Mona Ratuliu membagikan cerita mengenai dermatitis atopik pada anaknya yang keempat, Numa Kamala Srikandi.
Mama empat orang anak ini menjelaskan di media sosial terkait kondisi Numa yang kulitnya mengalami kemerahan. Tak hanya memerah saja, namun kulit Numa seperti berair dalam beberapa hari.
Mona memberikan edukasi bahwa kondisi kulit yang terjadi pada Numa ini bukan karena keseringan dicium, namun secara medis dinamakan dermatitis atopik atau dikenal sebagai eksim.
Dermatitis atopik adalah radang kulit berulang yang disertai gatal pada bayi dan anak. Kelainan kulit berupa bintil-bintil berwarna kemerahan dan memicu rasa gatal. Jika kondisi tersebut berlangsung lama (kronik), maka kulit anak menjadi kering, bersisik, serta berwarna kehitaman.
Pengalaman yang dirasakan Mona ini bukan kali pertama terjadi, namun Nala juga pernah mengalami hal serupa. Bahkan kondisi kulit Nala saat itu lebih parah karena sampai bernanah. Pemicu munculnya ruam merah ini secara umum akibat alergi serta beragam faktor lain.
Jika Mama ingin mengetahui informasi terjadi dermatitis atopik yang dialami oleh anak keempat Mona Ratuliu, kali ini Popmama.com akan membahasnya.
Informasi ini bisa menjadi pengetahuan baru, yuk disimak dengan baik.
1. Pengalaman Nala dan Numa yang mengalami dermatitis atopik memberikan pembelajaran untuk Mona Ratuliu
Instagram.com/monaratuliu
Berdasarkan dua pengalamannya dalam menghadapi dermatitis atopik, Mona Ratuliu mengatakan bahwa kondisi ini tidak ada obatnya. Hanya saja perlu mencari tahu penyebab alerginya mengingat setiap anak memiliki kondisi yang berbeda.
"Tetap harus menjalani SOP standar buat alergi sih, jauhkan barang-barang yang jadi pemicu tersimpannya debu. Cari sabun dan lotion yang paling cocok sama kulitnya si Kecil. Bundanya kalau kasih ASI sementara hindari seafood, telur dan produk yang mengandung susu serta keju," kata Mona.
Dalam unggahan Instagram pribadinya, Mona tidak membagikan referensi merek sabun atau lotion yang digunakan untuk mengatasi dermatitis atopik. Ini dilakukan karena setiap anak saat mengalami dermatitis atopik memiliki kondisi kulit yang berbeda-beda.
"Semuanya cocok-cocokan, Nala dan Numa aja berbeda. Sebenarnya ada salep untuk meredakan kemerahan dan gatal, tetapi itu sekali lagi nggak berani kasih rekomendasi karena perlu resep dokter. Ada resiko dari penggunaan salep dalam jangka panjang soalnya," jelas Mona.
Pengalaman dari Mona ini bisa menjadi pembelajaran tersendiri nih, Ma.
Editors' Pick
2. Kolom komentar Mona Ratuliu menjadi wadah tempat bercerita untuk para orangtua
Instagram.com/monaratuliu
Usai menceritakan tentang kondisi Numa yang mengalami dermatitis atopik, kolom komentar Mona Ratuliu langsung banjir komentar. Kasus anak yang mengalami dermatitis atopik pun terjadi pada beberapa orangtua di luar sana.
"Cerita-cerita pengalaman yang sama tentang dermatitis atopik juga sangat membantu sesama orangtua yang punya pengalaman serupa," tulis Mona Ratuliu.
Mona yang sudah memiliki pengalaman serupa ketika Nala kecil, akhirnya mencoba berbagai cara untuk kembali berdamai saat mengatasi dermatitis atopik untuk kali kedua.
Dari cerita Mona, para orangtua pun saling berbagi pengalaman serta memberikan dukungan positif untuk sama-sama sabar ketika mengatasi anak dengan kondisi dermatitis atopik.
3. Sabar menjadi kunci untuk Mona Ratuliu dalam mengatasi dermatitis atopik
Instagram.com/indrabrasco
Ketika berbagi cerita terkait dermatitis atopik di Instagram, Numa mendapatkan banyak doa agar segera sembuh dan kulitnya yang memerah bisa kembali normal.
Para orangtua ikut memberikan saran-saran positif, begitu juga dengan Donita. Mama dua anak ini memiliki pengalaman serupa dan pernah merasakan apa yang sedang Mona Ratuliu alami sekarang.
"Cepat sembuh cantik, semangat untuk bunda Mona. Aku merasakan apa yang kau rasakan. Sabar adalah koencji," tulis Donita dalam kolom komentar.
Mona pun setuju bahwa dermatitis atopik memang menguji kesebaran. Maka dari itu, sabar menjadi salah satu kunci agar tidak panik untuk mendapatkan solusi serta penanganan yang tepat.
"Iya dermatitis atopik nggak sembuh dengan instan. Prosesnya panjang untuk cari tahu pencetus alerginya. Bahkan bisa kumat-kumatan seumur hidup. Anak mungkin suka rewel karena kulitnya gatel," kata Mona.
Walau dermatitis atopik dapat muncul dan kambuh kapan saja, orangtua memang perlu memahami pemicunya sesegera mungkin. Dengan begitu, cara merawat kulit anak bisa dijalani secara benar dan diharapkan dapat meminimalisir tingkat keparahannya.
4. Apa saja faktor yang mampu memperburuk gejala dermatitis atopik?
vipleyo.com
Ilustrasi dermatitis atopik
Permasalahan dermatitis atopik tentu tidak bisa dianggap sepele ya, Ma.
Sebagai orangtua, Mama tentu akan merasa sedih dan prihatin jika kulit si Kecil semakin memerah. Bisa jadi dirinya akan semakin rewel karena rasa gatal dan tidak nyaman.
Maka dari itu, Mama perlu memahami bahwa ada faktor yang dapat memperburuk gejala dermatitis atopik pada bayi antara lain:
Kulit kering dan bersisik.
Mengalami infeksi bakteri dan virus.
Terpapar cairan pelarut, pembersih, sabun dan deterjen.
Menggunakan pakaian, selimut atau karpet dari bahan wol.
Sering menggaruk kulit, sehingga mengalami luka atau iritasi.
Si Kecil menjadi sulit tidur karena akan berusaha menggaruk kulitnya.
Cuaca panas dan perubahan tingkat kelembapan menyebabkan munculnya keringat di tubuh.
Terkena debu, serbuk sari, asap rokok serta polusi udara. Mengingat bayi memiliki kulit yang sensitif.
Mama perlu memerhatikan faktor yang dapat memperburuk kondisi kesehatan si Kecil. Selain itu, usahakan agar anak mama tidak menggaruk bagian kulitnya yang terasa gatal.
Jika kulit terus digaruk secara berlebihan, maka dapat menimbulkan reaksi alergi dan kondisi kulit akan semakin parah.
5. Bagaimana penanganan yang bisa dilakukan saat anak mengalami gejala dermatitis atopik?
vipleyo.com
Ilustrasi dermatitis atopik
Setiap anak yang mengalami dermatitis atopik akan merasakan gejala berbeda, sehingga tidak bisa disamaratakan.
Untuk daerah tubuh yang sering mengalami kondisi ini yakni pipi, belakang leher, pergelangan tangan dan kaki, lekuk siku serta lekuk lutut.
Dalam penanganannya, hindari menggunakan pakaian kasar, berenda, serta bahan wol agar tidak memicu rasa gatal. Gunakan pakaian yang lembut serta dapat menyerap keringat.
Selain itu, si Kecil bisa berendam di air hangat agar dapat meredakan rasa gatalnya. Ketika rasa gatalnya hilang, maka dapat mencegah terjadinya peradangan serta luka pada kulit akibat terlalu sering digaruk.
Jika kondisi kulit anak mama semakin parah dan dermatitis atopik tak kunjung membaik, sebaiknya segera hubungi dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat. Setidaknya ini dapat meminimalisir segala risiko buruk yang bisa terjadi, sehingga pengobatan bisa lebih cepat dilakukan.
Semoga cerita Mona Ratuliu yang anaknya mengalami dermatitis atopik bisa memberi pelajaran ya, Ma.