Periksakan Mata Anak Sejak Usia 3 Bulan Untuk Cegah Bahaya Lazy Eye
Mengingat bahayanya Lazy Eye, sebelum terlambat lebih baik mencegahnya yuk Ma!
12 Februari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memeriksakan mata sangat wajib dilakukan sejak usia dini lho, Ma. Pemeriksaan mata dilakukan idealnya sejak usia 3 bulan dan selambat-lambatnya di usia 2 tahun. Terlebih lagi jika anak memiliki riwayat keluarga atau terlihat dicurigai memiliki gangguan atau kelainan pada penglihatannya.
Segera periksakan kondisi mata ke dokter mata, meski usia bayi belum mencapai 3 bulan ya, Ma. Pemeriksaan mata anak dimulai dari anak usia 3 bulan, 6 bulan, 3 tahun, dan di usia sekolah untuk memeriksakan perkembangan penglihatan mata anak.
Beragam Gangguan Perkembangan Mata Anak
Kondisi mata anak baru lahir mayoritas dalam keadaan normal, akan tetapi seiring berjalannya waktu, perkembangan mata anak dapat terganggu di masa pertumbuhannya. Hal ini bisa dikarenakan berbagai penyebab. Salah satu penyebabnya yaitu kelainan refraksi yang meliputi mata minus (miopia) dan silindris (astigmatisma).
Kelainan refraksi ialah ketidakmampuan lensa alami mata dalam membiaskan cahaya ke arah retina. Retina tidak dapat mengolah cahaya yang masuk ke mata secara sempurna, padahal cahaya yang di olah retina itu yang akan menjadi sinyal untuk dikirimkan ke otak. Sinyal ini berupa sinyal visual dan jika ada suatu hambatan, dapat berdampak pada terganggunya pengiriman sinyal ke otak.
Editors' Pick
Lazy Eye, Efek Jika Masalah Mata Dibiarkan Saja
Membiarkan adanya gangguan yang terjadi pada mata secara terus menerus dan tidak ada penanganan yang tepat, maka bayangan gambar yang diterima oleh otak di bagian penglihatan pada kedua bola mata tidak dapat berkembang menjadi lebih jelas dan tajam. Jika sudah begitu, hal ini dapat berpotensi menjadi sebuah penyakit mata yang disebut mata malas (ambliopia) atau lazy eye.
Selain lazy eye, tidak tertanganinya hal ini dengan baik juga berpotensi menimbulkan gangguan penglihatan lain seperti juling (strabismus), tingkat keparahan yang lebih tinggi ialah anak dapat mengalami kelainan mata permanen seperti minus dan silindris yang tidak dapat disembuhkan. Tingkat keparahan tertinggi ialah anak mengalami kebutaan.
Seramnya lagi, anak yang sudah terkena kelainan refraksi sejak dini biasanya sulit untuk mengetahui jika dirinya memiliki masalah penglihatan, karena memori dalam otaknya sudah merekam kondisi yang ada dan menganggap kondisi ini wajar. Gambaran akan penglihatan yang jelas dan tajam belum pernah di alami dan terekam di dalam memori otaknya, sehingga anak akan sulit menyadari bahwa penglihatannya sedang terganggu atau ada kelainan pada matanya.
Faktor Risiko Lazy Eye
Ada beberapa faktor yang menjadi pemicu terjadinya Lazy Eye, seperti:
- Kelahiran prematur.
- bayi yang lahir di bawah berat badan normal (BBLR),
- faktor keturunan adanya riwayat Lazy Eye dalam keluarga,
- gangguan perkembangan pada anak.
Biasanya Lazy Eye terjadi pada bayi baru lahir hingga usia 7 tahun. Jadi Lazy Eye hanya mengidap anak-anak ya Ma. Biasanya Lazy Eye terjadi pada salah satu bola mata anak dan jarang terjadi pada kedua bola mata anak.
Penanganan untuk Lazy Eye
Penanganan yang akan diberikan kepada anak tergantung pada kondisi anak tersebut melihat dari seberapa besar tingkat keparahan dari lazy eye-nya. Ada beberapa penanganan untuk lazy eye seperti :
- Menggunakan kacamata
Biasanya pada awal penggunaan kacamata, anak cenderung menolak untuk menggunakannya. Ketidak nyamanan dan merasa penglihatannya terasa lebih enak tanpa menggunakan kacamata menjadi alasannya. Meski begitu, usahakan Mama dan Papa tetap harus menyemangati si Kecil ya agar mau menggunakannya dan tidak kecolongan untuk bolos menggunakan kacamata, karena kacamata dapat membantu keberhasilan pengobatan menjadi lebih baik.
- Obat tetes khusus
Mata anak diberikan obat tetes mata yang khusus diresepkan oleh dokter mata. Obat tetes ini berfungsi untuk mengaburkan mata yang normal, agar salah satu mata yang malas (lazy eye) mau bekerja keras untuk berusaha melihat seperti yang terekam oleh mata yang normal.
- Terapi penutup mata
Alat penutup mata yang diresepkan oleh dokter mata digunakan ke salah satu mata yang normal. Tujuannya untuk mendorong mata yang malas untuk melihat sejernih seperti yang terekam oleh mata yang normal. Penutup mata ini harus rutin dipakai selama 2 hingga 6 jam sehari. Temani si Kecil ya Ma dalam terapi ini, selama waktu yang telah ditentukan dokter.
- Operasi
Operasi ini hanya dilakukan jika pemicu dari lazy eye adalah katarak dan juling. Tujuannya hanya untuk memperbaiki kemampuan mata untuk dapat lebih sinkron dan kinerjanya meningkat. Meski begitu, operasi ini tidak dapat dikatakan bisa menyembuhkan 100 persen, karena hanya akan membantu mata anak Mama menjadi lebih mudah dalam bekerja saja.
Semakin Dini Penanganan, Semakin Besar Kesembuhan
Lazy eye yang terdiagnosis sedini mungkin memiliki tingkat keberhasilan sembuh yang cukup baik. Namun, pengobatan untuk Lazy Eye dengan usia anak di atas 6 tahun tingkat keberhasilannya lebih rendah. Dan pengobatan untuk usia anak di atas 12 tahun akan lebih sulit untuk sembuh.
Seperti yang dikatakan oleh Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K) ketika ditemui di Pullman Jakarta Central Park pada Media Gathering acara JEC International Meeting (JECIM), “Pengobatan terbaik pada lazy eye itu di usia 12 tahun ke bawah dengan menggunakan kacamata.”
Dalam operasi mata saat ini, Indonesia telah mengenal teknologi semi-robotic surgery untuk membantu kinerja dokter agar lebih cepat dan efektif energi. Operasi menggunakan robot ini bisa digunakan untuk menyembuhkan minus, silindris, katarak, maupun trauma mata. Namun, untuk minus dan silindris pada kasus lazy eye terlebih untuk usia di atas 12 tahun, saat ini belum dapat disembuhkan melalui operasi. Semoga dikemudian hari, akan ada teknologi yang dapat melakukannya.
Maka itu, penting banget kan Ma untuk memeriksakan mata anak ke dokter sedini mungkin.
Baca juga:
- 6 Hal yang Perlu Mama Ketahui tentang Mata Bayi Baru Lahir
- Ciri MAta Juling pada Bayi dan Cara Penanganannya
- Ini Ma, 4 Tanda si Bayi Butuh Kacamata