminasi buatan.
Bagaimana Menangani Hipospadia?
Anak dengan hipospadia biasanya sudah dapat didiagnosis tidak lama setelah ia dilahirkan.
Pada hipospadia skala ringan, diagnosis ini cukup dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik pada penis Si Kecil. Namun pada hipospadia kategori parah, akan dibutuhkan pemeriksaan lebih mendetail untuk memastikan ada atau tidaknya keabnormalan pada fungsi alat kelamin anak.
Biasanya, dokter akan menganjurkan si Kecil menjalani tes kromosom dan proses pemindahan area genital pada kondisi ini.
Meski si Kecil positif menderita hipospadia, Mama jangan langsung khawatir, karena belum tentu ia membutuhkan penanganan medis.
Penanganan medis tergantung pada tingkat keparahan hipospadia yang dialami olehsSi Kecil. Jika lubang uretra terletak sangat dekat dari lokasi yang semestinya dan bentuk penis tidak melengkung, maka ia tak memerlukan penanganan medis khusus.
Tetapi jika lubang uretra berada jauh dari lokasi yang seharusnya, maka kemungkinan besar tindakan operasi untuk pemindahan uretra perlu dilakukan.
Idealnya, prosedur operasi ini dilakukan saat anak berusia empat bulan hingga 1,5 tahun. Dalam prosedur ini, dokter bedah akan merekonstruksi saluran kemih Si Kecil pada lokasi seharusnya.
Hal serupa juga akan dilakukan pada bentuk penis yang melengkung ke bawah akibat pertumbuhan kulup yang tidak normal. Oleh karena itu, disarankan agar si Kecil tidak melakukan sunat terlebih dahulu sebelum prosedur rekonstruksi ini dilakukan.
Risiko jika Kelainan Tidak Diperbaiki
Bila operasi rekonstruksi tidak dilakukan, si Kecil kemungkinan akan mengalami kesulitan saat berkemih di toilet akibat arah pancaran urinenya yang abnormal.
Tak hanya itu saja, saat ia dewasa nanti, hipospadia yang tidak diterapi dikhawatirkan dapat menyebabkan ia kesulitan saat berhubungan seksual.
Untuk mengetahui tingkat keparahan hipospadia yang dialami si Kecil, sebaiknya Mama berkonsultasi dengan dokter anak guna menentukan metode perawatan apa yang diperlukan olehnya.
Jangan sampai terlambat ya, Ma!