3 Jenis Skrining Bayi Baru Lahir yang Penting bagi Kesehatan si Kecil
Apa sebabnya si Kecil butuh skrining kesehatan? Cari tahu di sini!
23 Mei 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Skrining atau pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan sebagai langkah awal deteksi penyakit atau gangguan yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir. Skrining penting dilakukan sebagai upaya preventif untuk mencegah penyakit atau gangguan yang dialami oleh bayi baru lahir sedini mungkin.
Dengan deteksi dini suatu penyakit atau gangguan pada bayi baru lahir, tumbuh kembang bayi diharapkan bisa berjalan dengan optimal. Ada beberapa jenis skrining terhadap bayi baru lahir, seperti yang dilansir dari laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Berikut Popmama.com sudah merangkum informasinya untuk Mama!
Editors' Pick
1. Skrining pendengaran
Skrining pendengaran pada beberapa rumah sakit termasuk hal yang rutin dilakukan. Hal ini karena gangguan pendengaran pada bayi sulit untuk diketahui sejak awal.
Gangguan pendengaran bawaan yang bisa dideteksi dan diatasi sebelum usia bayi mencapai enam bulan akan berdampak baik pada kemampuan berbahasa normal saat usia bayi mencapai tiga tahun.
Pada enam bulan pertama kehidupannya, bayi baru lahir mempunyai periode kritis perkembangan pendengaran dan berbicara. Periode ini dimulai dari enam bulan pertama kehidupan si Kecil hingga ia berusia dua tahun. Karena itulah, penting bagi bayi baru lahir untuk melakukan skrining pendengaran sedini mungkin, sebelum usianya enam bulan.
Beberapa faktor yang memungkinkan adanya gangguan pendengaran pada bayi baru lahir antara lain riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran, kelainan bawaan pada bentuk telinga dan tulang tengkorak-muka, infeksi saat dalam kandungan, down syndrome, dan berat lahir kurang dari 1.500 gram.
Skrining pendengaran pada bayi baru lahir dilakukan untuk menunjukkan ada atau tidaknya respons terhadap rangsangan dengan intensitas tertentu, dan tidak mengukur beratnya gangguan pendengaran ataupun membedakan jenis tuli.
2. Skrining penglihatan untuk bayi prematur
Salah satu penyebab kebutaan bayi dan anak di dunia, termasuk di Indonesia, adalah Retinopathy of prematurity (ROP) yang sering terjadi pada bayi prematur. Untuk itulah skrining penglihatan pada bayi prematur sangat penting dilakukan sebagai upaya deteksi dini ROP. Pendeteksian ROP sejak dini akan membantu bayi prematur dengan ROP mendapatkan terapi yang sesuai untuk mencegah terjadinya kebutaan.
Skrining ROP dilakukan pada bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 1.500 gram atau lahir pada masa kehamilan ibu yang kurang dari 34 minggu.
Bayi yang berisiko tinggi, seperti transfusi berulang, kelainan jantung bawaan, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, infeksi/sepsis, gangguan napas, serta pendarahan di otak juga wajib melakukan skrining ROP.
Bayi yang penglihatannya tidak bisa fokus dan tidak bisa mengikuti gerakan objek pada usia tiga bulan juga berpotensi mengalami ROP. Pemeriksaan ROP juga harus dilakukan pada bayi dengan riwayat katarak bawaan, retinoblastoma, penyakit metabolik dalam keluarga, dan juling.