Berat Badan Sulit Naik, Anak Kedua Tya Ariestya Ternyata Kena ISK
Masih berusia 6 bulan, mengapa anak Tya Ariestya sudah alami ISK?
31 Agustus 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kabar menyedihkan datang dari Tya Ariestya. Anak keduanya, Muhammad Kalundra Ratinggang menderita Infeksi Saluran Kencing (ISK). Hal ini disampaikan langsung oleh Tya Ariestya pada Jumat (30/8/2019) di Instagram Story-nya.
“Cerita Kalundra berat badannya di bulan ke-3 dan ke-4 naiknya cuma sedikit banget. Padahal dua bulan pertama naiknya 1,5 kg tiap bulannya. Ternyata setelah dicek Kalundra kena ISK,” tulis Tya Ariestya dalam Instagram Story-nya.
Tya Ariestya juga mengatakan bahwa sebagai pengobatannya, sang Anak harus melakukan treatment selama 10 hari ini dengan minum obat antibiotik yang diresepkan.
Namun malang, usai diberikan obat antibiotik oleh Tya, ternyata tak lama Kalundra muntah hingga membuat sang Mama panik.
"Tadi tepat abis obat masuk, Kalundra langsung gumoh. Aku lihat banyakan gumoh ASI, sampai aku cium takut obatnya keluar. Terus aku bingung, ulang lagi apa nggak nih obatnya?," curhat Tya pada Instagram Storynya.
Tak hanya itu, Tya juga menjelaskan bahwa nantinya Kalundra akan dilihat kembali tentang bagaimana kondisi bakteri penyebabnya dengan melakukan tes urine ulang. Bila sudah sembuh, ia berencana akan melanjutkannya dengan sunat.
Nah, berkaitan dengan kasus ISK (Infeksi Saluran Kencing) yang dialami oleh Kalundra, anak kedua Tya Ariestya, Popmama.com pun berusaha mencari tahu lebih dalam lagi terkait fakta-fakta penting ISK pada bayi.
Untuk itu, berikut 7 ulasan lengkapnya.
1. Gejala ISK tidak tampak pada bayi
Salah satu tanda yang terlihat jelas bila bayi mengalami infeksi saluran kencing (ISK) adalah ia sering menangis, apalagi saat buang air kecil.
Jika hal ini terjadi, American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan untuk segera diperiksa ke dokter. Mama juga harus memerhatikan dengan seksama warna urine si Kecil, apakah warnanya keruh, berdarah atau berbau busuk yang kuat.
Tanda lainnya yaitu, demam, muntah, sakit perut dan lesu ungkap Dr. Oh Meng Choo, seorang dokter anak di Kids Clinic, Singapura.
Namun, ada sekitar satu dari 20 bayi yang mengalami demam tanpa gejala ISK umum lainnya. Kurangnya tanda-tanda terjadinya infeksi ini sering tidak terdeteksi pada bayi.
Editors' Pick
2. Popok basah adalah tempat berkembang biak yang ideal bagi kuman
Menurut Dr. Leo Deng Jin, seorang dokter anak di Thomson Pediatric Center, Bukit Panjang, ada banyak jenis bakteri penyebab ISK juga ditemukan di usus besar, yang paling umum adalah Escherichia coli (E Coli).
Dia menjelaskan, kebanyakan kasus ISK disebabkan oleh bakteri di sepanjang bagian bawah saluran kemih, seperti uretra (jalur yang membawa air kencing dari kandung kemih keluar dari tubuh), naik dan menyerang bagian atas, menyebabkan infeksi.
Bayi dan batita adalah yang paling rentan terhadap ISK karena mereka sering menggunakan popok. Mereka juga cenderung buang air kecil lebih sering daripada orang dewasa karena kandung kemihnya lebih kecil.
Popok kotor dan basah mendorong bakteri untuk berkembang biak pada kulit di daerah selangkangan, jadi gantilah popok anak secara teratur.
3. Anak perempuan umumnya berisiko lebih tinggi terkena ISK
Anak perempuan memiliki uretra lebih pendek dan hal ini memungkinkan bakteri dari usus untuk pindah ke kandung kemih lebih mudah.
Infeksi semacam ini juga umum terjadi jika batita suka menahan tinja untuk waktu yang lama. Sembelit dapat meningkatkan risiko ISK. ISK dapat terjadi karena alasan lain juga, seperti jika anak mengalami kelainan saluran kencing.
4. Anak laki-laki yang belum disunat lebih berpotensi mengalami ISK
Menurut Deng Jin, bayi atau anak laki-laki yang belum disunat umumnya berisiko lebih tinggi mengalami ISK mulai 4 sampai 10 kali lipat.
Hipotesisnya adalah bakteri bisa bersembunyi dan terbentuk di bawah kulup dan masuk ke saluran kemih.
Sebuah studi yang dilakukan oleh periset McGill University, menghitung bahwa risiko infeksi mungkin sekitar 88 persen lebih rendah pada anak laki-laki yang telah disunat.
Deng Jin mengatakan, sunat dapat meningkatkan kebersihan alat kelamin pada anak laki-laki, namun prosedurnya bukan tanpa risiko.
"Prosedurnya tidak perlu dilakukan kecuali anak terus mengalami balanitis kambuhan, infeksi kepala penis yang bisa menyebabkan ruam merah gatal." jelasnya.
Deng Jin menyarankan agar orangtua berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli bedah bayi untuk mempertimbangkan potensi risiko dan manfaatnya.
Jika anak belum disunat, tariklah kulit kulup untuk membersihkan alat kelaminnya. Ini harus dilakukan setiap hari sebagai bagian dari rutinitas mandi biasa, saran Deng Jin.
"Terkadang, ini mungkin sulit dilakukan pada beberapa anak laki-laki dengan kulup yang ketat. Dalam kasus tersebut, secara bertahap peregangan kulup kembali saat mandi hangat, saat kulit lebih lembut dan lebih lentur, " tambahnya.
5. Untuk diagnosis yang tepat, dibutuhkan sampel urine
Satu-satunya cara untuk memastikan apakah anak menderita ISK adalah mengirim sampel urine untuk pengujian laboratorium.
Untuk bayi dan batita yang belum dilatih menggunakan toilet, dokter mungkin akan melakukan prosedur yang dikenal sebagai kateterisasi keluar untuk mendapatkan sampel urin yang tepat. Ini melibatkan penggunaan silikon kateter lembut, steril atau karet (tabung), dan memasangnya ke uretra untuk mengeluarkan air kencing dari kandung kemih.
Sebelum melakukannya, dokter yang melakukan prosedur ini akan membersihkan alat kelamin secara menyeluruh untuk mengurangi risiko bakteri masuk ke kandung kemih selama proses kateterisasi.
Prosedurnya tidak nyaman bagi si Kecil dan mungkin akan menangis selama proses berlangsung. Tapi ini membantu dokter bayi dalam mendiagnosis secara akurat penyebab infeksi dan meresepkan antibiotik yang tepat.
6. Dampak ISK bisa mematikan
Jika si Kecil menderita ISK, ia perlu segera diobati dengan antibiotik dan minta pemeriksaan pada area ginjalnya dengan menggunakan pemindaian ultrasound.
Jika usia anak di bawah 1 tahun, maka kemungkinan besar ia akan dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik melalui infus.
Hal yang perlu diingat, jangan menunda pengobatan!
Karena hal ini berisiko terkena infeksi yang berlanjut ke aliran darah atau ke organ lain.
Jika infeksi menyebar ke saluran kemih bagian atas, seperti ginjal, bisa menyebabkan jaringan parut dan gagal ginjal. Dan jika bakteri masuk ke aliran darah bayi, mungkin ada komplikasi yang mengancam jiwa.
7. Jangan menunggu sampai ISK terjadi
Sedapat mungkin hindari terjadinya ISK pada anak mengingat risiko-risiko yang telah disebutkan di atas. Untuk itu, Deng Jin menyarankan orangtua dapat melakukan hal-hal berikut demi menghindari terjadinya ISK:
- Segera mengganti popoknya jika telah basah.
- Menjaga kesehatan alat kelamin dengan tepat. Jika anak mama perempuan, selalu bersihkan area genitalnya dari depan ke belakang. Jika anak berjenis kelamin laki-laki, bersihkan alat kelaminnya dengan menarik kulup dengan lembut.
- Pilih celana dalam berbahan katun dan hindari ukuran celana yang terlalu ketat.
- Hindari mandi busa dan zat lainnya seperti deodoran dan sabun wangi yang bisa mengiritasi alat kelamin.
Nah, itulah ketiga informasi penting terkait ISK pada bayi yang juga terjadi pada Kalundra, anak kedua Tya Ariestya.
Jika si Kecil memiliki gejala-gejala di atas, jangan anggap remeh ya, Ma. Segera temui dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.
Baca juga:
- Penyebab, Pengobatan, dan Ciri Infeksi Saluran Kencing Saat Hamil Tua
- Pelajari Ya Ma, Serba Serbi Infeksi Saluran Kencing Pada Balita
- Waspada Bahaya Infeksi Saluran Kencing pada Bayi!