Upaya Pencegahan Stunting pada Bayi selama 1000 Hari Pertama Kehidupan

1000 hari pertama merupakan periode emas yang penting untuk tumbuh kembang bayi

1 November 2024

Upaya Pencegahan Stunting Bayi selama 1000 Hari Pertama Kehidupan
freepik

Stunting merupakan salah satu masalah yang sedang berusaha diatasi oleh pemerintah sejak lama. Menurut WHO tahun 2020, stunting adalah balita berperawakan pendek (stunted) dengan tinggi atau panjang badan di bawah 2 standar deviasi grafik pertumbuhan WHO. Perawakan pendek ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronik atau berulang.

Ada beberapa bayi mengalami kekurangan gizi kronik, yaitu asupan gizi tidak adekuat dan kebutuhan gizi meningkat.

Dalam jangka panjang, kekurangan gizi kronik ini bisa menyebabkan perkembangan otak terganggu sehingga memengaruhi kemampuan kognitif anak kelak. Pada akhirnya, si Kecil mungkin mengalami kesulitan belajar ketika sudah duduk di bangku sekolah nanti.

Pencegahan stunting bisa dilakukan selama periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). 1000 hari pertama kehidupan dimulai sejak kehamilan (270 hari) hingga 2 tahun pertama kehidupan (730 hari).

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengadakan seminar media dengan mengangkat tema mengenai Nutrisi 1000 HPK (Hari PertamaKehidupan).

Seminar ini diselenggarakan pada Selasa, 29 Oktober 2024 dengan narasumber dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) - Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia dan dr. Cut Nurul Hafifah, SpA(K) - Anggota Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI.

Apa yang harus dilakukan untuk mencegah stunting pada bayi selama 1000 Hari Pertama Kehidupan? Penjelasannya sudah Popmama.com rangkum pada ulasan berikut ini.

Stunting pada Bayi

Stunting Bayi
unsplash/helena lopes

Menurut dr. Cut Nurul Hafifah, prevalansi (jumlah kasus penyakit dalam periode tertentu) stunting pada bayi adalah:

  • Pada bayi baru lahir sebanyak 33%
  • Pada bayi selama periode ASI eksklusif sebanyak 12,3%
  • Pada bayi selama periode MPASI sebanyak 20,7%

Bayi yang mengalami kekurangan berat badan bisa berisiko mengalami stunting. Bila tidak ditangani, bayi stunting akan tumbuh menjadi remaja dan ibu hamil yang mengalami kurang gizi. Ibu hamil yang kurang gizi atau malnutrisi pun akan melahirkan bayi yang kurang gizi, Ma. Ini dikenal dengan sebutan siklus stunting.

Penyebab Stunting pada Bayi dan Anak

Penyebab Stunting Bayi Anak
freepik/cookie_studio

Definisi stunting menurut WHO tahun 2020 adalah balita berperawakan pendek (stunted) dengan tinggi atau panjang badan di bawah dua standar deviasi grafik pertumbuhan WHO. Perawakan pendek ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronik atau berulang.

Ada beberapa penyebab bayi atau balita mengalami kekurangan gizi kronik. Menurut WHO, ada 2 faktor, yaitu asupan gizi tidak adekuat dan kebutuhan gizi meningkat.

Asupan gizi tidak adekuat atau tidak memadai bisa disebabkan oleh faktor kemiskinan, penelantaran, dan ketidaktahuan orangtua.

Sedangkan kebutuhan gizi bayi atau balita meningkat karena penyakit tertentu, misalnya:

  • Penyakit yang berhubungan dengan kebersihan, diare berulang karena kebersihan yang buruk di rumah,
  • Penyakit infeksi yang disebabkan oleh imunisasi yang bisa dicegah,
  • Berat badan lahir rendah, prematur, serta kelainan metabolisme bawaan.

dr. Cut Nurul Hafifah menekankan, bila bayi tidak mengalami kenaikan berat badan selama 2 bulan berturut-turut, maka orangtua perlu waspada. Pasalnya, ini merupakan salah satu gejala stunting, Ma.

Editors' Pick

Dampak Stunting pada Bayi dan Anak?

Dampak Stunting Bayi Anak
unsplash/serjan midili

Dampak stunting bisa dibagi menjadi dua, yaitu dampak jangka pendek dan jangka panjang.

Dalam jangka pendek, stunting bisa menyebabkan beberapa hal berikut ini:

  • Memengaruhi perkembangan otak bayi
  • Memengaruhi pertumbuhan tulang dan otot bayi, berat dan tinggi badan, serta komposisi tubuh
  • Memengaruhi hormon serta metabolisme

Sedangkan dalam jangka panjang, dampak stunting antara lain:

  • Memengaruhi pendidikan dan kapasitas kognitif anak, alhasil seorang anak berisiko gagal dalam pendidikan dan berpengaruh pada tingkat penghasilan
  • Daya tahan tubuhnya rendah, anak berisiko mengalami infeksi
  • Anak berisiko mengalami beberapa masalah kesehatan: obesitas, diabetes, strok, hingga kanker

Weight Faltering dan Stunting

Weight Faltering Stunting
freepik

Weight faltering adalah kondisi ketika kenaikan berat badan bayi atau anak tidak sesuai dengan standar yang diharapkan, atau bahkan berat badannya turun. Kondisi ini juga dikenal sebagai falteringgrowth atau failure to thrive

Weight faltering ini terjadi paling banyak pada bayi usia 3 bulan hingga 18-24 bulan. Berarti ini terjadi selama periode 1000 hari pertama kehidupannya. Weight faltering bahkan bisa terjadi lebih awal pada anak-anak dari negara berpenghasilan menengah ke bawah.

Menurut dr. Cut Nurul Hafifah, stunting biasanya diawali oleh weight faltering, ma.

Penelitian meta-analisis menunjukkan anak growth faltering memiliki penurunan nilai IQ 4,2.

Nah, stunting bisa menimbulkan banyak dampak negatif pada anak kelak. Maka orangtua perlu melakukan pencegahan.

Stunting bisa dicegah selama 1000 Hari Pertama Kehidupan, sejak kehamilan dan hingga bayi berusia 2 tahun.  Berikut beberapa upaya mencegah stunting pada bayi:

1. Pemantauan pertumbuhan yang benar

1. Pemantauan pertumbuhan benar
freepik/freepik

Orangtua perlu mengetahui cara menimbang berat badan dan mengukur panjang badan bayi dengan benar, ya, Ma. Pengukuran lingkar kepala, dianjurkan dilakukan setiap dua bulan. Pengukuran lingkar kepala bayi ini penting untuk mengetahui apakah otaknya berkembang dengan optimal.

Setelah melakukan pengukuran, orangtua harus membandingkannya dengan grafik pertumbuhan. Jadi, sangat penting untuk mencatat berat badan, panjang dan lingkar kepala bayi tiap bulan.

Mengutip dari Nelson Textbook of Pediactric, pertumbuhan bayi selama periode ASI-MPASI adalah sebagai berikut:

0-3 bulan

  • Kenaikan berat badan per hari: 30 gram
  • Kenaikan panjang badan per bulan 3.5 cm
  • Kenaikan lingkar kepala per bulan: 2 cm

3-6 bulan

  • Kenaikan berat badan per hari: 20 gram
  • Kenaikan panjang badan per bulan 2 cm
  • Kenaikan lingkar kepala per bulan: 1 cm

6-9 bulan

  • Kenaikan berat badan per hari: 15 gram
  • Kenaikan panjang badan per bulan 1.5 cm
  • Kenaikan lingkar kepala per bulan: 0,5 cm

9-12 bulan

  • Kenaikan berat badan per hari: 12 gram
  • Kenaikan panjang badan per bulan 1,2 cm
  • Kenaikan lingkar kepala per bulan: 0,5 cm

1-3 tahun

  • Kenaikan berat badan per hari: 8 gram
  • Kenaikan panjang badan per bulan 1 cm
  • Kenaikan lingkar kepala per bulan: 0,25 cm

4-6 tahun

  • Kenaikan berat badan per hari: 6 gram
  • Kenaikan panjang badan per bulan 3 cm
  • Kenaikan lingkar kepala per bulan: 1 cm

2. Pemberian makan yang adekuat dan tepat

2. Pemberian makan adekuat tepat
Pexels

Berikut rekomendasi pemberian makan pada bayi dan balita menurut WHO:

  • Inisiasi menyusu dini (ASI) dalam waktu 1 jam setelah lahir
  • ASI eksklusif selama 6 bulan
  • Pemberian MPASI yang adekuat dan amat
  • Lanjutkan ASI sampai usia 2 tahun

Dalam upaya pencegahan stunting, ASI menyediakan nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan si Kecil, Ma. Selain itu, ASI juga mengurangi infeksi dengan menyediakan kekebalan tubuh pasif melalui zat bioaktif.

Setelah memasuki usia 6 bulan (umumnya) ASI saja tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Maka bayi perlu mengonsumsi MPASI. Beberapa syarat pemberian MPASI pada bayi antara lain:

  • Tepat waktu
  • Adekuat
  • Aman
  • Diberikan dengan cara yang benar

Mengapa bayi mendapatkan MPASI setelah berusia 6 bulan? Di usia 6 bulan, enzim saluran cerna sudah siap untuk menerima makanan padat, bayi pun sudah siap secara psikologis dan motorik untuk meneirma makanan padat.

Lalu berapa banyak proporsi ASI dan MPASI yang harus diberikan untuk si Kecil? Berikut panduannya:

  • Usia 6-9 bulan: ASI 70% dan MPASI 30%
  • Usia 9-12 bulan: ASI 50% dan MPASI 50%
  • Usia >12 bulan: ASI 30% dan MPASI 70%

Saat menyediakan MPASI, Mama perlu memperhatikan beberapa kompenen berikut ini:

  • Karbohidrat: beras, ubi, kentang, singkong
  • Sumber protein: daging sapi, ayam, ikan, telur, produk susu, tahu, tempe
  • Sumber lemak: santan, minyak, butter.
  • Sayur dan buah (sedikit)

MPASI harus mengandung lemak yang cukup, termasuk asam lemak esensial. Lemak ini baik untuk perkembangan otak si Kecil selama 1000 hari pertama kehidupannya, Ma.

3. Mencegah infeksi melalui imusisasi dan menjaga kebersihan

3. Mencegah infeksi melalui imusisasi menjaga kebersihan
Freepik/freepik

Selain makanan, imunisasi dan menjaga kebersihan lingkungan juga penting dalam pencegahan stunting. dr. Cut Nurul Hafifah juga mengingatkan agar bayi perlu mendapatkan imunisasi sesuai jadwalnya. Imunisasi penting untuk pencegahan infeksi.

Lingkungan yang bersih pun berperan penting dalam upaya pencegahan stunting pada si Kecil. Bila lingkungan kotor, bayi berisiko mengalami infeksi, diare, dan masalah kesehatan lainnya.

Itu penjelasan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencegah stunting pada bayi selama 1000 Hari Pertama Kehidupan. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai pemenuhan nutrisi bayi selama 1000 Hari Pertama Kehidupan untuk mencegah stunting, ya, Ma!

Semoga si Kecil selalu sehat.

Baca juga:

The Latest