Gigi Orangtua yang Berlubang Bisa Menular ke Bayi, Kok Bisa?

Tak hanya orangtua, gigi pengasuh, atau orang terdekat bayi yang berlubang juga bisa menularkannya

19 Desember 2024

Gigi Orangtua Berlubang Bisa Menular ke Bayi, Kok Bisa
Pinterest/Mom Junction

Sebagai orangtua, Mama pasti memperhatikan kesehatan gigi dan mulut si Kecil. Perawatan kesehatan gigi ini harus dilakukan sejak dini, Ma.

Namun orangtua juga harus memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya sendiri atau pengasuh bayi. Pasalnya, orangtua atau pengasuh bisa menularkan gigi berlubang ke bayi. Kok bisa?

Sebuah penelitian mengungkapkan kemungkinan tersebut. Hal ini juga diungkap oleh drg. Virmala Indah Aulia, Sp.KGA lewat percakapannya dengan influencer Gritte Agatha yang diunggah di laman YouTube pribadinya.

Bagaimana gigi orangtua berlubang bisa menular ke bayi? Penjelasannya bisa Mama simak pada ulasan Popmama.com berikut ini. Semoga bisa membantu Mama dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut keluarga.

Editors' Pick

Bagaimana Gigi Orangtua yang Berlubang Bisa Menular ke Bayi?

Bagaimana Gigi Orangtua Berlubang Bisa Menular ke Bayi
Pexels/MART PRODUCTION

Bayi dan ibu memiliki hubungan yang erat. Selama bertahun-tahun, penelitian telah menunjukkan betapa kuatnya hubungan biologis itu. Sudah diketahui secara umum bahwa ibu mewariskan antibodi kepada anak-anaknya.

Dan penelitian lain menunjukkan bahwa bayi juga meninggalkan jejak yang bertahan lama pada ibu, meninggalkan potongan-potongan DNA mereka di dalam tubuh ibu selama bertahun-tahun yang akan datang.

Semua penemuan ini telah mendorong penelitian yang lebih mendalam tentang apa yang mungkin diwariskan ibu kepada bayi selama persalinan atau tahun-tahun pertama pembentukan gigi. Hubungan terbaru yang akan dieksplorasi menyelidiki kesehatan mulut ibu. Serta dampaknya terhadap perkembangan dan pembusukan gigi bayi di masa kanak-kanak.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS One ini melibatkan peneliti yang mengambil sampel mulut dari 160 ibu dan anak-anak mereka dari tahun 2017 hingga 2020. Sampel dikumpulkan selama delapan kunjungan, yang dilakukan selama kehamilan, saat kelahiran, dan kemudian hingga anak berusia 2 tahun. Para ilmuwan mengurutkan genom organisme dalam sampel untuk menentukan keberadaan ragi pemicu gigi berlubang tertentu yang dikenal sebagai Candida albicans.

Meskipun terdapat di mulut banyak bayi yang sehat, penelitian telah menunjukkan bahwa kadar C. albicans yang lebih tinggi dapat berperan dalam kerusakan gigi pada anak usia dini. Kondisi ini yang dikenal sebagai karies anak usia dini yang parah. Karies adalah pembusukan atau perusakan pada tulang atau gigi.

Selain itu, C. albicans juga dapat menyebabkan infeksi mulut yang dikenal sebagai sariawan oral.

Dengan membandingkan jumlah C. albicans di mulut ibu dan bayi, para ilmuwan menentukan adanya hubungan yang kuat antara ibu dengan penumpukan plak gigi dan bayi dengan C. albicans. Data tersebut menunjukkan bahwa ibu dengan akumulasi plak gigi yang besar delapan kali lebih mungkin menularkan ragi tersebut kepada bayi mereka daripada ibu dengan lebih sedikit plak pada gigi mereka.

Terutama, 94 persen ibu dan anak dengan C. albicans di mulut mereka membawa strain yang sangat terkait secara genetik, yang menunjukkan bahwa ibu berperan dalam menularkan jamur tersebut kepada anak-anak mereka. Meskipun para ilmuwan tidak yakin apakah ragi tersebut ditularkan dari ibu ke bayi, penulis penelitian tersebut menyarankan bahwa bayi mungkin terpapar selama persalinan, kontak kulit ke kulit, atau saat menyusui.

Para ilmuwan mencatat bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan kapan harus melakukan intervensi khusus untuk mencegah timbulnya karies pada anak usia dini. Tapi sementara itu, penulis penelitian menyarankan agar calon ibu berupaya lebih keras untuk menjaga kesehatan mulut yang lebih baik. Mereka juga menganjurkan agar lebih banyak edukasi dan penekanan diberikan pada pentingnya kesehatan mulut selama pemeriksaan pranatal.

dr. Virmala menambahkan, orangtua, pengasuh, nenek, atau orang-orang terdekat bayi bisa menularkan kuman-kuman yang ada di gigi berlubang ke bayi. Padahal, bayi belum memiliki daya tahan tubuh yang cukup baik, Ma.

Transmisi Vertikal dari Orang Dewasa ke Bayi

Transmisi Vertikal dari Orang Dewasa ke Bayi
Freepik/Cookie_studio

Penularan kuman gigi berlubang dari orang dewasa ke bayi ini disebut transmisi vertikal. Tidak hanya orang dewasa, bila bayi memiliki kakak yang giginya rusak atau berlubang, maka hal ini pun berisiko menulari bayi walau si Bayi belum punya gigi. Meski belum punya gigi, namun skor kariesnya akan menjadi tinggi karena keluarga terdekatnya memiliki gigi berlubang, Ma.

Mengutip dari laman University of Alberta, kerusakan gigi merupakan penyakit yang dapat menular. Orangtua tidak menyadari bahwa gigi berlubang berhubungan dengan bakteri dan tidak selalu disebabkan oleh konsumsi gula yang berlebihan.

Jika Mama atau orang dewasa pernah mengalami gigi berlubang, bakteri penyebab gigi berlubang ada di dalam mulut dan akan tinggal di sana seumur hidup. Itulah sebabnya calon mama disarankan untuk melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi sebelum dan selama kehamilan.

Mendapatkan pemeriksaan gigi dan membersihkan gigi selama kehamilan itu aman. Apa yang terjadi di mulut ibu kemungkinan besar akan terjadi di mulut anak. Pada suatu saat Mama akan berbagi ludah dengan bayi dan bakteri berpindah melalui ludah. ​​Bakteri juga dapat ditularkan ke bayi melalui ciuman atau berbagi sedotan.

Apa yang Harus Dilakukan oleh Orangtua untuk Mencegah Penularan Bakteri dan Kuman ke Bayi?

Apa Harus Dilakukan oleh Orangtua Mencegah Penularan Bakteri Kuman ke Bayi
pexels/mart production

Mengurangi perilaku yang dapat menularkan air liur dapat membantu mencegah kerusakan gigi pada bayi. Misalnya mengurangi berbagi peralatan makan, berbagi sikat gigi, meniup makanan bayi, mengunyah makanan bayi terlebih dahulu, dan membersihkan dot dengan mulut mama sendiri.

Orangtua berusaha sebisa mungkin menekankan tindakan pencegahan. Namun penularan air liur antara orangtua dan bayi hampir tidak dapat dihindari sepenuhnya, Ma.

Jika Mama melihat hasil tes laboratorium, memang ada penularan bakteri. Namun dalam kehidupan nyata, Mama tidak akan dapat mencegahnya. Mama dan keluarga tidak dapat hidup dalam gelembung.

Namun orangtua dapat menjaga kebersihan dan pola makan yang baik serta menjaga kesehatan mulut mereka sendiri. Orangtua juga berfokus pada perawatan pencegahan seperti membersihkan gigi dengan benang gigi dan pemeriksaan gigi serta mengunyah permen karet Xylitol jika gigi mereka berisiko tinggi mengalami pembusukan.

Selain itu, Mama juga bisa membersihkan mulut bayi berulang kali dengan kain basah yang bersih untuk mencegah penularan kuman dan bakteri. Bersihkan lidah, gigi, dan pipi si Kecil. Dengan begitu, koloni bakteri tidak akan terbentuk dan berpotensi menimbulkan kerusakan gigi.

Sekarang Mama sudah mengetahui tentang bagaimana gigi orangtua berlubang bisa menular ke bayi. Meski tidak bisa dicegah sepenuhnya, Mama bisa melakukan beberapa tindakan untuk menekan risikonya, ya!

Baca juga:

The Latest