Lebih Sering Menyerang Anak Perempuan! Ini 7 Fakta Eksim Susu
Eksim susu lebih sering menyerang anak perempuan. Apa sebabnya?
17 September 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semua orangtua tentu ingin anaknya cerdas dan sehat. Untuk itu, Mama telah memberikan proteksi sebaik mungkin, tentunya untuk melindungi anak dari berbagai penyakit yang siap menyerang anak kapan saja. Namun sayangnya walau Mama sudah memberikan segala yang terbaik, ada saja masalah kesehatan yang bisa terjadi pada anak. Salah satu masalah kesehatan yang kerap terjadi pada anak, khususnya bayi, adalah eksim susu atau yang dalam bahasa medis sering disebut dermatitis atopik.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), eksim susu merupakan penyakit kulit yang paling sering terjadi pada bayi dan anak. Ini adalah radang kulit berulang yang disertai gatal, dan tak jarang membuat anak rewel sepanjang hari.
Masih banyak lagi info penting yang perlu Mama ketahui (dan waspadai) tentang eksim susu. Mau tahu info lainnya? Simak 7 penjelasan berikut ini yuk, Ma.
1. Eksim menyerang kulit
Menurut IDAI, biasanya gejala eksim susu yang terjadi pada kulit anak adalah:
- Bintil-bintil kemerahan,
- gatal,
- kulit kering (bila berlangsung lama atau kronik),
- kulit bersisik,
- luka-luka,
- kulit menebal,
- kulit menjadi kehitaman.
Daerah tubuh yang biasanya terkena eksim susu adalah kedua pipi, lekuk siku, dan lekuk lutut. Cakupan ini cukup luas bagi bayi, tak heran kalau eksim susu bisa membuat bayi rewel karena tidak nyaman.
2. Bisa disebabkan oleh alergi
Walau namanya eksim susu atau ruam susu, namun penyebab utamanya bukan ASI atau susu formula, Ma. IDAI mengatakan kalau penyebab eksim susu ini belum diketahui pasti, namun alergi bisa menjadi pemicunya.
“Biasanya terdapat faktor alergi turunan dalam keluarga atau pasien. Kelainan kulit juga dapat terjadi karena alergi, misalnya alergi terhadapat makanan (susu sapi, telur ayam, ikan laut, kacang-kacangan, dan lain-lain) atau terhadap debu, serbuk sari, dan bulu binatang,” tulis Prof. DR. dr. Zakiudin Munasir, SpA(K), dan dr. Karina Komala, pada tulisannya untuk IDAI.
Editors' Pick
3. Dipicu pakaian yang kasar
Nama penyakitnya mungkin eksim susu, tetapi bahan iritan pada pakaian anak juga bisa menjadi penyebabnya. Menurut IDAI, kulit penderita eksim memang lebih peka terhadap bahan iritan, seperti pakaian kasar, renda, wol, bahan sintetis (seperti poliester dan nilon).
Suhu udara yang ekstrem, seperti terlalu panas atau terlalu dingin, juga bisa memicu terjadinya eksim lho, Ma.
Pada dasarnya kulit penderita eksim susu ini memang cenderung kering, mudah gatal, dan lebih peka pada bahan iritan. Untuk itu IDAI menyarankan Mama untuk mengidentifikasi dan menyingkirkan semua faktor yang memicu dan memperburuk keadaan eksim si Kecil, termasuk siklus gatal-garuknya.
“Prinsip pengobatan dermatitis atopik adalah menghindari bahan iritan dan faktor pencetus, mengatasi rasa gatal dan kekeringan kulit, serta mengatasi reaksi peradangan dan infeksi sekunder,” tulis Prof. Zaki dan dr. Karina di situs IDAI.
4. Bisa terjadi seumur hidup
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), sekitar 65 persen penderita eksim susu berusia kurang dari 1 tahun, dan banyak bayi yang terus mengalami eksim hingga usianya 4 tahun. Ada juga penderita eksim yang terus mengalaminya hingga mereka dewasa, atau bahkan seumur hidup.
Kalau sudah begini, cara terbaik hanya meredakan gejala dan menghindari pencetusnya, bukan mengobati eksimnya.
5. Tidak menular, namun menurun
American Academy of Dermatology (AAD) mengatakan kalau eksim tidak menular, namun merupakan penyakit keturunan. Ya, eksim biasanya terjadi pada anak yang memiliki keluarga penderita eksim juga, atau alergi lainnya, seperti asma atau demam karena alergi (hay fever).
Jika salah satu orangtua pernah mengalami eksim atau alergi, maka anaknya berisiko besar mengalami eksim juga. Bahkan, beberapa anak bisa terserang ketiga penyakit tersebut (eksim, alergi, dan asma).
Sekitar 50 persen orang dengan eksim parah akan terkena asma, dan sekitar 66 persennya akan mengalami hay fever. Asma dan hay fever biasanya terjadi sebelum usia 30, dan ini umumnya bertahan seumur hidup.
6. Lebih sering menyerang ‘anak kota’
Anak yang tinggal di negara berkembang, khususnya di kota dengan kadar polusi yang lebih tinggi atau dengan iklim yang dingin, lebih rentan terkena eksim. Mengutip AAD, “Sebagai contoh, anak Jamaica yang tinggal di London bisa dua kali lebih berisiko mengalami atopik dermatitis, dibanding yang tetap tinggal di Jamaica.”
7. Lebih sering menyerang perempuan
Selain lebih sering menyerang anak kota, beberapa faktor risiko lainnya menurut AAD adalah:
- Perempuan. Jenis kelamin perempuan ternyata sedikit lebih rentan mengalami eksim dibanding lelaki.
- Kelas sosial atas. Entah apa hubungannya, namun dermatitis atopik ternyata lebih umum terjadi pada mereka yang berasal dari kelas sosial atas.
- Mama melahirkan di usia lanjut. Ketika ibu melahirkan di usia lanjut, maka anaknya lebih rentan mengalami dermatitis atopik.
Semoga si Kecil selalu terhindar dari eksim atau masalah kulit lainnya ya, Ma.
Baca juga: Cerita Xabiru, anak Rachel Venya yang juga kena dermatitis atopik