Minim Ilmu, Bayi Umur 40 Hari Tewas karena Dicekoki Pisang oleh Ibunya
Si Ibu benar-benar tak sadar bahwa ulahnya bisa membuat si Bayi tewas
10 Desember 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kabar menyedihkan datang dari seorang ibu yang bernama Yuni Sari di Jakbar. Pasalnya, bayi AH yang baru dilahirkannya 40 hari silam meninggal dunia akibat tersedak pisang yang disuapkannya.
Peristiwa naas tersebut terjadi di Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Sang Ibu yang berusia 27 tahun mengaku menyuapkan pisang kepada anaknya sebanyak dua sendok bayi. Ia sangat terpukul ketika ternyata sang Anak tersedak hingga meninggal dunia.
"Baru kali ini saja saya suapin dia pisang pas Sabtu malam sekitar jam 19.30 WIB, sebelumnya sih dia sehat-sehat saja," tutur Yuni pada Selasa (10/12).
Yuni menceritakan bahwa dirinya memiliki anak kembar. Kedua anaknya saat itu dalam kondisi sehat dan tidak mengalami sakit apa pun.
Kemudian, Yuni menyuapkan pisang kepada kedua anaknya pada Sabtu lalu (7/12). Masing-masing disuapi dua sendok bayi, namun hal tersebut justru berujung nahas.
Pasalnya, salah satu anak kembarnya tersedak, karena anak itu memang memiliki tubuh yang lebih kecil dari adik kembarnya.
"Adiknya itu nggak apa-apa, cuma kakaknya saja yang tersedak mungkin memang sudah takdirnya. Pisangnya itu juga cuma dua suap sendok bayi aja, bukan satu buah gitu saya cekokin," ujar Yuni.
Yuni lantas membawa sang Anak ke Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ia bergegas ke sana didampingi oleh suaminya, yakni Husaeni (34). Namun malang, nyawa sang Anak tak bisa diselamatkan.
Ia meninggal dunia saat di perjalanan menuju Puskesmas Kebon Jeruk pada Minggu dini hari (8/12). Setelah itu, korban di visum di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk memastikan penyebab kematiannya.
Berdasarkan hasil visum RSCM, penyebab kematian korban yakni ada potongan pisang yang menyangkut di saluran pernapasan korban dan tidak ada bekas luka maupun kekerasan pada tubuh bayi AH.
Usai Kematian Anaknya, Sang Ibu Menjalani Pemeriksaan di Kantor Kepolisian
Yuni menjalani pemeriksaan di Mapolsek Kebon Jeruk. Kepada petugas, Yuni menceritakan kronologi lengkap saat dirinya menyuapi sang Anak dengan pisang hingga tersedak lalu meninggal dunia.
Kapolsek Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Ajun Komisaris Polisi Erick Sitepu memastikan AH meninggal dunia akibat tersedak pisang yang disuapkan ibu kandungnya.
Merujuk dari pemeriksaan, Yuni juga mengaku tidak tahu bahwa bayi berusia 40 hari belum boleh mengonsumsi apa pun selain air susu ibu (ASI).
"Bayi 40 hari sama ibunya dicoba dikasih makan pisang, dia (ibunya) nggak tahu kalau umur 40 hari itu, bayi pencernaannya belum boleh makan selain ASI. Akibat ketidaktahuan itu, akhirnya bayinya meninggal," jelas Erick di Jakarta, Senin (9/12) malam.
Erick mengatakan kejadian tersebut murni kelalaian. Oleh karena itu, Yuni tidak diproses hukum oleh kepolisian. Kini, AH sudah dimakamkan di TPU kawasan Kedoya Utara, Kebon Jeruk.
"Sudah visum di dokter, di korban kami nggak temukan luka atau bekas kekerasan. Jadi memang murni karena ketidaktahuan ibunya itu," ungkap Erick.
Berkaca dari kasus tersebut, memberikan makanan padat pada bayi di bawah 6 bulan merupakan hal yang sangat berbahaya.
Selain menyebabkan kematian mendadak akibat tersedak, memberikan makanan pada bayi di bawah 6 bulan juga dapat mengakibatkan beberapa masalah kesehatan.
Agar lebih jelas, berikut Popmama.com telah merangkum 4 daftar lengkapnya.
Editors' Pick
1. Kuman mudah masuk sehingga peluang sakit lebih besar
Pada usia di bawah 6 bulan, daya imunitas bayi belum sempurna. Dengan memberikan makanan sebelum usia 6 bulan, berarti membuka kesempatan bagi kuman-kuman untuk masuk ke dalam tubuh si Kecil.
Apalagi bila makanan yang diberikan tidak terjamin kebersihannya. Begitu pun dengan alat-alat makan yang digunakan, bila tidak disterilisasi dengan benar akan menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi.
Berbagai penelitian menunjukkan, bayi yang mendapatkan makanan sebelum usianya 6 bulan ternyata banyak mengalami diare, batuk dan pilek, sembelit, hingga demam, ketimbang bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
Sebaliknya, ASI yang diberikan hingga usia 6 bulan justru memberikan perlindungan bagi si Kecil terhadap penyakit, mulai dari penyakit yang disebutkan di atas sampai penyakit infeksi telinga dan sebagainya.
Dengan ASI eksklusif, imunitas atau kekebalan tubuh bayi meningkat, otomatis dapat melindungi si Kecil dari berbagai penyakit.
Selain itu, bayi yang diberi ASI eksklusif, kemungkinannya mengalami penyakit pernapasan akan lebih rendah.
ASI eksklusif menghindari si Kecil dari anemia akibat kekurangan zat besi. Oleh karena itu, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, dalam tubuhnya menunjukkan kecukupan hemoglobin dan zat besi.
Suatu studi pada 1995 yang dilakukan Dr. Alfredo Pisacane dari Universitas Federico II di Napoli, Italia, menyimpulkan bahwa bayi yang diberikan ASI eksklusif namun tidak diberikan suplemen zat besi atau sereal yang mengandung zat besi, menunjukkan level hemoglobin yang secara signifikan lebih tinggi dalam waktu satu tahun, dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI tapi menerima makanan padat.
Peneliti tidak menemukan adanya kasus anemia di tahun pertama pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, sehingga disimpulkan bahwa memberikan ASI eksklusif dapat mengurangi risiko terjadinya anemia pada bayi.
Memang, kadar zat besi di dalam ASI tidak tinggi namun penyerapan zat besi dari ASI lebih tinggi dibandingkan dari susu lainnya.
Dengan pemberian MPASI yang tepat dan ASI diteruskan sampai minimal 2 tahun, maka kejadian anemia pun dapat dihindari.