Bayi yang Alami Stres Lebih Merasakan Sakit Namun Tidak Menunjukkannya
Stres pada bayi dapat mengganggu perkembangan sistem saraf pusatnya, Ma
19 November 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebuah penelitian mengamati 56 bayi baru lahir dan menemukan bahwa stres yang dialami bayi baru lahir akan meningkatkan respons terhadap rasa sakit meski mereka tidak menunjukkannya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kadar hormon stres pada air liur dan mengukur responsnya berdasarkan aktivitas otak dan ekspresinya.
Apakah penelitian ini akurat? Lalu apa hubungan tingkat stres pada bayi baru lahir dengan respons rasa sakit? Yuk, simak ulasannya di Popmama.com berikut ini, Ma.
Pengamatan pada 56 Bayi Baru Lahir di Inggris
Peneliti mengamati 56 bayi baru lahir di bangsal ruang perawatan bayi dan unit perawatan khusus di Rumah Sakit Universitas College di Inggris.
Mereka mengukur tingkat stres bayi menggunakan kadar hormon stres kortisol dalam air liur dan pola detak jantung bayi, sebelum dan setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan.
Secara bersamaan, mereka menggunakan mesin EEG untuk mengukur respons nyeri bayi berdasarkan aktivitas otak dan ekspresi wajah.
Editors' Pick
Hubungan Tingkat Stres dengan Aktivitas di Otak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bayi dengan tingkat stres tinggi, jika dibandingkan dengan stres yang lebih rendah, amplitudo nyeri yang ditunjukkan gelombang otak lebih tinggi.
Pada bayi dengan tingkat stres terendah, perilaku dan aktivitas otak berhubungan, yaitu semakin besar aktivitas otak, semakin lama periode menangis atau ekspresi kesakitan. Namun pada bayi dengan tingkat stres tertinggi, hal tersebut tidak terjadi.
Bayi dengan tingkat stres tertinggi tidak memiliki perilaku seperti meringis atau menangis berkepanjangan yang sesuai dengan tingkat nyeri yang ditunjukkan oleh aktivitas otak mereka.
Bayi yang Mengalami Stres Mungkin Lebih Merasakan Sakit
Hal ini mengarahkan para peneliti untuk menyimpulkan bahwa ada keterputusan perilaku bayi baru lahir yang sudah stres, serta aktivitas dan perilaku otak mereka. Mereka mungkin merasakan sakit lebih dari yang diperkirakan sebelumnya berdasarkan perilaku eksternal.
Para peneliti dari University College London berteori bahwa stres merupakan faktor penting ketika mempertimbangkan bagaimana bayi memandang dan bereaksi terhadap tingkat rasa sakit.
Dr. Laura Jones memimpin penelitian tersebut dan mengatakan bahwa bayi baru lahir yang mengalami prosedur yang menyakitkan telah ditandai dan meningkat secara signifikan dalam aktivitas otak dan respons perilaku mereka, seperti menangis.
Dr. Jones mengatakan bahwa bayi yang stres memiliki respons yang lebih besar di otak mereka setelah prosedur yang menyakitkan. Tetapi respons perilaku mereka tidak meningkat, dan penting bagi kami untuk memahami bayi yang mungkin sudah stres untuk mengurangi rasa sakit yang berlebihan.
Apakah Menangis atau Mengerang Merupakan Penilaian Akurat untuk Mengukur Rasa Sakit?
Menurut Dr. Jones, kita perlu mempertanyakan apakah menilai perilaku (menangis, mengerang, meringis) pada bayi baru lahir adalah penilaian yang akurat tentang tingkat rasa sakit mereka, terutama jika mereka stres sejak lahir atau trauma.
Menurut Dr. Jones, orang dewasa sering mengalami rasa sakit yang lebih besar sebagai akibat dari situasi stres dan penelitian ini menunjukkan bahwa hal ini juga terjadi pada bayi.
Dokter dan orangtua mengandalkan respons tidak langsung seperti ekspresi wajah untuk mengetahui apakah bayi mengalami nyeri atau sakit karena mereka tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata.
Dr. Judith Meek adalah salah satu penulis studi tersebut dan mengatakan bahwa temuan ini sangat penting bagi orang yang merawat bayi yang baru lahir, karena penilaian nyeri pada bayi sering kali didasarkan pada tangisan atau respons wajah.
Karena penelitian menunjukkan bahwa ini mungkin bukan cara yang tepat untuk mengukur rasa sakit pada bayi yang stres, kita perlu mencari cara yang lebih baik untuk memantau rasa sakit dan mengurangi stres saat melakukan intervensi sebaik mungkin.
Dr. Jones mengatakan bahwa pengalaman stres yang berulang-ulang dan prosedur menyakitkan di awal kehidupan dapat berdampak negatif pada perkembangan sistem saraf pusat. Hasil ini menunjukkan bahwa jika kita dapat mengontrol tingkat stres bayi yang dirawat di rumah sakit dengan lebih baik, kita mungkin membantu perkembangan mereka dan mengurangi rasa sakit mereka pada saat yang bersamaan.
Nah itulah informasi mengenai hubungan tingkat stres bayi baru lahir dengan respons sakit yang mereka tunjukkan.
Semoga informasi ini bermanfaat, Ma.
Baca juga:
- Kontak Skin To Skin Memengaruhi Respon Bayi Baru Lahir pada Rasa Sakit
- Penelitian: Ibu Penderita Covid-19 Jarang Tularkan Virusnya ke Bayi
- Apakah Minyak Esensial Aman Digunakan oleh Bayi?