Bagi bayi yang tidak bisa mengonsumsi ASI karena alasan tertentu, maka susu formula menjadi pilihan. Ada beragam susu formula yang dijual di pasaran, Mama perlu memilih yang sesuai dengan indikasi atau kondisi kesehatan si Kecil.
Saat memilih susu formula, Mama pun perlu memperhatikan kandungan. Salah satu kandungan susu formula bayi yang sempat menjadi perbincangan adalah maltodekstrin. Maltodekstrin adalah bahan tambahan pangan (BTP) yang sering digunakan dalam susu formula bayi sebagai pengganti laktosa.
Mama mungkin akan bertanya-tanya: maltodekstrin pada susu formula, aman atau berbahaya? Penjelasannya sudah Popmama.com rangkum pada ulasan berikut ini, ya, Ma.
Editors' Pick
Apa Itu Maltodekstrin pada Susu Formula Bayi?
Pexels/Han Nguyen
Maltodekstrin sering digunakan dalam susu bayi sebagai sumber karbohidrat dan sebagian besar berasal dari jagung atau kentang.
Maltodekstrin diproduksi dari pati dengan memecah rantai karbon untuk mengubah strukturnya. Maltodekstrin mudah dicerna serta diserap secepat glukosa dalam tubuh. Maltodekstrin bisa agak manis atau hampir tidak berasa.
Maltodekstrin adalah salah satu bahan makanan tambahan (BTP) yang aman, terbuat dari bahan alami, dan tidak hanya terdapat dalam susu formula.
BPOM mengatur soal bahan tambahan pangan melalui BPOM No. 11 Tahun 2019. Bahan makanan tambahan ini ditambahkan dengan sengaja ke produk makanan atau minuman untuk menghasilkan komponen tertentu atau memengaruhi sifat pangan tersebut.
Maltodekstrin biasa ditambahkan ke produk pangan sebagai pengawet, penguat rasa, filler (meningkatkan volume), untuk meningkatkan tekstur, dan ada juga yang digunakan sebagai perisa. Pada susu formula, maltodekstrin digunakan sebagai pengganti laktosa sehingga aman bagi bayi atau anak yang mengalami intoleransi laktosa, Ma.
Apakah Maltodekstrin Bisa Meningkatkan Gula pada Susu Formula?
Freepik/jcomp
Maltodekstrin sebenarnya hampir tidak memiliki rasa manis. Derajat kemanisan bisa diukur dengan dextrose equivalent (D), yang dibagi menjadi rendah (<20), sedang (21 – 55), dan tinggi (>55). Maltodekstrin memiliki nilai DE 3 – 19.
Lalu apakah maltodekstrin bisa meningkatkan gula pada susu formula?
Sebenarnya tidak tepat bila maltodekstrin dikaitkan dengan peningkatan kandungan gula pada susu. Susu yang mengandung maltodekstrin tidak berarti memiliki kandungan gula lebih tinggi. Untuk mengetahui kandungan gulanya, Mama diwajibkan untuk membaca label pangan pada kemasan susu.
Apakah Maltodekstrin Aman untuk Bayi?
Freepik/fabrikasimf
Menurut FDA Amerika Serikat, maltodekstrin adalah bahan tambahan makanan yang secara umum diakui aman (GRAS).
Namun, jika bayi hingga orang dewasa mengonsumsi terlalu banyak produk yang mengandung maltodekstrin, pola makannya cenderung tinggi gula, rendah serat, dan penuh dengan makanan olahan. Jenis pola makan ini dapat meningkatkan risiko terkena kolesterol tinggi, penambahan berat badan, dan diabetes tipe 2.
Berikut penjelasan tentang maltodekstrin dan risikonya bagi kesehatan menurut Medical News Today.
Maltodekstrin dan diabetes
Maltodekstrin memiliki indeks glikemik (IG) yang lebih tinggi daripada gula meja (table sugar). Ini berarti bahwa maltodekstrin dapat menyebabkan peningkatan tajam, atau lonjakan, gula darah setelah dikonsumsi.
Lonjakan glukosa darah dapat menyebabkan masalah yang berpotensi serius bagi penderita diabetes atau resistensi insulin. Ini terutama terjadi jika kadar glukosa darah tetap tinggi untuk jangka waktu yang lama atau mencapai kadar yang sangat tinggi.
IG yang tinggi berarti bahwa gula dengan cepat memasuki aliran darah, tempat tubuh akan menyerapnya.
Memengaruhi bakteri usus
Bukti menunjukkan bahwa maltodekstrin dapat memengaruhi keseimbangan bakteri usus, yang berperan penting dalam kesehatan manusia.
Penelitian dari 2015 menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi maltodekstrin mungkin memiliki jumlah bakteri baik yang berkurang dan jumlah bakteri berbahaya yang meningkat. Hal ini berpotensi menyebabkan kerusakan usus dan risiko penyakit radang usus yang lebih tinggi.
Satu penelitian juga menunjukkan bahwa maltodekstrin meningkatkan aktivitas bakteri Escherichia coli, yang mungkin berperan dalam perkembangan penyakit radang usus yang dikenal sebagai penyakit Crohn.
Penelitian lain dari 2014 menghubungkan maltodekstrin dengan kelangsungan hidup bakteri Salmonella, yang dapat menyebabkan gastroenteritis dan berbagai macam kondisi peradangan kronis.
Alergi atau intoleransi
Banyak bahan tambahan makanan dapat menyebabkan alergi atau intoleransi. Efek sampingnya mungkin termasuk reaksi alergi, penambahan berat badan, gas, perut kembung, dan kembung.
Maltodekstrin juga dapat menyebabkan ruam atau iritasi kulit, asma, kram, atau kesulitan bernapas.
Sumber utama maltodekstrin adalah jagung, beras, dan kentang, tetapi produsen terkadang menggunakan gandum. Bayi, anak, dan orang dewasa dengan penyakit celiac atau intoleransi gluten harus menyadari bahwa, meskipun proses produksi akan menghilangkan sebagian besar komponen protein, maltodekstrin yang berasal dari gandum mungkin masih mengandung sejumlah gluten.
Bahan yang dimodifikasi secara genetik (GM)
Jagung yang dimodifikasi secara genetik (GM), yang merupakan organisme yang dimodifikasi secara genetik (GMO), merupakan sumber maltodekstrin yang umum.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pada tahun 2014 bahwa GMO aman untuk dikonsumsi.
Namun, GMO dapat berbahaya bagi lingkungan atau kesehatan manusia karena meningkatnya penggunaan herbisida dan pestisida pada tanaman GMO. Ada juga kemungkinan bahwa bahan yang dimodifikasi secara genetik dapat masuk ke tanaman dan hewan liar, atau ke dalam tubuh manusia melalui makanan.
Banyak orang percaya bahwa ada hubungan antara GMO dan berbagai kondisi kesehatan, termasuk kanker, masalah ginjal, penyakit Alzheimer, resistensi antibiotik, alergi, dan masalah reproduksi.
Ada sedikit bukti yang menunjukkan hal ini benar, meskipun beberapa orang percaya bahwa kurangnya bukti tersebut sebagian disebabkan oleh penyensoran penelitian GMO. Jurnal Environmental Sciences Europe menerbitkan sebuah artikel yang mendukung teori ini pada tahun 2014.
Mengutip dari laman Our Little Joy, maltodekstrin digunakan dalam susu formula dan produk bayi:
sebagai sumber utama karbohidrat,
sebagai pengawet alami,
sebagai pengental,
Apakah ada efek samping maltodekstrin bagi bayi? Konsumsi langsungnya dapat berbahaya bagi bayi yang memiliki perut sensitif. Namun, efek sampingnya lebih kecil jika dikonsumsi sebagai suplemen atau aditif. Maltodekstrin dapat menyebabkan silent reflux, refluks asam lambung, atau gejala yang berhubungan dengan susu.
Namun, beberapa efek samping jangka panjang meliputi:
cedera usus,
gas dan kembung,
mengayuh kaki,
rewel, merengek, menangis,
tinja berwarna hijau,
siklus tidur pendek.
FDA Amerika Serikat mengeklaim bahwa maltodekstrin dapat mengubah bakteri usus. Penggunaannya yang berlebihan sering kali mengurangi bakteri usus yang baik, yang menyebabkan beberapa masalah usus.
Maltodekstrin secara perlahan menghilangkan lapisan sel, yang menyebabkan peningkatan kematian sel. Maltodekstrin bahkan meningkatkan musin (protein yang dibuat oleh sel), yang dapat menyebabkan transformasi dan menyebabkan pertumbuhan tumor.
Maltodekstrin adalah karbohidrat kompleks, gabungan rantai molekul karbohidrat yang dapat dicerna bayi dan anak dengan cepat. Namun, kualitas maltodekstrin bergantung pada teknik pengolahannya. Jika produsen menggunakan jagung hasil rekayasa genetika (GMO) yang ditanam dengan pupuk beracun, itu dapat membahayakan bayi dan anak.
Produk bayi mengandung maltodekstrin dan aman digunakan. Namun, potensi risikonya meningkat ketika produsen menambahkan bahan-bahan berbahaya ke dalamnya. GI tinggi bahkan dapat menyebabkan gejala diabetes tipe 2 jika dikonsumsi dalam jumlah banyak atau menggunakan maltodekstrin beracun.
Itu penjelasan tentang maltodekstrin pada susu formula, aman atau berbahaya. Banyak pro dan kontra terkait kandungan maltodekstrin dalam susu formula. Meski sebagian dokter menjelaskan bahwa maltodekstrin dalam susu formula tidak meningkatkan gula, tidak ada salahnya untuk lebih waspada.
Diskusikan dengan dokter mengenai susu formula yang cocok sesuai kondisi atau indikasi bayi mama. Dokter bisa menyarankan beberapa susu, namun Mama juga disarankan untuk aktif membaca label pangan pada susu formula untuk mengetahui lebih banyak terkait kandungannya.