Salah Membedong Bisa Berakibat Fatal pada Si Kecil
Perhatikan cara membedong yang benar ya, Ma!
23 Desember 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Lampin atau yang lebih dikenal dengan bedong merupakan teknik membungkus bayi dengan selimut agar si Kecil merasa hangat dan aman. Kegunaan bedong antara lain mencegah bayi terganggu oleh gerak refleksnya sendiri dan membantu menenangkannya dengan sesuatu yang mirip dengan kenyamanan kantong rahim.
Membedong bayi juga ada aturannya, Ma. Ketika usia bayi menginjak dua atau tiga bulan, bedong harus dilepaskan. Pasalnya, di usia empat bulan bayi harus bisa menggerakkan tubuhnya sendiri untuk berguling. Lagi pula, refleks kejut atau moro pada bayi juga berkurang dan ia sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Adakalanya bayi juga bisa menunjukkan tanda-tanda dirinya ingin berhenti dibedong. Misalnya, pada malam hari sering terbangun seakan-akan sedang mencari posisi tidur yang nyaman, bayi sering bergerak-gerak seolah tidak betah dibungkus bedong, dan bedongan terlepas pada bagian dada hingga kaki.
Akan tetapi, untuk Mama yang baru melahirkan dan hendak membedong si Kecil setidaknya harus memahami cara membedong yang benar. Kalau tidak, bukannya bayi jadi nyaman dan tenang, melainkan justru bisa berakibat fatal. Karena itu, Popmama.com rangkum beberapa dampak fatal dari cara membedong bayi yang salah berikut ini.
1. Infeksi pernapasan
Si Kecil bisa terkena risiko kepanasan dan infeksi pernapasan jika Mama membedong terlalu kuat atau ketat. Mama juga harus mengecek apakah bedongan membuatnya gerah ketika malam hari. Untuk itu, Mama bisa memilih bedong dari bahan katun yang tipis agar bayi nyaman.
Editors' Pick
2. Sindrom SIDS
SIDS merupakan sidrom kematian mendadak pada bayi di bawah usia satu tahun yang sebelumnya tampak sehat. Kematian mendadak ini sering kali tidak dapat dipastikan penyebabnya, Ma. Itu sebabnya, sindrom SIDS umumnya terjadi ketika bayi sedang tidur.
Tingginya angka kematian bayi memang paling banyak dijumpai pada bayi yang dibedong, Ma. Apalagi posisinya tidak benar, seperti telungkup atau menyamping. Belum lagi, pemakaian bedong yang terlalu longgar juga bisa berdampak fatal lantaran kain bedong menutupi mulut dan hidungnya.
3. Displasia panggul
Kondisi displasia panggul bisa terjadi ketika bedong terlalu ketat pada bagian kaki. Ketika kaki bayi diluruskan dan dirapatkan dengan kuat, ada kemungkinan bayi mengalami masalah pada panggulnya, seperti tulang-tulang sendi panggul tidak sejajar antara satu dengan lainnya.
Akibat terburuknya, sendi di panggul tidak berfungsi dengan normal, Ma. Soalnya, posisi kaki bayi ketika berada dalam rahim bengkok dan menyilang. Nah, jika Mama terlalu memaksa membebat kaki si Kecil dengan bedong dikhawatirkan akan membuat sendi-sendi dan tulang rawan jadi rusak.
4. Gangguan motorik
Perkembangan motorik bayi bisa terhambat jika bayi yang sudah lebih banyak bergerak masih dibedong, Ma. Apalagi usia bayi sudah menginjak empat bulan, maka pemakaian bedong seharusnya dihentikan. Soalnya, perkembangan motorik di usia ini berperan penting bagi pertumbuhan bayi ke depannya.
5. Menyebabkan demam
Demam juga bisa disebabkan pemakaian bedong, Ma. Ini terjadi lantaran bayi menggunakan pakaian dan dibedong secara berlapis sehingga suhu tubuh bayi menjadi panas. Karena itu, Mama harus memperhatikan apakah pakaian atau kain bedongnya cukup sejuk dan tidak membuat suhu tubuhnya naik. Apalagi, suhu udara kamar juga panas, maka kemungkinan besar ia bisa terserang demam, Ma.
Itu sebabnya, menggunakan bedong tidak bisa sembarangan, Ma. Banyak hal yang harus diperhatikan agar si Kecil bisa merasakan nyaman dan tidak rewel.
Baca juga:
- Sampai Umur Berapa Bayi Boleh Berhenti Dibedong?
- Pelajari! 3 Cara untuk Membedong Si Bayi. Ini Panduannya, Ma!