Ketahui Gejala dan Penanganan Dehidrasi Akibat Diare pada Bayi
Jika bayi mengalami diare, pastikan ia terhidrasi dengan baik, Ma
29 April 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Diare adalah buang air besar yang frekuesinya lebih sering dan konsistensi tinja lebih encer dari biasanya. Selama terjadi diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat. Pada saat yang bersamaan, usus kehilangan kemampuannya untuk menyerap cairan dan elektrolit yang diberikan kepadanya.
Bayi dapat mengalami dehidrasi dengan sangat cepat jika mereka menderita diare. Sesuai dengan tubuhnya, mereka memiliki cadangan cairan di tubuh yang relatif kecil. Akibat diare, laju metabolisme yang tinggi menyebabkan bayi mudah kehilangan air dan elektrolit yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi.
Jika cairan yang keluar akibat diare tidak diganti, bayi Mama berisiko mengalami dehidrasi dan ini dapat membahayakan jiwanya. Menurut laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pada kasus yang ringan dimana proses penyerapan belum terganggu, berbagai cairan yang diberikan kepada bayi dapat mencegah dehidrasi.
Simak ulasan Popmama.com berikut ini mengenai gejala dehidrasi karena diare dan bagaimana penanganannya.
Tanda-tanda Dehidrasi pada Bayi
Mama dapat melakukan tindakan dengan cepat ketika mengetahui tanda-tanda dehidrasi.
Berikut adalah beberapa tanda yang harus diperhatikan:
- Mengantuk,
- rewel dan mudah marah,
- haus,
- kulit tampak kurang elastis,
- mata dan fontanel (atau titik lunak di kepala) tampak cekung,
- air mata berkurang bahkan tidak ada air mata,
- mulut kering,
- jumlah popok basah pun berkurang seiring berkurangnya urine.
Jika bayi mengalami gejala-gejala seperti disebutkan di atas, segera konsultasikan dengan dokter.
Editors' Pick
Tingkatan Dehidrasi dan Komplikasinya
Dehidrasi diklasifikasikan sebagai ringan, sedang, atau berat berdasarkan pada seberapa banyak cairan tubuh yang hilang, diperkirakan berdasarkan penurunan berat badan.
Dehidrasi ringan adalah kehilangan tidak lebih dari 5-6 persen penurunan berat badan. Kehilangan 7-10 persen dianggap sebagai dehidrasi sedang. Dehidrasi parah (kehilangan lebih dari 10% berat badan) adalah kondisi yang mengancam jiwa yang membutuhkan perawatan medis segera.
Ketika pasokan cairan tubuh berkurang banyak, syok hipovolemik mungkin terjadi. Kondisi ini, yang juga disebut tubuh “tumbang”, ditandai oleh kulit pucat, dingin, dan lembab; detak jantung yang cepat; dan napas pendek.Tekanan darah kadang-kadang turun sangat rendah sehingga tidak bisa diukur, serta kulit di lutut dan siku menjadi kotor. Bayi mudah gelisah dan haus.
Ketika suhu bayi mencapai 41,7°C, kerusakan otak dan organ vital lainnya dapat terjadi dengan cepat.
Penanganan Dehidrasi pada Anak
Dokter sering merekomendasikan solusi rehidrasi oral dalam dosis kecil dan sering, untuk merehidrasi tubuh bayi. Bahkan jika bayi muntah, Mama juga harus memberikan cairan ini. Tujuannya, menurut National Digestive Diseases Information Clearinghouse, adalah untuk mencegah jumlah cairan yang keluar melebihi asupan.
Perawatan rehidrasi tidak akan menghentikan diare, tetapi ini akan menjaga tubuh tetap terhidrasi sampai diare sembuh. Bayi dianggap terhidrasi jika produksi urin yang kembali normal, untuk bayi, setidaknya menghasilkan 6 popok basah dalam sehari.
Jumlah cairan rehidrasi yang harus diberikan kepada bayi tergantung pada ukuran dan tingkat dehidrasi. Menurut Centers for Disease Control (CDC), bayi dan anak dengan berat kurang dari 10 kg harus minum 60 hingga 120 ml (2-4 ons) ORS untuk setiap kali muntah atau diare.
Panduan Pemberian Solusi Rehidrasi Oral
Berikut panduan untuk jumlah solusi rehidrasi oral yang dibutuhkan dalam 4 hingga 6 jam pertama perawatan untuk bayi yang mengalami dehidrasi ringan:
- Hingga 5 kg: 200-400 ml,
- 5-10 kg: 400-600 ml,
- 10-15 kg: 600-800 ml,
- 15-20 kg: 800-1000 ml,
- 20-25 kg: 1000-1500 ml,
- 25-30: 1500-2000 ml.
Jika diare akut hadir, Food and Drug Administration (FDA) merekomendasikan agar produk susu ditahan selama 24 hingga 48 jam karena mungkin sulit dicerna.
IDAI juga menyarankan agar tetap memberi makan bayi sesuai jadwal. Membuat bayi puasa hanya akan memperpanjang durasi diarenya.
Namun, jika Mama menyusui, Mama harus terus melakukannya. Bayi yang diberi susu formula harus terus minum susu formula yang encer. Bayi harus tetap mendapatkan asupan nutrisi yang cukup selama diare.
Jika bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang cukup parah, dokter akan mengambil darah untuk memeriksa kadar elektrolit bayi dan meresepkan cairan intravena (IV).
Jangan heran jika pengobatannya termasuk pemberian selang nasogastrik (NG), di mana tabung kecil dimasukkan ke dalam perut anak melalui hidung sehingga cairan dapat diberikan.
Untuk mencegah penyebaran virus yang menyebabkan diare, sangat penting untuk mencuci tangan dengan baik dan sering.
Setiap kali bayi muntah atau kotoran lebih cair dari biasanya, pastikan bayi mendapat cairan yang cukup. Dengan ini, Mama dapat mencegah dehidrasi yang parah pada bayi.
Baca juga:
- Si Kecil Diare? Begini Cara Membuat Oralit untuk Balita
- Penyebab dan Cara Mengatasi Diare pada Bayi
- Sedikit Tapi Sering, Ini 5 Tips Memberi Makan Bayi saat Sedang Diare