Apakah Terlalu Sering Menggendong Bayi dapat Menyebabkan Bau Tangan?
Anggapan tersebut mitos atau fakta ya, Ma?
12 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketika bayi baru lahir, Mama ingin selalu menggendong dan memeluknya. Namun mungkin ada yang mengatakan kepada Mama untuk jangan terlalu sering menggendong, nanti bayinya “bau tangan” atau ketergantungan untuk digendong.
Berlawanan dengan anggapan populer tersebut, menurut pakar perkembangan anak, tidak ada istilah terlalu sering memegang atau merespons bayi. Bayi membutuhkan perhatian terus-menerus. Tujuannya untuk memberi fondasi bagi mereka untuk bertumbuh secara fisik, emosional, dan intelektual.
"Tantangan bagi bayi yang baru lahir adalah mengetahui bahwa dunia dapat diandalkan dan dapat dipercaya, bahwa kebutuhan dasarnya akan terpenuhi," kata J. Kevin Nugent, direktur Institut Brazelton di Children's Hospital di Boston dan seorang psikolog anak .
Jadi, menanggapi isyarat bayi bukanlah masalah memanjakan, tapi Mama melakukannya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Agar lebih jelas, simak ulasan Popmama.com berikut ini mengenai mitos “bau tangan” pada bayi yang baru lahir.
1. Menangis adalah senjata bayi
Bayi pada umumnya akan menangis sekitar tiga jam sehari dalam tiga bulan pertama, apalagi jika ia menderita kolik. Ini bukan karena bayi mencoba memanipulasi Mama agar selalu ditemani atau dipeluk. Ia belum belajar bagaimana melakukan itu. Bayi menangis karena lapar, lelah, kesepian, atau tidak nyaman. Dan menangis adalah satu-satunya cara untuk memberitahu Mama. Jadi menangis sama sekali bukan senjata yang bayi untuk mendapatkan perhatian.
"Bayi yang manja adalah bayi yang manipulatif, tetapi bayi tidak belajar mengenai hal itu sampai mereka berusia sekitar sembilan bulan," kata Dr. Barbara Howard, asisten profesor pediatri di Universitas Johns Hopkins di Baltimore dan anggota komite American Academy of Pediatrics.
Dengan memerhatikan tangisan bayi, orangtua tidak hanya menanggapi kebutuhan fisik bayi. "Bayi belajar rasa aman, nyaman, pengasuhan, dan kehangatan," kata Dr. Deborah Campbell, direktur neonatologi di Montefiore Medical Center di New York. Ini akan memberikan mereka kepercayaan diri untuk bereksplorasi dan belajar.
Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa bayi yang mengembangkan rasa aman dari Mama di tahun pertama akan lebih mandiri, percaya diri, dan lebih bahagia nantinya.
"Bayi dapat merasakan bahkan dalam beberapa bulan pertama ketika orangtua tidak ada di sampingnya," kata Nugent, seorang profesor dalam studi masa kecil dan keluarga di University of Massachusetts di Amherst. Bayi bisa menjadi mengalami kesedihan yang nyata, seperti merasa tidak dibutuhkan atau tidak penting.
Di sisi lain, tidak akan membahayakan jika Mama membiarkannya menangis.
"Di tahun pertama, selalu lakukan apa yang Mama bisa, tetapi terutama jika Mama merasa stres," kata Dr. Howard. Ini normal, Mama hanya merasa kehabisan tenaga.
Ketika seorang bayi melewati usia sembilan bulan dan mulai belajar seni persuasi, orangtua dapat menjadi lebih selektif dalam menanggapi tangisan, kata Dr. Howard.
"Yang paling penting adalah jangan menyerah karena ledakan emosi," katanya.
Editors' Pick
2. Segera redakan tangisan bayi
Setelah memeriksa tangisan bayi untuk memastikan bayi tidak lapar, membutuhkan popok baru, atau sakit, cobalah strategi untuk meredakan tangisan bayi ini:
- Goyangkan bayi di kursi goyang atau gendong dan ayunkan bayi.
- Usap kepalanya atau tepuk punggung atau dadanya dengan lembut.
- Bungkus dengan selimut.
- Bernyanyi atau berbicaradengan suara yang menenangkan.
- Putar musik lembut.
- Gendong bayi di lengan lalu berjalan dengannya. Mama juga dapat menggunakan kereta dorong.
- Tempatkan bayi di sebelah suara atau getaran yang berirama, seperti mesin cuci atau kipas.
- Buat bayi bersendawa untuk meredakan gas yang terperangkap di tubuhnya.