4 Alasan Mengapa Menunda Pemberian Vaksin pada Bayi Adalah Ide Buruk
Alih-alih melindungi bayi, penundaan pemberian vaksin akan berisiko bagi bayi
14 Agustus 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bayi memiliki jadwal vaksinasi yang sudah ditentukan sesuai dengan usianya. Vaksinasi ini bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya melawan penyakit tertentu.
Meski sudah terbukti manfaatnya, sayangnya di masa pandemi seperti saat ini masih banyak mama yang enggan memberikan vaksinasi untuk si Kecil.
Menunda pemberian vaksin karena informasi yang salah atau ketakutan tertentu justru dapat membahayakan bayi, Ma. Penelitian menunjukkan bahwa penundaan pemberian vaksin dapat menimbulkan sejumlah risiko.
Berikut Popmama.com mengulas empat bahaya menunda pemberian vaksin pada bayi. Apa saja, ya?
1. Penundaan membuat bayi berisiko terkena penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin
Ini masalah terbesar. Menunda vaksinasi berarti bayi tumbuh tanpa perlindungan dari penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin untuk waktu yang lebih lama.
Jika Mama mengkhawatirkan masalah kecil, misalnya mungkin pernah mendengar bahwa dosis vaksin sama untuk semua orang, itu hanya mitos. Dosis vaksin berbeda untuk bayi dan orang dewasa.
Vaksin tidak dirancang untuk diberikan dosis seperti obat.
Editors' Pick
2. Vaksin yang tertunda dapat meningkatkan risiko kejang akibat demam
Dr. Simon Hambidge, direktur pediatri umum di Denver Health, memimpin penelitian yang menunjukkan bahwa risiko kejang demam dapat berlipat ganda dengan menunda vaksin MMR atau MMRV.
Ia menjelaskan, "Studi ini menambah bukti bahwa cara terbaik untuk mencegah penyakit dan meminimalkan efek samping dari vaksin adalah dengan melakukan vaksinasi sesuai jadwal yang disarankan."
Risiko kejang akibat demam tampaknya jauh lebih tinggi pada bayi dan anak yang terlambat menerima MMR atau MMRV. Ini mungkin terjadi karena mengikuti jadwal berarti bayi mendapat dosis pertama vaksin beberapa bulan sebelum usia puncak kejang demam dan dosis kedua setelah usia puncak.