Tips Melakukan Newborn Photoshoot ala Fotografer Rittar Rajagukguk
Rittar Rajagukguk sangat menyayangkan tindakan pemotretan pada bayi prematur di Tasikmalaya
24 November 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kasus kematian bayi prematur di Tasikmalaya yang sempat dijadikan konten newborn photoshoot kini masih menjadi perhatian banyak orang. Bayi yang lahir dengan berat 1,5 kg tersebut menjalani sesi foto newborn oleh pihak klinik tanpa izin dari keluarga.
Kejadian ini pun mendapat banyak tanggapan dari sejumlah pihak termasuk beberapa fotografer newborn. Salah satunya ada fotografer newborn profesional, Rittar Alfina Nurmala atau yang juga dikenal dengan nama Rittar Rajagukguk.
Fotografer newborn yang sudah menjadi langganan para artis ini sangat menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh bidan di klinik yang sedang viral karena tidak seharusnya melakukan photoshoot dengan pose pada bayi prematur.
Selain itu, Rittar Rajagukguk juga memberikan informasi terkait hal yang perlu diperhatikan saat melakukan newborn photoshoot.
Berikut Popmama.com rangkum tips melakukan newborn photoshoot ala fotografer Rittar Rajagukguk.
1. Newborn photoshoot bisa dilakukan jika bayi lahir sesuai usia kandungan dan sehat
Sebelumnya, Rittar Rajagukguk mengucapkan belasungkawa atas apa yang terjadi pada bayi prematur di Tasikmalaya yang kini tengah viral. Selain mengucapkan belasungkawa, Rittar Rajagukguk juga memberi tanggapan atas klinik yang diduga lalai karena melakukan pemotretan pada bayi prematur.
Menurutnya, pemotretan newborn bisa dimulai saat bayi berusia 5 hari. Atas permintaan orangtua, pemotretan bayi bisa dilakukan saat bayi berusia 2-3 hari, dengan catatan lahir saat usia kandungan sudah cukup alias tidak prematur.
Selain itu, bayi juga harus dinyatakan sehat oleh dokter dan sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
“Ada alasan kenapa newborn mulai 5 hari (bisa dilakukan di 2/3 hari usia bayi), dengan catatan lahir sesuai usia kandungan dan sudah dinyatakan dokter anak sehat dan bisa pulang,” tulis Rittar Rajagukguk pada caption unggahannya.
Editors' Pick
2. Pemotretan bayi prematur harus menunggu usia koreksi dan berat ideal
Selanjutnya, Rittar Rajagukguk juga menerangkan ketentuan newborn photoshoot untuk bayi prematur.
Menurutnya, bayi prematur baru bisa menjalani pemotretan saat sudah sesuai usia koreksi. Usia koreksi adalah perhitungan usia bayi dari usia kronologis yang dikurangi jumlah atau minggu saat bayi dilahirkan.
Selain memerhatikan usia, pemotretan juga harus memerhatikan berat badan. Berat badan bayi harus dinyatakan ideal oleh dokter dan aman dibawa pulang.
Pasalnya, bayi yang lahir prematur umumnya perlu perawatan intensif di NICU sehingga akan lebih lama dirawat di rumah sakit.
“Untuk kasus bayi prematur selalu menunggu usia sesuai usia koreksi atau berat badan mencapai yang dinyatakan dokter anak sehat dan aman dibawa pulang (karena bayi Lahir premature biasanya selalu di bawah pemeriksaan dokter anak: NICU),” sambung Rittar Rajagukguk.
3. Pemotretan harus sudah mendapat izin dari orangtua
Rittar Rajagukguk juga menegaskan bahwa sesi foto newborn harus sudah disertai dengan izin dari orangtua.
“Tapi yang bisa aku komentar adalah: sesi foto tidak benar dilakukan tanpa izin verbatim orangtua,” tulisnya.
Namun, terkadang beberapa klinik maupun rumah sakit menuliskan persetujuan terkait pemotretan bayi pada kontrak yang perlu ditandatangani.
Maka dari itu, Rittar Rajagukguk mengingatkan pada orangtua untuk selalu membaca dengan teliti setiap dokumen yang ditandatangani di rumah sakit maupun klinik.
“(Walaupun mungkin kita sebagai ortu menandatangani kontrak sewaktu masuk ke RS/klinik ada klausul ini. Jadi bapak ibu please baca kontrak apapun yang ditandatangani). Dan jika memang tidak mau/nyaman anak difoto di RS tanpa pengawasan tegaskan sedari awal,” sambungnya.
4. Bayi prematur tidak disarankan untuk langsung dilakukan sesi foto ala posing
Sebagai sosok yang sudah berpengalaman dalam melakukan pemotretan bayi baru lahir, Rittar Rajagukguk juga tidak menyarankan fotografer untuk melakukan sesi ala posing pada bayi prematur.
“Anak prematur tidak pernah disarankan untuk langsung dilakukan sesi foto ala posing (kalau sesi foto candid tergantung kebijakan RS apakah memperbolehkan orang non medis masuk ke ruangan NICU dan alat-alat yang dibawa apa ada standar disinfektan),” terang Rittar Rajagukguk.
Pada kasus bayi prematur di Tasikmalaya, sang bayi dibuat berpose potato sack, yakni bayi dibalut dengan kain hingga berbentuk bulat seperti kentang.
Maka dari itu, Rittar Rajagukguk sangat menyayangkan tindakan klinik di Tasikmalaya yang melakukan photoshoot dengan pose pada bayi prematur, terlebih lagi bayinya hanya berbobot 1,5 kg.
“Gak usah bahas soal cara posing potato sack ya, karena bayi prematur BB 1,5 kg difoto saja sudah salah. Again my prayers with you,” tutupnya.
5. Selalu berhati-hati terhadap pose bayi saat newborn photoshoot
Selain beberapa poin yang disampaikan Rittar Rajagukguk, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan saat Mama ingin mengabadikan foto si Kecil lewat newborn photoshoot.
Melansir dari Parents, salah satu yang perlu diperhatikan adalah posisi bayi saat pemotretan. Sebisa mungkin hindari posisi yang berbahaya, seperti tengkurap, berbaring di atas orangtua, posisi yang menghalangi saluran napas, dan posisi yang membuat bayi berisiko terjatuh.
Selain itu, pastikan Mama menggunakan jasa fotografer yang profesional dan kompeten dalam pemotretan newborn. Hal ini bisa didukung oleh sertifikat atau portofolio yang dimiliki fotografer.
Demikian rangkuman mengenai tips melakukan newborn photoshoot ala fotografer Rittar Rajagukguk. Semoga informasi ini dapat menjadi pelajaran untuk Mama, ya!
Baca juga:
- Newborn Photoshoot pada Bayi Prematur, Apakah Aman?
- Bayi Prematur Meninggal Usai Dijadikan Konten, Ini Kata Bidan Yesie
- Bayi Prematur Meninggal Usai Dijadikan Konten Klinik di Tasikmalaya