5 Fakta Menganai Hipospadia, Kelainan Penis pada Bayi
Benarkan hipospadia dapat menyebabkan kemandulan?
13 Februari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selain proses berkemih yang sedikit berbeda dengan orang normal, hipospadia juga dapat menyebabkan kelainan bentuk penis.
Penis dapat melengkung ke arah bawah akibat tarikan kulit di sekitar uretra. Prosedur operasi biasanya akan mampu memperbaiki bentuk penis hingga kembali ke posisi normal.
Dengan penanganan yang tepat, anak laki-laki dengan hipospadia umumnya dapat menjalan fungsi berkemih dan nantinya ia tetap dapat melakukan aktivitas reproduksi secara normal.
Berkaitan dengan hal tersebut, berikut Popmama.com telah merangkum lima informasi penting mengenai hipospadia pada bayi, dari laman Childrens Hospital.
1. Apa itu hipospadia?
Hipospadia adalah kondisi di mana uretra tidak berada di posisi yang normal. Uretra merupakan sebuah saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan ujung penis. Dalam kondisi normal, lubang uretra terletak tepat di ujung penis untuk mengeluarkan urine. Tetapi pada pengidap hipospadia, lubang uretra justru berada di bagian bawah penis. Hipospadia termasuk kelainan bawaan yang diderita sejak lahir.
Kondisi ini dapat bersifat ringan, yakni apabila ujung uretra hanya bergeser sedikit dari posisi normalnya, atau bisa jadi parah apabila ujung uretra berada jauh dari posisi normal, misalnya di dekat skrotum atau buah zakar.
Editors' Pick
2. Penyebab hipospadia adalah faktor genetik
Hipospadia adalah kelainan yang terjadi sejak lahir. Sama seperti cacat lahir pada umumnya, penyebab perkembangan abnormal pada penis ini belum diketahui secara pasti.
Pembentukan penis selama bayi berada dalam rahim ditentukan oleh beberapa hal, salah satunya adalah hormon seks laki-laki, yakni testosteron.
Hipospadia diduga disebabkan oleh terhambatnya kerja hormon testosteron tersebut, sehinga pertumbuhan penis menjadi terganggu. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat memicu hipospadia.
Berikut diantaranya:
- Riwayat keluarga,
- pengaruh usia perempuan yang hamil di atas 40 tahun,
- paparan rokok,
- senyawa kimiawi selama kehamilan, terutama pestisida.
3. Gejala hipospadia tergantung pada tingkat keparahan
Kondisi hipospadia yang dialami tiap penderita berbeda-beda. Tingkat keparahannya tergantung kepada lokasi lubang uretra.
Pada umumnya, lubang uretra pada pengidap hipospadia terletak di dekat ujung penis. Tetapi ada juga pengidap dengan lubang uretra yang terletak di bagian tengah atau pangkal penis (dekat skrotum).
Posisi kedua inilah yang disebut hipospadia parah.
Di luar letak lubang uretra, gejala-gejala hipospadia lainnya cenderung terlihat mirip. Di antaranya adalah:
- Kulup yang terlihat menaungi ujung penis. Ini terjadi karena kulup tidak berkembang di bagian bawah penis.
- Penis yang melengkung ke bawah akibat terjadinya pengencangan jaringan di bawah penis.
- Percikan abnormal yang terjadi saat buang air kecil.
Bawalah anak ke dokter jika Mama melihat gejala-gejala di atas, terutama lokasi lubang uretra yang abnormal.
Jika tidak ditangani dengan benar, maka penderita hipospadia dapat terkena beberapa komplikasi seperti:
- Gangguan akibat ejakulasi tidak normal.
- Anak kesulitan untuk belajar buang air kecil di kamar kecil.
- Penis melengkung tidak normal saat ereksi.
- Bentuk penis tidak normal.
- Gangguan psikologis, karena penderita cenderung tidak percaya diri karena kondisi alat vitalnya.
4. Penanganan hipospadia adalah melalui operasi
Hipospadia umumnya dapat didiagnosis segera setelah bayi dilahirkan. Diagnosis ini bisa dilakukan melalui pemeriksaan fisik pada penis dan tidak membutuhkan tes-tes lain.
Namun hipospadia yang parah membutuhkan pemeriksaan lebih mendetail untuk memastikan ada atau tidaknya keabnormalan pada alat kelamin pengidap.
Oleh karena itu, dokter akan menganjurkan penderita untuk menjalani tes kromosom dan proses pemindaian area genital.
Meski positif didiagnosis hipospadia, bayi atau anak belum tentu membutuhkan penanganan medis. Hal ini tergantung pada tingkat keparahan hipospadia yang dialami.
Beberapa tujuan dari penanganan hipospadia adalah membuat urine mengalir keluar melalui ujung depan penis, membuat penis tidak membengkok ketika ereksi, dan membuat penis terlihat senormal mungkin.
Jika lubang uretra terletak sangat dekat dari lokasi yang seharusnya dan bentuk penis tidak melengkung, penanganan medis secara khusus kemungkinan tidak diperlukan.
Tetapi jika lubang uretra berada jauh dari lokasi yang seharusnya, operasi pemindahan uretra perlu dilakukan.
Operasi ini bisa dijalani kapan saja, tapi masa idealnya adalah saat anak berusia empat bulan hingga 1,5 tahun. Dalam prosedur ini, dokter bedah akan memosisikan uretra pada lokasi yang seharusnya.
Begitu juga dengan bentuk penis yang melengkung ke bawah karena pertumbuhan kulup yang tidak normal, dokter akan memperbaiki sehingga penis kembali ke bentuk yang normal.
Ahli bedah mungkin juga akan membutuhkan cangkok jaringan tubuh yang diambil dari kulup atau bagian dalam mulut untuk merekonstruksi saluran urine, jika lubang uretra berada di dekat pangkal penis.
Perlu diingat bahwa jaringan dari kulup biasanya diperlukan dalam operasi ini. Oleh karena itu, hindari proses sunat sebelum prosedur rekonstruksi ini dilakukan.
5. Komplikasi hipospadia adalah kemandulan
Hipospadia adalah kondisi bawaan lahir yang membuat lubang kencing terletak di sisi bawah batang penis, bukannya di ujung kepala penis pada umumnya.
Beberapa kasus hipospodia juga menemukan lubang uretra yang terletak di pertemuan antara batang penis dengan kantong buah zakar (pojok pangkal penis).
Kelainan pada lubang uretra ini terbentuk saat usia kehamilan sekitar 8 sampai 14 minggu. Selain lubang kencing yang tidak berada di ujung penis, pasien biasanya memiliki penis yang melengkung.
Ini menyebabkan laki-laki kesulitan untuk kencing sehingga harus buang air dengan posisi jongkok atau duduk.
Hipospodia diatasi dengan operasi untuk membetulkan letak lubang uretra tersebut. Kondisi ini pada dasarnya tidak mengganggu fungsi seksual laki-laki.
Jika kadar hormon normal dan kualitas sperma normal, maka anak mama nantinya tetap bisa memiliki keturunan.
Namun, peluang ini akan lebih tinggi pada laki-laki yang sudah menjalankan operasi korektif, sehingga lubang kencing berada di tempat yang seharusnya.
Sebab, sel sperma yang diperlukan untuk membuahi sel telur harus ke luar melalui ujung kepala penis agar bisa masuk ke dalam vagina ketika melakukan hubungan seksual.
Operasi korektif untuk mengatasi hipospodia dilaporkan tidak menimbulkan efek samping pada fungsi ereksi dan ejakulasi, tingkat libido, tingkat kepuasan seksual, kualitas sperma, dan peluang kesuburan.
Nah, itulah lima fakta penting terkait dengan hipospadia pada bayi yang perlu Mama ketahui.
Jika si Kecil mengalami gejala-gejala tersebut, maka jangan sampai terlambat dalam menanganinya ya, Ma!
Baca juga:
- 7 Jenis Kelainan Penis pada Bayi Laki-Laki yang Tak Boleh Diabaikan
- Kapan Sunat Bayi Laki-Laki Boleh Dilakukan? Cek Faktanya di Sini!
- 6 Tips Membersihkan Alat Kelamin Bayi Laki-Laki, Bisa Cegah Infeksi!