Mitos Ari-Ari Bayi di Indonesia dan Negara Lainnya
Tak hanya di Indonesia, beberapa negara lainnya juga punya mitos tentang ari-ari
14 Oktober 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selama kehamilan, sebuah organ penyokong kehidupan sang janin terbentuk. Organ tersebut berfungsi sebagai penyalur oksigen dan nutrisi dari seluruh makanan yang Mama konsumsi melalui tali pusar serta membersihkan darah bayi dari segala kotoran. Organ tersebut bernama plasenta atau yang biasa dikenal sebagai ari-ari.
Ari-ari tersebut melekat pada dinding rahim biasanya di bagian atas, samping, atau belakang rahim dan berbentuk bulat dan terhubung dengan tali pusar yang juga menjadi organ penyalur. Di indonesia, ari-ari dianggap sebagai ‘kakak’ atau ‘saudara kembar’ untuk bayi yang baru lahir, sehingga diperlakukan dengan hati-hati setelah persalinan selesai.
Beberapa orang mungkin menganggap hal itu sebagai mitos, tetapi ini adalah salah satu tradisi yang sudah dilakukan selama turun-temurun dan masih berlaku hingga saat ini. Tak hanya Indonesia, negara-negara lain pun memiliki tradisinya sendiri dalam memperlakukan ari-ari pascalahiran.
Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai mitos ari-ari bayi di Indonesia dan negara lainnya, Popmama.com sudah merangkumnya dengan lengkap berikut ini.
Mitos Ari-Ari di Indonesia
Budaya yang majemuk menciptakan keunikan tersendiri. Hal inilah yang terjadi pada masyarakat indonesia. Masing-masing daerah memiliki cara atau tradisinya tersendiri dalam memperlakukan ari-ari dari ibu yang baru melahirkan.
Tradisi penguburan ari-ari dari berbagai daerah itu, meliputi,
Editors' Pick
1. Jawa
Masyarakat di Tanah Jawa percaya bahwa ari-ari adalah organ penting dan harus diperlakukan dengan penuh penghayatan. Cara yang paling umum adalah dengan menguburnya. Penguburan ini harus dilakukan dengan segera, tepat pada hari kelahiran atau keesokan harinya.
Papa bertanggung jawab atas tugas ini. Langkah penguburannya, adalah,
- Ari-ari dicuci bersih hingga tidak mengelurkan darah, lalu masukkan ke dalam kendil.
- Masukkan juga kain mori, garam, jarum, benang, minyak wangi, uang logam, beras dan kelengkapan lainnya. Hal ini dilakukan sebagai simbolisasi dari harapan baik dari orang tua kepada sang anak di masa depan.
- Kubur atau pendam di dalam tanah, biasanya di dekat pintu atau tempat lain yang dianggap suci.
- Nyalakan lampu untuk menerangi kubur ari-ari tersebut.
Keseluruhan proses ini memiliki maksud untuk melindungi sang bayi dari segala marabahaya karena mitos yang beredar mengatakan bahwa bayi yang baru lahir rawan dari godaan makhluk halus.
Setelah penguburan, keluarga biasanya mengadakan slametan atau doa bersama untuk keselamatan bayi. Tradisi ini sudah tidak asing lagi karena hampir seluruh daerah di Pulau Jawa melakukan tradisi serupa.
Tradisi ini umumnya dinamai Mendhem Ari-ari atau ada juga yang menyebut sebagai Larung Ari-ari. Masyarakat sunda menyebutnya sebagai Tembuni.
2. Bali
Pulau Dewata adalah salah satu daerah di indonesia yang masih kental dengan budaya dan tradisi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terbukti ketika ari-ari dari bayi yang baru lahir dibungkus ke dalam tempurung kelapa dan digantungkan di pohon yang terletak di pemakaman desa.
Mitos yang dipercaya masyarakat adalah cara tersebut mampu melindungi bayi dari serangan penyakit dan kemalangan. Salah satu yang terkenal adalah Desa Bayung Gede yang menjadi daya tarik wisatawan hingga ditetapkan sebagai situs warisan nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudaya pada Oktober 2020 lalu.
Masyarakat Bali juga mengubur ari-ari anak mereka dengan caranya sendiri, yaitu dengan membersihkan ari-ari dengan tangan kanan dan harus menguburnya di Setra Bebajangan. Setelahnya, orangtua harus membersihkan diri ke Danau Batur.
3. Madura
Masyarakat Madura memiliki tradisi bernama Ngopur Tontonan dan Temunih yang diibaratkan sebagai ari-ari dari bayi yang baru lahir. Mereka menganggap bahwa tontonan dan temuih memiliki jiwa dan bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sang bayi.
Prosesnya penguburannya serupa dengan cara memendam ari-ari ala masyarakat Jawa, tetapi di dalam kendi juga dimasukkan benda-bedan seperti cabe, paku, nasi, tulang, uang koin atau kertas, dan garam. Disiapkan juga lampu sebagai pelita yang menerangi tontonan dan temuih selama 40 hari.
Selain ketiga daerah tersebut, masih ada beberapa daerah yang memiliki tradisi serupa, seperti tradisi Mompohape di Sulawesi Selatan, masyarakat Palembang menguburkan tali pusar bersamaan dengan bumbu masak jika bayinya perempuan.
Masyarakat Papua menguburkan ari-ari di bawah pohon besar karena dianggap memiliki kekuatan spiritual yang bisa melindungi sang bayi, dan masih banyak lainnya.
Mitos Ari-Ari di Berbagai Negara
Tak hanya Indonesia yang percaya dengan mitos seputar ari-ari, tetapi negara lainnya juga memiliki mitosnya tersendiri, di antaranya yaitu,
- Turki. Masyarakat Turki percaya bahwa ada hubungan atau keterikatan antara sang bayi dengan ari-arinya, sehingga mereka mengubur ari-ari tersebut di halaman masjid agar menjadi anak yang baik, mulia, dan jujur.
- Tiongkok. Tradisi ari-ari yang ada di negara ini adalah dengan memakannya. Hal ini dilakukan karena masyarakat Tiongkok percaya bahwa itu adalah cara terbaik untuk merayakan kelahiran sekaligus menjadi nutrisi bagi ibu hamil, terutama untuk ASI.
- Jepang. Melansir Health 4 Mom, dalam budaya Jepang, penguburan ari-ari dipercaya dapat memberikan keberkahan dan perlindungan bagi sang anak di masa depan.
- Kamboja. Masyarakat Kamboja menganggap ari-ari sebagai asal mula jiwa seorang bayi, sehingga kuburan ari-arinya dikelilingi oleh tanaman berduri untuk melindungi jiwa bayi dari roh jahat.
- Malaysia. Masyarakat Malaysia mengubur ari-ari bersamaan dengan garam, asam jawa, buku-buku, dan pensil. Hal ini dilakukan dengan harapan sang anak tumbuh menjadi pekerja keras dan murid yang baik.
- Selandia Baru. Suku asli Selandia Baru, Maori, mengubur ari-ari karena disimbolkan sebagai penghubungan antara bayi yang baru lahir dengan alam semesta.
- Amerika Serikat. Melansir Cleveland Clinic, banyak orang Amerika Serikat yang menganggap ari-ari sebagai sumber nutrisi baik dan membawa manfaat kesehatan, sehingga mereka mengubahnya dalam bentuk pil dan mengonsumsinya seperti vitamin.
- Eropa. Sebagian besar negeri Eropa menganggap ari-ari tidak lebih, melainkan sebuah limbah sehingga tidak ada penanganan khusus dan hanya membuangnya.
- Kepulauan Karibia. Negara-negara yang menjadi bagian dari Kepulauan Karibia mengubur ari-ari bayi mereka di bawah pohon buah untuk memastikan bahwa anak tersebut tidak akan kelaparan dan tidak lupa dengan jalan pulang menuju rumahnya setiap kali bepergian.
- Kenya. Suku Kikuyu yang berada di Kenya memiliki tradisi menyimpan ari-ari di ladang yang belum digarap lalu ditutupi dengan rumput dan biji-bijian sebagai simbol kesuburan.
- Irlandia. Penduduk asli Irlandia menyebut ari-ari sebagai “fylgia” yang secara harfiah berarti “malaikat pelindung”.
- Suku Navajo. Suku asli Amerika Serikat, Navajo dan sebagian besar masyarakat Hawaii percaya bahwa sang bayi akan terhubung secara spritual dengan tanah kelahiran dan leluhurnya jika ari-ari dikuburkan di dalam tanah.
- Suku Hmong. Kelompok etnis yang berasal dari Tiongkok Selatan dan bermigrasi ke Laos, Vietnam, dan Thailand ini memiliki kepercayaan bahwa ari-ari diibaratkan sebagai 'jaket spriritual' yang dikenakan oleh bayi saat mereka datang ke dunia.
- Suku Igbo. Suku yang mendiami kawasan Afrika Barat ini menyebut ari-ari sebagai “Ibu Kita” dan bisa menghubungkan para bayi dengan roh-roh leluhur mereka jika ari-ari tersebut dikubur di dalam tanah.
Itulah informasi mengenai mitos ari-ari bayi di Indonesia dan negara lainnya. Masyarakat dari berbagai penjuru dunia percaya bahwa plasenta memiliki peran yang sakral dan penting untuk sang bayi, sehingga perlu diperlakukan dengan hormat dan penuh hati-hati.
Baca juga:
- Cara Mengubur Ari-Ari Bayi Menurut Islam, Ketahui Panduannya!
- Mitos Ari-Ari Tidak Dikubur, Benarkah Bisa Menyebabkan Bayi Sakit?
- Ini Mitos Ari-Ari Bayi yang Jadi Tradisi di Masyarakat