Fakta Pentingnya Stimulasi Motorik di 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak
Nutrisi dan stimulasi memang berdampingan serta saling memengaruhi untuk perkembangan anak
14 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak mama yang mungkin masih bingung bagaimana cara menghitung 1000 hari pertama kehidupan anak. Banyaknya beredar informasi dan berbagai sumber yang menyebut bahwa 1000 hari pertama kehidupan seorang anak dihitung sejak hari pertama bayi dilahirkan.
Padahal cara menghitung 1000 hari pertama kehidupan seorang anak adalah sejak masa kehamilan.
Mama perlu tahu dan ingat, bahwa dalam fase tersebut merupakan periode emas yang harus diisi dengan banyak hal positif.
Melalui Popmama Online Class ketujuh pada Kamis (11/6/2020) dr. Reza Abdussalam, SpA, Dokter Anak, RSIA Brawijaya Antasari, menjelaskan ada faktor lain yang turut serta memengaruhi perkembangan anak selain pemberian nutrisi yang cukup, yaitu stimulasi. Ternyata stimulasi motorik dalam masa 1000 hari pertama kehidupan anak juga tak kalah penting lho.
Bagaimana stimulasi motorik ini bisa berpengaruh? Berikut Popmama.com berikan informasi lengkapnya.
1. Perkembangan motorik anak perlu diperhatikan dari waktu ke waktu
Dokter Reza menyebutkan ada beberapa faktor penting dalam perkembangan anak. Ia menjelaskan diperlukan nutrisi untuk membantu pembentukan dan pematangan sel otak serta stimulasi sebagai penguat rangkaian kemampuan anak.
"Outcome yang harus dilihat setelah pemberian nutrisi, cukup atau tidak adalah dilihat parameternya apakah sesuai dengan tumbuh kembangnya atau tidak. Nanti dilihat kalau dia mampu dan bisa berkembang sesuai dengan usianya maka penting adanya tambahan stimulasi," ujarnya.
Untuk perkembangan anak, dokter Reza menjelaskan ada empat tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu
- Motorik kasar
- Motorik halus
- Bahasa (kognitif)
- Personal sosial
"Empat aspek ini selalu dilihat, untuk anak 0-24 bulan idealnya dilihat setiap tiga bulan sekali. Dilihat kemampuan anak sesuai atau tidak dengan usianya," jelasnya.
Editors' Pick
2. Ada beberapa target perkembangan motorik kasar sesuai usia anak
Pertama, dokter Reza menyebut perkembangan motorik kasar. Perkembangan ini dibagi dalam beberapa bagian. Ada atas ke bawah (kepala sampai ke kaki) atau cephalocaudal dan dari daerah tengah ke luar (badan hingga ke jari tangan).
Tahap perkembangan motorik kasar anak usia 0-3 bulan yakni kemapuan leher, usia 3-6 bulan kemampuan tulang belakang, usia 6-9 bulan kemampuan panggul, dan usia 9-12 bulan kemampuan lutut dan kaki.
"Idealnya anak usia 3-6 bulan dia bisa miring kanan-kiri hingga tengkurap bolak-balik. Kemudian ada perkembangan panggul, outcome-nya anak diakhir usia sembilan bulan bisa duduk sendiri tanpa dibantu. Kemudian, fase perkembangan lutut dan kaki yakni diakhir usia 12 bulan anak bisa berdiri dengan pegangan atau tanpa dibantu," jelas dokter Reza.
Perkembangan motorik anak dari tengah ke luar diantaranya bisa memicingkan mata ke arah kiri atau kanan hingga dia bisa berbicara.
Perkembangan motorik anak tidak hanya dipantau motorik kasarnya saja, tapi juga ada motorik halus.
Motorik kasar yakni anak bisa bergerak menggunakan otot-otot besar dalam tubuh. Misalnya anak bisa berguling, duduk dengan tegak, merangkak, berdiri, berjalan, hingga berlari.
"Sementara motorik halus yakni kemampuan dengan keterampilan fisik menggunakan otot kecil dan koordinasi dengan organ tubuh lain, misalnya mata. Contohnya anak bisa menggenggam, menyusun, memegang di antara jari, mencoret, menggambar, dan menulis," tambah dokter Reza.
3. Berikut motorik kasar dan halus yang harus dicapai anak pada usianya
Menurut dokter Reza ada beberapa milestone motorik kasar dan motorik halus yang mesti dicapai anak. Mulai dari mengangkat kepala untuk beberapa bulan pertama anak lahir, hingga bisa naik tangga hingga usianya 24 bulan.
- Usia 0-3 bulan
Motorik kasar yakni anak bisa mengangkat kepala 45 derajat dan bisa menggerakkan kepala ke kanan-kiri. Kemudian, untuk motorik halus anak bisa mengikuti objek dengan mata dan bisa menggenggam, dan merespon dengan senyum.
- Usia 3-6 bulan
Motorik kasar yakni anak mengangkat kepala (hingga 90 derajat), anak juga bisa tengkurap sendiri dan menoleh ke arah suara yang dibuat Mama. Kemudian, motorik halus yakni anak bisa seolah bertepuk tangan (meski belum jelas), dan bisa meraih benda di depannya. Selain itu, anak juga biasanya mulai memasukan benda/tangan/kaki ke dalam mulut.
- Usia 6-9 bulan
Motorik kasar yakni anak bisa duduk tanpa dibantu (biasanya terjadi di umur 9 bulan), anak juga bisa merangkak meraih benda, berguling, dan mulai belajar berdiri. Untuk perkembangan motorik halus yakni anak bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya dan melempar benda.
- Usia 9-12 bulan
Motorik kasar anak sudah bisa merangkak, berdiri sendiri tanpa dibantu, hingga berjalan. Sementara, motorik halus yakni meraih semua barang yang bisa diraih dan memasukannya ke dalam mulut.
"Pada saat ini yang paling penting adalah jangan sering digendong. Kedua, jangan pakai alat bantu seperti baby walker atau push walker. Solusinya bisa menggunakan kursi kecil, sehingga anak bisa tetap berjalan maju dengan kecepatan pelan. Usia berjalan anak biasanya dari 11-18 bulan, jadi jangan khawatir," jelas dokter Reza.
- Usia 12-18 bulan
Perkembangan motorik kasar anak bisa berjalan dengan lancar tanpa bantuan (maksimal usia 16 bulan), dan bisa berdiri tanpa pegangan. Lalu, untuk motorik halus bisa menyusun dua kubus, mengambil manik-manik (menjumput) dengan jempol dan telunjuknya, dan mencoret-coret serta belajar makan sendiri.
"Anak cukup diawasi, cukup jauhkan benda berbahaya dari anak. Jangan terlalu sering digendong. Bisa dipapah jika belum bisa jalan secara mandiri," tutur dokter Reza.
- Usia 18-24 bulan
Untuk motorik kasar anak mulai belajar naik tangga, berjalan mundur dan menendang bola. Lalu untuk motorik halus anak bisa membangun menara empat kubus, mengenal bagian tubuh (mata, hidung, dan lain-lain).
"Setelah usia dua tahun nanti dilihat apakah dia bisa menggenjot sepeda roda tiga pada usia 3 tahun, naik tangga kaki kanan-kiri, berdiri dengan satu kaki pada usia empat tahun. Untuk motorik halus, tower kubusnya makin tinggi saat ini bisa 9 kubus. Sudah bisa bikin gambar bundar, kemudian gambar X pada 4 tahun dan gambar segitiga pada umur 5 tahun," papar dokter Reza.
4. Mama juga perlu waspada adanya tanda keterlambatan perkembangan si Kecil
Selain mengawasi perkembangan motorik kasar dan halus anak, Mama dan Papa juga perlu mengevaluasi hal-hal yang bisa jadi red flag (tanda waspada) dalam perkembangan motorik anak ini.
Tanda waspada bagi perkembangan motorik kasar anak:
- Adanya gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan.
- Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari usia enam bulan.
- Hiper/ hipotonia atau gangguan tonus otot.
- Hiper/ hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh.
- Adanya gerakan yang tidak terkontrol.
Tanda waspada bagi perkembangan motorik halus anak:
- Anak masih menggenggam setelah usia empat bulan.
- Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia satu tahun.
- Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih sangat dominan setelah usia 14 bulan.
- Perhatian penglihatan yang inkonsisten.
Mama perlu ingat bahwa setiap anak adalah unik. Oleh karenanya jangan membandingkan perkembangan dan pertumbuhan satu anak dengan anak lain.
"Sangat jarang anak akan berkembang dan bertumbuh dengan kecepatan yang sama dengan anak lain, di mana milestone hanyalah guideline. Sebagai orangtua harus tetap dievaluasi, sebagai auditor aman atau tidaknya perkembangan anak. Jangan membandingkan anak dengan anak lain," jelas dokter Reza.
5. Bagaimana bisa stimulasi motorik anak dengan tepat?
Selanjutnya, dokter Reza mengungkapkan anak bisa diberi stimulasi sesuai dengan usia anak. Care giver, atau orang yang mengasuh si Anak hanya mencontohkan bukan selalu membantu.
"Jangan sering-seing digendong, kenapa? Takutnya dia nanti terlalu nyaman. Harusnya misal usia enam bulan bias tengkurap bolak-blaik dengan bagus, (kalau digendong terus) dia bisa lupa. Jadi anak cukup diawasi saja dan digendong hanya jika perlu. Kalau bisa singkirkan semua alat bantu, baby walker misalnya. Karena takutnya anak juga jadi terlalu nyaman," papar dokter Reza.
Selanjutnya biarkan anak eksplorasi lingkungan, tugas orangtua adalah mengawasi. Lalu, jangan memaksakan kegiatan di luar kemampuan anak sehingga bisa membanding-bandingkan. Tak lupa, Mama dan Papa harus berkomunikasi dua arah dengan si Kecil.
Itulah tadi hal-hal yang perlu Mama dan Papa ketahui soal perkembangan motorik kasar dan halus pada anak. Penting diingat bahwa stimulasi memiliki peran yang sama pentingnya dengan nutrisi bagi perkembangan anak.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
- Penting! Ketahui Keterlambatan Perkembangan Bayi Sejak Dini
- 5 Ide Kegiatan Sederhana untuk Stimulasi Perkembangan Bayi 0 – 6 Bulan
- 8 Mainan Terbaik untuk Perkembangan Sensorik dan Motorik Newborn