HIV pada Bayi: Penyebab, Gejala dan Penanganannya
Jangan disepelekan, simak informasi selengkapnya mengenai infeksi HIV pada bayi di sini!
13 September 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salah satu penyakit yang membahayakan calon buah hati dan dapat diturunkan melalui ibu adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus HIV.
Meski tak bisa sembuh secara total, bayi yang terinfeksi HIV tetap dapat berkembang dan tumbuh dengan sehat apabila gejala-gejalanya segera terdeteksi sejak dini.
Dengan diagnosis di awal, maka si Kecil juga dapat segera memperoleh pengobatan yang tepat sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal.
Untuk itu, di bawah ini Popmama.com merangkum informasi mengenai HIV pada bayi, mulai dari penyebab, gejala dan penanganannya. Yuk, simak penjelasannya!
Apa Itu Infeksi Virus HIV pada Bayi?
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan virus yang menimbulkan penyakit AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) pada manusia.
Infeksi HIV pada bayi atau bayi baru lahir juga dikenal sebagai HIV bawaan atau HIV neonatal.
Virus ini dapat menyebabkan infeksi pada bayi dengan menyerang dan melemahkan sistem kekebalannya.
Editors' Pick
Gejala Infeksi HIV pada Bayi
Bayi yang terinfeksi HIV umumnya tidak menunjukkan gejala selama dua sampai tiga bulan pertama.
Namun, begitu gejalanya berkembang, mereka dapat menimbulkan komplikasi yang berbeda-beda dari satu bayi ke bayi lainnya.
Berikut tanda-tanda awal HIV pada bayi:
- kekurangan energi
- penurunan berat badan dan pertumbuhan yang terhambat
- demam dengan intensitas yang sering dan berlangsung lama
- berkeringat
- infeksi jamur (candida) di mulut yang yang tak membaik
- peradangan pada kelenjar getah bening
- peradangan pada kelenjar ludah
- pembesaran hati
- pembesaran limpa
- infeksi telinga yang terus-menerus terulang
- sinusitis yang terus-menerus terulang
- infeksi saluran pernapasan atas yang terus-menerus terulang
- perkembangan terhambat
- diare
- infeksi herpes yang terus-menerus terulang
- infeksi bakteri yang terus-menerus berulang
Diagnosis HIV pada Bayi
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV umumnya memiliki tes antibodi positif saat lahir karena antibodi HIV secara pasif berpindah melalui plasenta.
Tes virologi sangat penting untuk memastikan diagnosis. Tes virus untuk HIV dilakukan pada bayi pada usia berikut:
- 14 hingga 21 hari
- satu bulan
- empat bulan
Jika hasil dua tes negatif, bayi dapat dinyatakan tidak memiliki infeksi HIV.
Sementara jika dua hasil tes menunjukkan positif, maka bayi dipastikan memiliki infeksi HIV.
Bayi yang termasuk dalam kategori risiko tinggi untuk penularan HIV dapat diuji sebelum bayi berusia 48 jam, diikuti dengan pengujian pada usia yang dipersyaratkan.
Pencegahan dan Pengobatan HIV pada Bayi
Menurut Anthony Puopolo, kepala petugas medis LifeMD yang berbasis di California dan pendiri IntegratedMedical Wellness Group, mengeklaim bahwa penularan HIV dapat dicegah dengan:
- tes HIV pada ibu
- pengendalian infeksi yang efektif pada ibu
- terapi antivirus prenatal
- pengobatan ibu dan bayi selama persalinan dan periode neonatus
- hindari menyusui bayi secara langsung
Pengobatan untuk ibu hamil yang teridentifikasi positif HIV juga dapat mencegah penularan infeksi ke bayinya. Pengobatan untuk ibu hamil positif HIV dapat terdiri dari:
- Terapi antiretroviral (ART) adalah pilihan pengobatan untuk HIV/AIDS.
- Jika seorang perempuan terinfeksi HIV selama kehamilan, ART akan diberikan. Obat ini berisiko rendah untuk bayi dalam kandungan. Namun, ibu hamil dapat melakukan USG di trimester kedua untuk menilai perkembangan bayi.
- Jika calon ibu didiagnosis dengan infeksi HIV pada waktu yang dekat dengan persalinannya, obat ART intravena segera diberikan. Hal ini dapat mengurangi risiko penularan sebesar 10%.
- Operasi caesar mungkin disarankan untuk mengurangi risiko penularan dari jalan lahir.
Berikut pengobatan untuk bayi yang lahir dari ibu dengan positif HIV:
- Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV diberikan obat ART dalam waktu enam sampai 12 jam setelah lahir.
- Dokter mungkin meresepkan satu atau lebih obat antiretroviral selama enam minggu setelah kelahiran.
- Ibu yang poitif HIV dan mengonsumsi obat HIV juga harus menghindari menyusui.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, perempuan yang sedang dalam program sangat dianjurkan untuk melakukan tes HIV untuk diri mereka sendiri dan pasangannya.
Jika salah satu pasangan terinfeksi, maka harus minum obat HIV setiap hari untuk mencegah penularan dan tetap hidup sehat.
Saat ini, ada banyak perawatan medis yang tersedia untuk memperlambat perkembangan penyakit akibat virus HIV.
Pengobatan Jangka Panjang untuk HIV pada Bayi
Bayi yang terinfeksi HIV akan membutuhkan pengobatan dengan ART sepanjang hidupnya.
Obat ART tidak menyembuhkan infeksi tetapi memperlambat perkembangan HIV, sehingga memudahkan sistem kekebalan tubuh untuk menekan virus.
Obat-obatan ini harus diminum sesuai resep dokter agar dapat bekerja dengan baik, karena pengobatan secara teratur dapat membantu sebagian besar bayi dengan HIV/AIDS tumbuh dengan normal dan ceria.
Itulah tadi penjelasan mengenai HIV pada bay. Semoga informasi ini bermanfaat. Sehat selalu, ya, Mama dan keluarga di rumah!
Baca juga:
Dampak Buruk HIV Terhadap Ibu Hamil dan Janin, Bisa Membahayakan
Ilmuwan China Berhasil Mengedit DNA Janin Jadi Bayi Anti-AIDS