Apakah Perkembangan Bayi Tabung Sama dengan Bayi Normal?
Ada kekhawatiran suami istri yang ingin melakukan bayi tabung, salah satunya soal perkembangan bayi
25 Maret 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Program bayi tabung bisa menjadi pilihan bagi pasangan suami istri yang sulit mendapatkan keturunan secara alami. Meski begitu, ada banyak hal yang menjadi pertanyaan suami dan istri yang berencana menjalani program bayi tabung. Salah satunya adalah mengenai perkembangan bayi yang lahir dari proses tabung.
Ada yang menganggap bahwa perkembangan bayi tabung lebih lamban dibandingkan bayi normal pada umumnya. Selain itu, ada pula yang menganggap bahwa bayi tabung, dari sisi kesehatan, lebih 'lemah' ketimbang bayi normal. Lantas, benarkah anggapan tersebut?
Untuk mengetahui jawabannya, ulasan Popmama.com berikut akan membahas lebih lanjut tentang perkembangan bayi tabung vs perkembangan bayi normal berdasarkan penelitian ilmiah yang dikutip dari Bocah Indonesia.
Editors' Pick
Apakah Perkembangan Bayi Tabung Sama dengan Bayi Normal?
Ada mitos atau anggapan yang menyebutkan bahwa bayi tabung ‘tidak sepenuhnya normal’ karena mereka merupakan hasil dari keahlian teknis para dokter.
Ya, memang bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) sebuah prosedur medis yang digunakan untuk membantu pasangan yang mengalami masalah kesuburan untuk memiliki anak. Dalam program hamil bayi tabung, proses pembuahan tidak terjadi di dalam tubuh mama, seperti yang terjadi dalam kehamilan alami, tetapi pembuahan terjadi di laboratorium. Namun, meskipun pembuahan terjadi di laboratorium, perkembangan anak yang lahir dari program bayi tabung sama halnya dengan bayi normal, dan memiliki kualitas hidup yang sama dengan bayi yang lahir karena pembuahan alami.
Apakah Bayi yang Lahir dengan Program Bayi Tabung Sehat?
Selain mengenai perkembangannya, sisi kesehatan bayi tabung juga dipertanyakan. Nyatanya, kualitas kesehatan bayi yang lahir dari program bayi tabung sama dengan bayi lewat pembuahan normal. Hal ini telah dibuktikan dari temuan yang dipublikasikan secara online pada 24 Januari di jurnal PLOS Medicine.
“Orangtua yang mempertimbangkan IVF pada profesional perawatan kesehatan perlu tahu bahwa perkembangan anak yang lahir dari IVF memiliki kualitas yang sama dengan teman-teman seusia mereka,’ ujar Kennedy, dokter spesialis kebidanan dan kandungan di Mercy Hospital for Women di University of Melbourne, Australia, yang dikutip dari Bocah Indonesia.
Ketua American Society for Reproductive Medicine Mental Health Professional Group, Ariadna Cymet Lanski, PsyD, juga meyakini bahwa bayi tabung memiliki kualitas hidup yang sama dengan bayi normal dari segi kesehatan, emosional dan kognitif.
Penelitian yang dilakukan di Finlandia juga menemukan bahwa jumlah kelahiran anak dengan bayi tabung sekitar 3,3% setiap tahun, dan kesehatan umum serta perkembangan kognitif mereka tidak berbeda dengan bayi yang lahir normal.
Selain itu, penelitian lain yang dilakukan pada orang dewasa yang lahir melalui IVF tidak menunjukkan tanda-tanda masalah jantung, pertumbuhan, gangguan metabolisme, atau masalah pernapasan.
Risiko seorang anak dilahirkan dengan masalah kesehatan bawaan (cacat lahir) dalam populasi subur adalah sekitar 3-5 persen. Namun, setelah adanya perawatan IVF, risiko tersebut diperkirakan hanya meningkat sekitar 1 persen.
Kemudian, ada juga beberapa kasus bayi IVF yang lahir dengan berat badan rendah, dan dalam kasus terburuk, kematian neonatal. Namun, para peneliti menemukan bahwa kekurangan-kekurangan ini lebih tergantung pada usia dan kesuburan orangtua daripada pada proses IVF itu sendiri.
Pada intinya, sejauh ini penelitian tidak menemukan adanya perbedaan antara bayi tabung dengan bayi normal. Perbedaan utama antara konsepsi IVF dan konsepsi normal terletak pada tempat terjadinya pembuahan.
Pada konsepsi alami, pembuahan terjadi dalam tuba falopi setelah hubungan seksual, sementara pada konsepsi IVF, sel sperma dan sel telur digabungkan di laboratorium. Setelah embrio terbentuk, embrio tersebut ditanamkan kembali ke rahim secara artifisial.
Meskipun metodenya berbeda, fase-fase kehamilan setelah embrio ditanamkan adalah sama, baik itu terjadi secara alami maupun melalui IVF. Ini berarti kesehatan bayi hasil IVF tidak berisiko lebih rendah.