Beda Vaksin dengan Efek Samping Demam dan Tanpa Demam
Vaksin kerap kali menimbulkan efek samping berupa demam
15 Oktober 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Imunitas kuat pada bayi bisa dimulai sejak bayi baru lahir dengan cara memberikan beberapa vaksinasi yang telah terbukti efektif untuk mencegah bayi dari paparan penyakit menular yang berbahaya. Hal ini terjadi karena setelah mendapat vaksin, tubuh bayi secara otomatis akan melawan patogen yang menyebabkan sakit.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan telah menciptakan berbagai jenis vaksin yang ampuh melindungi bayi dari penyakit bahaya seperti polio, hepatitis, campak, dan difteri. Selain melindungi tubuh dari berbagai penyakit, vaksinasi telah terbukti mengurangi angka kematian sekitar 3,5 – 5 juta jiwa setiap tahun.
Namun, setelah mendapat vaksin, bayi kerap kali terserang demam. Diketahui bahwa reaksi tersebut adalah efek samping dari sel yang terkandung dalam vaksin, dan itu sangat normal terjadi. Saat ini juga sudah beredar vaksin yang tidak mengandung sel penyebab demam pada anak.
Nah, untuk mengetahui lebih lengkap mengenai beda vaksin dengan efek samping demam dan tanpa demam, Popmama.com telah merangkum informasinya berikut ini.
Perbedaan Kandungan pada Vaksin Penyebab Demam
Demam yang timbul setelah bayi menerima vaksin menjadi pertanda bahwa tubuh anak sedang merespons vaksin tersebut. Demam ini juga menandakan bahwa sistem kekebalan tubuh bayi bekerja dengan baik dalam mengenali dan melawan penyakit jika terinfeksi.
Umumnya, bayi akan mengalami demam pada 2 – 3 jam setelah vaksinasi. Vaksin yang menjadi penyebab paling umum demam pada bayi adalah DPT (difteri, pertusis, tetanus). Hal ini dikarenakan adanya kandungan pertusis pada vaksin DPT jenis whole cell. Whole cell berarti pembuatan vaksin menggunakan sel kuman yang telah dilemahkan.
Untuk mengurangi risiko demam pada bayi setelah vaksin DPT, para ahli mengembangkan vaksin yang aseluler atau pengurangan jumlah kuman yang dimasukkan ke dalam vaksin. Kemudian terbukti bahwa vaksin DPT aseluler ampuh untuk menghilangkan efek samping berupa demam pada bayi. Jika demam pun, bayi hanya akan demam ringan saja.
Namun, vaksin DPT aseluler ini tidak bisa memperkuat kekebalan tubuh bayi dalam jangka yang lama karena justru meningkatkan risiko terserang pertusis saat dewasa nanti. Para orangtua disarankan untuk melakukan vaksinasi ulang beberapa tahun setelahnya agar imunitas tubuh anak tetap terjaga. Sebagai informasi, pertusis adalah penyakit batuk rejan hingga kesulitan bernapas dan menular pada anak berusia 2 – 6 tahun.
Hingga saat ini, pemerintah melalui program imunisasi nasional hanya menyediakan vaksin DPT jenis whole cell yang dibuat oleh PT Bio Farma. Vaksin DPT aseluler yang tersedia saat ini adalah produk impor karena Bio Farma belum bisa memproduksinya. Biaya dan proses pembuatannya pun lebih sulit dan mahal.
Jika ingin memberikan vaksin DPT aseluler kepada si Kecil, Mama bisa mendapatkannya di beberapa rumah sakit swasta.
Apa Itu Difteri, Pertusis, dan Tetanus?
Difteri, Pertusis, dan Tetanus adalah tiga penyakit berbahaya yang menular dari bakteri dan bisa menyerang bayi. Untuk menghindarinya, para ahli membuat vaksin yang ampuh dan terbukti efektif mengurangi risiko penyakit tersebut pada bayi. Lalu, apa itu Difteri, Pertusis, dan Tetanus?